Prolog : It Hurts When Someone Betray Us

1.2K 43 4
                                    

"Mama! Kak Cingga belum keluar?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama! Kak Cingga belum keluar?"

Seorang bocah laki-laki berusia 4 tahun itu terus menarik ujung kemeja ibunya dengan raut binar. Pandangannya melihat beberapa anak-anak seumuran dengan kakaknya berseragam putih merah membuat bocah itu jadi ingin cepat sekolah.

"Mama-"

"Iya, sayang. Teteh bentar lagi keluar kok."

"Aa tau, Ma, tapi Aa kapan kapan cekolahnya, Ma?"

Tutur kata sang anak membuat Misha, ibu muda itu berlutut di hadapan sang anak. "Hazel mau sekolah?"

"Mauu!"

"Tapi nanti, sayang. Kamu harus masuk TK dulu, baru bisa sekolah kayak Kak Jingga."

"Benelan? Pokoknya aku mau cekolah."

Misha tertawa mendengar ucapannya lalu menggendong tubuh ringan Hazel. "Benar." Ia lalu mengecup bagian lengan sang anak yang kemarin sempat lecet karena terjatuh.

Begitu tau Hazel jatuh, Jingga berlari tanpa peduli sepatunya copot di tengah jalan lalu menggendong adiknya ke rumah. Sang ayah tentu kaget melihat mereka, terlebih lagi Jingga meminta handsaplas untuk mengobati luka di lengan sang adik.

"Sepatu kamu mana, Teh?"

"OH IYA! COPOT DI JALAN, PA! Boleh minta tolong ambilin gak?"

Misha masih ingat Narda tertawa puas mendengar seruan Jingga saat itu.

"MAMAAA! HAZEL ADIKKU SAYANGG!"

Terlihat sosok Jingga keluar dari gerbang sekolah lalu langsung memeluk adik dan ibunya.

"Wita mana?" tanya Jingga melihat adik bungsunya tidak ada disana.

"Wister kan masih bayi, sayang. Masa dibawa?"

Jingga terkikik geli, "Benar juga. Jadi dia dimana?"

"Mama titipin ke nenek. Tapi kata nenek, Wisternya diambil pas sore aja."

"Diambil? Kenapa kesannya Wister kayak benda ya?"

Misha terkekeh pelan melihat Jingga mendengus tak suka. Hubungannya dengan nenek belah pihak ayahnya tersebut bak tom & jerry. Dengan jari lentiknya, Misha mengusap surai sang anak dengan lembut. "Kamu udah laper belum?"

"Belum laper amat sih, Ma. Mama masak apa?"

"Telur dadar gakpapa kan? Atau telur mata sapi aja?" Misha sangat tau anaknya itu sangat suka telur mata sapi.

"Telur dadar aja." Jawab Jingga. "Kalau telur dadar, pakai tiga telur udah besar bentuknya. Kalau mata sapi kan boros telur."

Misha tersenyum sendu, karena di dapur saja hanya tersisa 3 telur. Itu pun Narda menghindari makan siang hari ini agar istri dan anak-anaknya bisa menikmati makan siang ini dengan puas.

Wild FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang