Bab 4

108 19 5
                                    

Naruto©Masashi Kishimoto
[Alternate Universe]
...

Fanfiction by @Krt_hyuu
______________________________

Makan malam berjalan tanpa ada obrolan. Kushina pun sudah bergabung ke meja makan sejak kedatangannya di tengah hujan pukul enam sore. Hinata tampak mengaduk-aduk makanannya tanpa berselera, lidahnya pahit mendadak. Sementara Naruto tak pernah lepas memerhatikannya.

Hinata menatap wajah suaminya usai segelas air putih disodorkan. Agaknya lelaki itu memahami ketidaknyamanannya menghadapi situasi canggung ini. Hinata meneguknya tanpa mengucap apa-apa. Bibirnya masih terkunci untuk Naruto.

"Bagaimana hubungan ayah dan Ibu? Apa ayah masih membawa kaus kaki ke tempat tidur?" Naruto membuka suara lebih dulu, berharap canggung di antara mereka sedikit berkurang.

Kushina tersenyum usai menelan seteguk air. "Hubungan kami baik." Napasnya terbuang pendek. "Mengenai kebiasaannya, Ibu masih harus memperingati berkali-kali. Ayahmu terus melakukannya sampai sekarang."

"Sepertinya tabiat ayah menurun padaku. Aku punya kebiasaan buruk menaruh handuk basah ke tempat tidur. Hinata sering menegurku karena itu."

"Jangan terlalu sering merepotkan Hinata. Kurangi kebiasaan burukmu." Kushina memberi tatapan peringatan pada putranya.

Mendengar namanya dibawa pada topik mereka, Hinata mendongak menatap bergantian wajah ibu dan anak itu. Ia ingin sekali bergabung serta menimpali, namun gejolak di perutnya lebih dulu datang hingga membuatnya terserang mual.

Kushina dan Naruto menoleh serentak. Mereka mendapati Hinata sudah menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.

"Dia pasti mual." Kushina menatap cemas pada Hinata yang berada di seberangnya.

"Hinata." Naruto mengusap bahu istrinya namun segera ditepis pelan karena wanita itu benar-benar butuh ke toilet.

"Susul dia."

Naruto menuruti perkataan ibunya. Ia segera menyusul Hinata menuju toilet di lantai bawah. Setiba di sana, ia terus mengusap punggung wanita itu selagi sibuk mengeluarkan isi perutnya.

"Sudah reda mualnya?"

Hinata menatap Naruto lewat pantulan cermin. Alih-alih berbicara, ia hanya menanggapi dengan anggukan.

"Pergilah lebih dulu. Aku mau di sini sebentar." Rasa-rasanya mual itu masih ada. Hinata yakin dirinya akan kembali muntah sebentar lagi.

Naruto menggeleng. "Aku mau menunggu." Tangannya kembali bergerak lembut di punggung istrinya.

Dan seketika, perkiraan Hinata benar. Ia kembali mual dan memuntahkan segalanya.

• • •

"Meminjam tubuhku?"

Fuu mengangguk. Ia sedang duduk berhadapan bersama Hinata di sofa ruang tv. Setelah berpikir mengenai keinginannya, Fuu berharap Hinata bersedia meminjamkan tubuh untuk ia rasuki. Fuu ingin memasak secara langsung melalui tubuh Hinata.

"Boleh, ya?" matanya begitu memelas.

Hinata belum mau mengiyakan. Masalahnya, jika ia dirasuki dengan keberadaan ibu mertuanya di rumah ini, tentu akan berbahaya. Kushina pasti kebingungan melihat dirinya menjadi orang lain.

"Situasinya tidak mendukung. Ada ibu mertuaku di sini."

"Bisa! Percaya padaku. Aku tidak akan bertingkah aneh sampai membuat mertuamu kebingungan."

Sweet Eyes: With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang