01. Yang Disebut Rumah

586 47 9
                                    

Hai hai semuanya, ini adalah buku kedua yang saya publikasikan di akun ini.

Alur cerita kali ini jelas sangat berbeda dari cerita sebelumnya, mungkin alur di sini nanti akan lebih saya jabarkan lagi agar tidak banyak time skip.

Tidak banyak yang ingin saya sampaikan, jadi langsung saja kita intip kisah Naren dan Hesa yang penuh dengan suka duka ini.

----

Oh iya, untuk versi AU/POV-nya bisa kalian baca di akun Tiktok :

@heearqive

Terimakasih.

----

----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----

Seorang remaja bersurai hitam legam tengah memarkirkan motor di depan rumahnya, ia baru saja pulang dari sekolah sore ini.

Naren, nama remaja tersebut, ia mulai melangkahkan kakinya untuk memasuki bangunan kokoh yang berdiri di hadapannya, lantas ketika ia baru saja membuka pintu rumah, sebuah teriakan dari sosok yang lebih tua darinya terdengar.

"Ayen!" teriak sosok remaja yang lebih tua 2 tahun darinya itu sembari berlari menuju ke arahnya.

Naren tersenyum lebar, kakaknya selalu menyambut kepulangannya, membuat rasa lelah yang semula hinggap di tubuhnya perlahan mulai sirna.

"Kak Eca." Naren berjalan mendekati Hesa, kakaknya yang kini berdiri sembari memeluk boneka bebek kesayangannya.

"Ayen, kenapa pulangnya lama?" tanya Hesa.

"Maaf, Kak, Ayen tadi harus bersihin kelas dulu, hari ini 'kan, jadwal piketnya Ayen," jawab Naren, Hesa hanya menggangguk paham.

Namun tiba-tiba remaja bermata bambi itu menunduk sembari memainkan boneka bebeknya.

"Lho? Kenapa, Kak?" tanya Naren.

"T-tadi, Ayah sama Buna berantem, Eca dipukul sama Ayah," ucap Hesa mengadu.

Naren seketika membelalakkan kedua matanya, lantas segera mengecek tubuh sang kakak, barang kali ada luka yang parah maka bisa ia obati sekarang.

"Mana yang sakit, Kak?" tanya Naren.

"Ini, Ayen, tadi Eca didorong sama ayah sampai kena tembok." Hesa berbalik badan, Naren yang paham pun langsung membuka kaos bagian belakang yang dikenakan oleh Hesa dan benar saja, punggung kakaknya itu lebam.

Naren mengepalkan tangan kirinya, selalu saja seperti ini, ketika orang tuanya tengah bertengkar, pasti Hesa akan terkena imbasnya.

"Ya udah, ayo ke kamar, biar Ayen obati lukanya," ucap Naren, kemudian ia menggandeng tangan sang kakak.

[✔] BENARKAH INI RUMAH? [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang