8. Birthday Party

219 25 0
                                    

Tangan Jendra sudah gemetar hebat melihat kerabatnya dan keluarga Jelita telah duduk rapi di ruang tamu rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan Jendra sudah gemetar hebat melihat kerabatnya dan keluarga Jelita telah duduk rapi di ruang tamu rumahnya. Keluarga Jelita datang jauh-jauh dari Bandung untuk menghadiri lamaran yang cukup sederhana.

Dengan profesinya juga sebagai artis, lamaran ini diadakan secara sangat privat agar tidak terendua media. Itu sebabnya tamu yang datang hanya dari keluarga serta beberapa teman dekat. Beberapa tamu yang diundang adalah Jingga dan Wister yang kini duduk berdampingan sembari menunggu acara dimulai. Hazel sendiri berhalangan hadir karena tengah menghadiri Mubes Jurusan.

"Gue gak tau Mbak Jelita bakal secantik ini," Jingga berdecak kagum melihat Jelita dalam balutan kebaya berwarna pink dan rambut panjangnya disanggul seelegan mungkin. "Gue kira semenjak masuk di BAIS, dia gak bakal peduli sama penampilannya,"

"Kalau lo ngikutin jejak Mbak Jelita, mungkin sekarang lo juga di BAIS kali ya," Jawab Wister sedikit melengceng.

"Mungkin kayaknya gue masuk tim Sandhi Yudha deh,"

Tebakan Jingga mungkin saja terjadi. Sebelum banting setir masuk jurusan ilmu komunikasi, Jingga nyaris mendaftar ke sekolah militer. Tapi Jendra yang menentangnya karena takut adik kesayangannya itu kenapa-napa.

Ngomong-ngomong Jendra dan Jelita bisa punya hubungan dekat dengan Jingga karena keduanya sempat jadi pelatih paskibra di SMA Jingga dulu dan saat itu Jingga selalu terpilih mewakili tim Paskibra setiap perlombaan.

Jingga melirik Wister sembari tersenyum tipis, "Kemarin lo dimarahin Hazel ya?"

Wister terdiam dengan raut kaget dan merubah rautnya secepat mungkin. Tingkahnya membuat Jingga tak kembali bertanya dan kembali tersenyum.

Dikira abang lu kagak cerita kali ya?

"Biarin aja si Hazel. Nanti bakal reda juga kok. Lagian kalau dia liat Radeva nya baik dan gak macem-macem ama lo, gue rasa Hazel juga gak bakal melarang juga,"

Manik Wister melotot, menatap Jingga dengan intens. "Maksud lo?"

Jingga malah memeluk lengan Rahara dengan erat, tak menanggapi ucapan Wister. "Gak usah dipikirin, yang penting kita kudu keliling cari makanan disini, Ta. Makanan orang Solo tuh enak-enak tau!"

Acara lamaran berlangsung dengan lancar dan tanpa hambatan. Walau terkesan mendadak, untung saja kedua belah pihak keluarga menyambut baik hubungan Jendra dan Jelita.

Mereka ikut tersenyum bahagia ketika pasangan itu memamerkan cincin pertunangan mereka. Kedua calon itu terlihat bahagia sembari memamerkan senyum ketika bagian mendokumentasikan acara terus menyorot mereka.

"Jangan diposting." Jingga terus memperingati Wister yang terus memotret pasangan itu. "Ingat, lamaran gak boleh diumumkan ke khalayak ramai. Lo boleh posting saat mereka udah resmi menikah."

"Iya tau. Gue mau kirim fotonya lewat drive ke Mbak Jelita." Ujar Wister tersenyum memandang hasil fotonya.

"Kepada tamu undangan, silahkan dinikmati hidangan yang kami siapkan ya." Pak Surya selaku ayah Jelita mempersilahkan para tamu untuk menyantap hidangan yang ia sajikan dalam bentuk prasmanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wild FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang