01

15 2 0
                                    

Gue menghela napas panjang sambil memutar bola mata karena males. Gimana gak males coba? Gue gak dapet tempat duduk di kantin fakultas saking ramenya. Gue bahkan mengurungkan niat untuk beli soto Bi Inah yang udah gue pengenin dari minggu lalu.

Bukan itu poin utamanya, tapi kondisi di mana hampir semua meja itu diisi oleh pasangan-pasangan yang beberapa dari mereka bahkan saling suap-suapan. Kayak gak ada tempat lain aja. Gak kasian sama gue yang jomblo dari lahir ini kah?

Gue membawa cilok dan es yang gue beli ke luar kantin. Gue jalan sendirian karena tiga temen deket gue lagi mager ke kantin. Jadi, sambil nunggu kelas berikutnya, mereka nunggu di perpustakaan fakultas sambil ngadem.

Gue mutusin untuk duduk di salah satu kursi panjang yang ada di dekat kantin. Agak miris sih rasanya waktu beberapa orang ngeliatin gue dengan tatapan yang...

kasihan?

Apa gue keliatan se-gak punya temen itu ya?

"Sendirian, Sel?" Gue yang sedang enak-enak makan cilok menoleh saat seseorang duduk di samping gue. Ia memakai baju garis-garis yang entah kenapa di mata gue terlihat seperti minion.

Gue yang gak begitu sering berinteraksi sama orang di depan gue ini sedikit terlonjak kaget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue yang gak begitu sering berinteraksi sama orang di depan gue ini sedikit terlonjak kaget. Namanya Bintang, kebetulan matkul yang kita ambil hampir sama semua, jadi gue sering banget ketemu.

Gue mengangguk menjawab pertanyaannya lalu memasukkan cilok lagi ke dalam mulut gue. "Gue juga beli cilok."

Tangan Bintang terulur menunjukkan plastik bening dengan satu tusukan di dalamnya. Gue memiringkan kepala karena bingung. Anak ini kesambet apa deh?

"Lo gak bisa pedes ya?" tanya gue saat sadar kalau cilok Bintang cuma pake kecap. Bintang mengangguk.

"Dan kayaknya lo kebalikan dari gue ya?" tanya Bintang yang membuat tawa gue keluar. Dia keliatan agak bergidik ngeri ngeliat saos gue hanya berwarna merah tanpa kecap.

"Gue suka banget pedes."

"Tumben sendiri? Biasanya lo sama tiga temen lo itu," tanya Bintang lagi.

"Mereka lagi pada mager ke kantin, jadi diem di perpus. Lo juga tumben sendiri? Biasanya sama Satria."

"Satria langsung balik tadi, tugasnya buat kelas nanti ketinggalan di kos." Gue cuma ngangguk-ngangguk karena gak tau mau omongin apa. Gue sama Bintang sama-sama fokus makan cilok sampai cowok di samping gue itu melayangkan pertanyaan yang agak aneh.

"Lo punya pacar, Sel?" Gue mengerutkan kening lalu menggeleng. "Boro-boro punya pacar, pacaran aja gue gak pernah."

Gue bisa denger Bintang ketawa kecil. "Sama dong. Gue juga."

Gue menoleh cepat karena gak percaya. Modelan Bintang gak pernah pacaran? Yang bener aja? Padahal ganteng dan manis banget anaknya.

"Biasa aja kali mukanya." Bintang mendorong pelan pipi gue biar adep lain.

"Pasti lo pemilih banget dong ya, makanya gak pernah pacaran." Bintang cuma mengangguk kecil.

"Lo mau gak?" Gue yang baru aja memasukkan cilok ke mulut menoleh karena bingung.

"Mau apa? Cilok lo? Nggak deh, gue gak suka kecap," balas gue saat ngeliat tangannya agak ngangkat bungkus cilok itu. Dia langsung ketawa terbahak-bahak.

Apa yang salah deh?

"Bukan cilok, Sel."

Kening gue makin berkerut. "Apa dong?"

"Pacaran."

"Ya mau sih, tapi belum nemu yang cocok kali?" ucap gue gak yakin.

"Maksudnya sama gue." Gue menoleh cepat.

"Hah?"

Bintang mengusap rambutnya kasar.

Bintang mengusap rambutnya kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo pinter tapi lemot." Gue menendang kakinya pelan. "Enteng banget mulut lo."

"Ya gue malu, Sel."

"Apa sih? Tadi lo ngomong apa? Gue gak mudeng."

"Lo mau gak pacaran sama gue?" Bintang ngulangin pertanyaannya.

"Oh gitu maksudnya."

"HAH?" Butuh sekitar tiga detik untuk menyadari kata-kata cowok di samping gue ini. Kurang mengejutkan apa lagi deh hidup gue?

Gue dengan cepat membuka hp. Hari ini tanggal 1 April.

Gue mendelik curiga ke Bintang. Dia mengangkat kedua alisnya bingung. "Apa? Mau nggak?"

"Ini April Mop?" tanya gue was-was. Lagi-lagi tawa Bintang meledak.

"Sumpah, lo random banget!"

"Gue serius anjir," balas gue sambil memukul lengannya pelan.

"Ya serius. Mau gak?" tanya Bintang lagi.

"Tapi gue gak ada rasa ke lo. Gak papa?" Gue balik bertanya.

Bintang mengangguk.

"Bentar deh, emang lo suka gue?" tanya gue bingung.

Bintang menggeleng lalu mengangguk dan keliatan bingung sendiri. "Belum. Tapi kayaknya udah deh."

Gue menendang kakinya lagi. "Dasar orang aneh."

"Jadi mau atau nggak?" tanya Bintang lagi.

"Ya mana gue tau?"

"Kan jawabannya di lo, Sel. Kalo lo mau ya bagus, nggak juga ya gak papa." Bintang menunduk lalu memainkan jari-jarinya setelah membuang bungkus cilok miliknya yang sudah habis.

"Ya udah deh. Coba." Mendengar jawaban gue, dia langsung ketawa. Gue juga ketawa sih, ya gak etis aja jawabannya. Gak jelas sih lebih tepatnya.

"Berarti kita pacaran?" tanya Bintang memastikan. Gue mengangguk ragu. "Kayaknya."

"Yaudah." Gue mengangguk. Gue menoleh ke Bintang yang juga lagi noleh ke gue.

DEFAK INI SITUASI MACAM APA SIH?

•••


book ini dibuat karena tadi malem aku mimpiin jake huhuu
LUCU BGT KETEMU SM JAKE KECIL DI MIMPI😔😔😔
Hihi, gimana chapter pertamanya? Komen komen xixixi
Jangan lupa votenya juga ya kalo sukaa🫱🫲


13 April 2024

Boyfriend | Sim JakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang