PART 1 - HARI BAHAGIA BERLUMUR KESEDIHAN

10 2 0
                                    

Semenjak usaha grosiran keluarga Pak Ramli bangkrut, Pak Ramli membuka usaha bengkel sebagai penggantinya. Sedangkan Bu Dewi sudah setahun belakangan ini sakit aneh yang tidak kunjung sembuh, hanya terdiam di atas kasur memandangi langit.

Semenjak Bu Dewi sakit, suasana di rumah kurang enak dirasakan. Mika memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah karena kondisi sang ibu semakin memprihatinkan. Hanya Rosa, adik tercinta yang masih lanjut sekolah duduk di kelas 4 SD.

Hari ini hujan cukup deras, Pak Ramli dan Rosa duduk di ruang makan menunggu kepulangan Mika yang sedang beli obat di Apotek. Dengan perasaan sedikit cemas, Pak Ramli menanyakan ke Rosa,
"Kakak kamu tadi bawa payung ngga?,"

Rosa menganggukkan kepala sambil memandangi kue ulang tahun berukuran kecil di tengah meja makan dengan lilin menyala.

Ternyata hari ini adalah ulang tahun Mika. Rosa sangat bersemangat karena dia tau kalau sang kakak setiap hari kecapekan dan sesekali harus dihibur di hari spesialnya.

 Rosa sangat bersemangat karena dia tau kalau sang kakak setiap hari kecapekan dan sesekali harus dihibur di hari spesialnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak lama kemudian, Mika pulang dengan keadaan sedikit basah membawa obat-obatan.

"Selamat ulang tahun......," ucap Pak Ramli dan Rosa bersamaan.

Mika tertegun, tidak menduga kalau dirayakn bahkan dia pun tidak ingat kalau sekarang hari ulang tahunnya.

Tersenyum lebar, menghampiri Pak Ramli dan memeluknya,
"Makasih ayah...,"

Pak Ramli turut tersenyum mengusap kepala Mika,
"Sama-sama, Sayang. Berdoa dulu, baru ditiup lilinnya."

"Oke,"
Mika memejamkan mata sejenak, entah apapun doa yang dia panjatkan semoga segera tersampaikan,
"Tiup bareng-bareng ya."

"Satu.. Dua... Tiga..."

huftttttt.......

Semua tersenyum senang, terutama Mika. Rosa dan Pak Ramli memeluk erat Mika,
"Udah empat belas tahun aja nih anak ayah, mau apa kamu, nak?"

Menggelengkan kepala,
"Mika gak mau apa-apa, ayah. Yang paling penting buat Mika sekarang adalah Ibu sembuh dan kita semua bisa bangkit dari semua ini."

Mendengar jawaban itu, Pak Ramli hanya terdiam. Merasa gagal menjadi sosok ayah buat mereka berdua terutama untuk Mika karena harus berhenti sekolah. Menahan tangis, Pak Ramli semakin erat memeluk kedua anaknya.

"Oh iya, Kak. Aku ada hadiah spesial buat kakak!,"

"Apa tuh?, penasaran aku."

Rosa mengambil sesuatu dari saku kanan celananya,
"Taraa!!!!, tapi maaf ya, kak. Aku cuman bisa beliin ini buat kakak."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIDDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang