40

829 25 0
                                    

.
.
.
     Sssstttthhhh aahhhhhhhh

   "Sayang kau sudah bangun?" Allan Terkejut saat menyadari tangan Violet bergerak pelan, Masih subuh Tapi ia harus berteriak memanggil dokter saking bahagianya melihat istrinya sudah mulai bangun.

     "Ahhhh sakit sekali" cicit suara Dari bibir Violet yang terdengar seperti Bisikan.

    "Tenang Sayang Mas ada di Sini. Mas Di sini sayang"

Perlahan tapi pasti mata Violet terbuka, samar-samar ia melihat wajah Tampan Allan yang kini menatap nya cemas.

    "Mas. Apa yang terjadi?"

   "Jangan bicara apapun Sayang, sekarang Kau hanya diam saja yaaa sayang Mas akan selalu di sampingmu " Violet Mengangguk tersenyum kecil.

     "Mas sangat pucat, apa aku sudah merepotkan Mu?" Tanya Violet serak

    "Tidak, Tidak. Mas hanya belum mandi, Mas tidak apa-apa hhehh" ujar Allan menggaruk kepalanya yang tak gatal, mencoba terlihat santai di hadapan Violet.

    "Aku mau duduk" tiba-tiba Violet beranjak namun Ia merasakan perut nya sakit.

    "Mas, sakit sekali. Ada apa dengan perut ku, Bayi ku.... Bayi ku baik-baik saja kan?"
Ujar Violet langsung ke inti nya Membuat Allan terdiam, Ia perlahan membuka selimut nya dan melihat Perban melingkar di sana.

    "Hanya luka Sedikit tapi Dokter bilang harus oprasi jadi Mereka Menutupnya begini hmm sini Mas peluk saja yaaa jangan duduk" ujar Allan lalu memeluk Violet namun mata Violet menjadi panas ia menangis terisak.

     "Mas. Jangan bilang kalau Bayi ku......"

Allan tak mampu bicara ia Memeluk Violet dengan air matanya mengalir deras.

..
..
..
    Dengan tertatih menahan perut nya Violet berjalan memasuki rumah, biasanya Hal ini tak akan Allan biarkan dia pasti akan menggendong atau Membawa istrinya tersebut dengan kursi roda. Namun sejak Dokter memutuskan untuk boleh pulang Violet menolak apapun yang berhubungan dengan Suami nya karena Merasa semua Kejadian salah Allan.

Violet marah karena Telah setuju untuk Melakukan operasi di saat Ia sangat membutuhkan anak Nya. Harapan besar dan Cinta yang menggebu namun di ambil paksa.

Faktanya bahwa Allan justru sangat sedih atas segalanya namun menutupi dari Violet, ia melarang siapapun mengatakan jika pelaku adalah Sang Kakak.
Jika tidak maka itu akan semakin membuat istrinya itu hancur.

Sejak malam dimana ia mendengar kegelisahan Violet tentang Tyara, ulah dari Ameera yang menceritakan hal-hal aneh mengenai dirinya dan tuduhan tak berdasar Allan menangkap Bahwa Istrinya itu tetap Tidak bisa Mengabaikan sang Kakak.

Allan sedih harus Mengatakan apa lagi karena cinta besar Violet terhadap sang kakak Tak main-main.
Jadi ketika mendengar lelaku dari penembakan adalah kakak nya bisa di bayangkan betapa sedihnya dia.

     "Lea, sudah berapa hari Aku tak pulang?" Pertanyaan Violet membuat Lea sesaat melirik Allan.

    "Hanya beberapa Minggu, Non"

    "Apa semua juga di sana? Dimana kak Ameera?"

Pertanyaan itu lolos begitu saja dari Violet membuat semua terdiam kaku.

     "semua ada, Non tak Perlu berpikir apapun sekarang waktunya istirahat" ujar lea lembut.

     "Nak ke kamar dulu, nanti bibi datang menyiapkan Makan dan obat" ujar Bi dera langsung mendapatkan anggukan dari Lea.

    "Tuan seperti nya sangat susah naik melalui tangga, Apa ....." Belum sempat Lea bicara Allan langsung menggendong Violet.

     "Maafkan Aku Sayang, Maaf kan aku" hanya itu yang Allan ucapkan membuat Violet bungkam.

Violet Sangat bersedih namun ia Tak bisa melihat keadaan Allan yang Sedikit Kurusan begitu banyak tekanan. Violet menangis ia tak bisa mengabaikan suami nya itu walau hanya Sekejap.

Rasa kecewanya dan marah berganti Tangisan. Violet menangis lagi dan lagi di pelukan suami nya.

Berkabung atas segalanya membuat suasana begitu gelap di rumah mewah itu, ulang tahun yang harusnya menjadi hari paling bahagia berubah menjadi hari Mengenang kematian sang Bayi.

     Allan menatap wajah Pucat Violet ia menghela nafas lega ketika gadis itu sudah tidur.

    "Nak, Bersihkan diri dulu karena kau melupakan makan mandi dan lain nya sejak Nak Violet sakit, Bibi akan menjaga Nak Violet, di luar juga ada Lea dan Arvin" ujar Bi dera membuat Allan Mengaguk, ia Menyeka air yang siap kembali mengalir lalu pergi.
.
.
.
     Allan menghela nafas panjang dan berat, Menatap seorang diri layar komputer yang menyala tapi Hanya menampilkan tulisan tak karuan.

    "Kenapa ini terjadi padaku tuhan, Apa kesalahan ku begitu tak bisa di maafkan kenapa harus Istriku yang kembali tersakiti". Allan menutup wajah nya Karena prustasi.

     "Aku cukup membuat nya menderita tapi kenapa kau bantu ulangi semua lagi"

Suara Allan begitu parau, entah sudah berapa lama ia hanya duduk di sana. Suasana menjadi sangat Sesak bagi nya. Dan yang tersisa hanya melihat wajah Lelah istrinya yang sudah terlelap tidur.

Tiba-tiba sebuah tangan Menepuk pundak nya membuat Allan terjaga langsung menoleh.

    "Mas. Belum tidur?" Ternyata Violet

    "Sayang Kau bangun? Ada apa hmm" Allan menarik peran tangan istrinya lalu memangku nya.

     "Mas, Masih bekerja yaa? Sudah sangat larut belum mau istirahat?" Tanya pelan Violet membuat Allan menggeleng senyum pahit.

    "Belum ngantuk"

    "Mas Aku ingin mengatakan hal ini, Boleh kan kalau Aku mau tinggal di apartemen...." Mata Allan Membelalak lebar.
Belum menunggu jawaban Violet meraih wajah suaminya tersebut dan menatap nya.

     "Kenangan di rumah ini mengingat kan ku akan banyak hal, Aku ingin melupakan semua Nya. Bagaimana kita saat pertama menikah, Kehamilan dan kebahagiaan kita aku ingin melupakan Nya " ujar Violet membuat Allan sesaat memejamkan mata, entah kenapa hatinya ikut perih.

     "Apapun yang kau minta asal kita bersama Mas hanya ikut" ujar Allan membuat Violet memeluknya menyembunyikan wajah nya di dada suaminya.

    "Terimakasih..... Terimakasih banyak suami ku" Allan menghela nafas panjang, berat rasanya untuk meninggalkan semua kenangan tapi tak ada salah nya juga mencoba Menenangkan diri.

Setelah beberapa saat Violet tidur di pangkuan Suaminya, Allan tersenyum mengecup sekilas Bibir Istrinya itu lalu membawanya ke tempat tidur.

Selanjutnya ia memikirkan mulai untuk menjalankan keputusan.

     "Hallo Ibu,,,, Ayah.... Aku ingin bicara hal penting....

.
.
.
   obrolan Membelah bisikan malam, Perasaan Yang sepenuhnya hanya buat Violet tak bisa ia abaikan, Kesedihan dan Kecewa yang di hadapi begitu membelenggu di pikiran tapi  

HANYA KAMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang