Chapter 1

2.5K 52 2
                                    

Saeun POV

Kalau kau bertanya kehidupan ku sebagai yeoja berwarga negara Korea Selatan adalah mengasyikan, jawabannya adalah 'tidak'. Mungkin tak hanya aku yang mengalami kasus seperti ini di Negara korea, bahkan banyak dan aku salah satunya. Melihat setiap akhir semester para orang tua berdatangan bersama anaknya untuk melihat hasil rapor, bagiku suatu jarum yang menusuk hati ku. Bagaimana tidak, mereka selalu sibuk dengan urusan bisnisnya. Dan aku, mungkin ini bisa dibilang aku adalah anak pengurus rumahku. Karena mereka selalu ada. Selalu melayani ku.

Sepi. Mungkin hampir setiap hari. Karena aku adalah anak semata wayang dari mereka. Jika ada kesempatan ingin tinggal di sekolah atau di rumah, aku lebih memilih di sekolah. Mungkin karena ada dua sahabat ku, Ahrein dan Hyemin , yang selalu menemani ku. Hanya dua orang. Ya. Aku sadar, lebih baik seperti ini. Aku tak mau mengulang pengalaman ku sewaktu middle school. Tidak. Aku tidak mau mengingatnya. Itu sudah 4 tahun yang lalu, dimana aku mempunyai banyak teman tetapi ketika aku susah tak ada yang menghampiri ku. Sekarang, aku bahagia mempunyai dua yeoja itu. Apalagi, di sekolah aku bisa melihat namja itu.

Tidak.

Aku siapa dia?

"hey..." sapa yeoja yang sangat familiar ketika aku baru datang ke kelas.

Dahinya mengerut. Mungkin ia bingung dengan hari pertamaku masuk setelah 2 hari aku absent dan sekarang ranselku mengambang cukup besar dan padat. Cukup banyak yang ku bawa hari ini. Aku absent karena kakek ku meninggal dunia. Aku tidak dekat dengannya, bahkan aku baru melihatnya kemarin, dihari kematiannya. Eomma dan Appa hanya menceritakan jika kakek ada di Indonesia, namun mereka tidak pernah mengajakku untuk sekedar menengok nya. Aku tak pernah mengerti apa yang mereka pikirkan, lagipula, mereka tak pernah memikirkan ku mungkin.

"tas mu cukup besar" lanjut yeoja itu yang bernama Ahrein sambil meraba tasku yang memang benar penuh.

Aku menghela nafas dan mengangguk. Dan ya. Aku membuka ranselku, mengeluarkan suatu kantung belanjaan yang sudah ku cap kan sebagai oleh oleh untuk sahabatku. Sungguh, aku sama sekali tak merasakan suasana duka. Kau boleh bilang jika aku orang yang tak punya hati. Tapi, inilah yang aku rasakan. Aku sama sekali tidak dekat dengan kakek. Sama sekali. Dan aku tidak tau harus apa ketika melihatnya untuk yang pertama kalinya sekaligus terakhir kalinya.

"Kau tau batik? Nah ini untuk mu. Aku tau selera mu, mungkin kau suka ini." Ucapku dan memberikan plastic transparan. Plastic itu membuat ia tau apa yang kuberikan

Ahrein tersenyum senang dan menerima pemberianku. Ini membuat wajahnya semakin cantik. Aku tau ia suka baju yang berkonsep feminim, dan aku membelikannya sebuah dress batik berlengan buntung selutut dengan karet dibagian belakang pinggangnya. Sederhana. Namun itu manis.

"Tapi... aku turut berduka atas kematian kakek mu" ujarnya dan raut wajahnya berubah seakan ia juga merasakan ketika keluarganya ada yang meninggal.

Aku memutar bola mata. Tapi aku berusaha menjadi orang yang sedang berduka. Aku tersenyum dan mengangguk.

"Kamsahamidhaaa Saeun. Tapi....." ucapnya terputus.

Pandangannya berpaling ke plastic belanjaan yang masih ditanganku. Aku pun mengikuti pandangannya. Dan ya. Mungkin ia bingung melihat dua baju ini ingin diberikan ke siapa lagi. Satu baju perempuan ini, mungkin ia bisa menebak akan ku berikan ke hyemin. Tapi, Mungkin satu baju lain lagi yang ia pertanyakan.

"Aku ingin berikan ke dia." Ujarku ringan seakan aku tau yang ia pertanyakan.

Reaksinya, ia tersenyum jahil. Senyum yang selalu ia keluarkan ketika aku menyebut 'dia' sebagai namja itu. Jika aku tau namja yang ia suka, sudah pasti aku akan meledekinya terus seperti ia meledeki ku. Namun sialnya, ia belum membongkar perasaan hatinya itu.

Sister Fangirl [exo's sehun ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang