Prolog

13 3 2
                                    

[Flashback]

Pagi itu, mentari terbit dengan gemilang di balik jendela kamar gadis oriental bernama Nancy, menerangi setiap sudut ruangan dengan hangatnya sinar matahari pagi. Namun, di dalam kamar kecilnya yang dipenuhi oleh barang-barang yang hendak ia bawa untuk kepindahannya ke Kanada, udara terasa tegang dan berat. Nancy duduk di tepi tempat tidur, di antara tumpukan pakaian dan buku-buku yang siap untuk dibawa ke perjalanan barunya. 

Sementara dia merapihkan beberapa produk make-up di atas meja rias, gawainya bergetar, mengisyaratkan adanya pesan masuk. Nancy mengambil benda tersebut, dan matanya langsung tertuju pada pesan dari Google Calendar yang muncul di layar "Happy Anniversary!" Tanda seru itu seolah-olah berteriak padanya dari layar, mengingatkannya pada tanggal yang seharusnya penuh bahagia: 24 Februari 2016. Hari ini, tepat satu tahun yang lalu, adalah hari ketika Nancy dan seorang lelaki yang menjadi idolanya sejak ia duduk di bangku sekolah menengah secara resmi memulai hubungan mereka.

Nancy menghempaskan benda pipih berwarna hitam itu diatas kasurnya. Ketika kesadaran akan makna hari itu menyapu Nancy, dia merasa seperti terdampar di tengah lautan emosi yang bergelora. Pikirannya melayang ke masa lalu, mengingat momen-momen indah bersama Ben–kekasihnya saat ini–, tetapi juga teringat pada keputusan sulit yang harus diambilnya hari ini.

Krrrt Krrrtt 

Ponsel tersebut kembali bergetar, namun kali ini getarannya berulang-ulang kali yang menandakan bahwa ada seseorang mencoba menghubungi Nancy. Dengan hati yang berdebar, Nancy merogoh gawainya lagi untuk melihat siapa menelepon dia pagi-pagi. Ternyata orang itu adalah Ben. Tanpa berlama-lama ia menggeser ke atas tombol hijau ditengah lalu belum sempat Nancy mengucapkan Halo sebagai pembuka, Ben lebih dulu mengatakan "Nanti siang aku jemput ya."

"Oh oke, kemana dan jam berapa??"

"Rahasiaaa. Kalo jam nya, mmm.. mungkin abis dhuhur aja kali ya"

"Okay deh, aku mau berbenah rumah dulu." 

"See you then." Ben mengakhiri panggilan. 

Nancy kembali duduk di tepi tempat tidur, merenung dalam-dalam tentang arti panggilan itu. Hatinya dipenuhi dengan kebingungan dan ketidakpastian tentang maksud sebenarnya di balik janji pertemuan Ben nanti siang. Akankah ini hanya sekadar perayaan anniversary mereka yang manis, ataukah ada sesuatu yang lebih rumit di baliknya?

Nancy menutup ponselnya dengan perasaan yang campur aduk, bertanya-tanya apa yang seharusnya dia lakukan. Di satu sisi, dia ingin mengungkapkan keputusannya kepada Ben dengan jujur, namun di sisi lain, dia takut akan dampak yang akan ditimbulkannya. Hubungan mereka selama ini baik-baik saja, dan Nancy tidak ingin menyakiti Ben dengan tiba-tiba mengakhiri semuanya.

(✿)(✿)(✿)

Pukul setengah dua siang, saat matahari sedang terik-teriknya, terdengar suara klakson yang familiar menggema di luar sana. Ia rasakan jantungnya berdebar dua kali lebih cepat saat melihat ke arah jendela, mengetahui bahwa suara itu adalah pertanda kedatangan Ben.


Dengan cepat, Nancy berdiri dan menyusuri lorong menuju pintu depan, di mana Ben sudah menunggu dengan senyum lebar di wajahnya. Wajah Ben yang hangat dan ramah membuat Nancy merasa sedikit tenang, meskipun kegelisahan masih menyelimuti pikirannya.

Ketika Nancy membuka pintu gerbang rumah, Ben dengan cepat melangkah masuk dan langsung memeluknya erat. Nancy membalas pelukan itu dengan hangat, tetapi jauh dalam hatinya, dia merasa sedih bahwa pelukan ini akan menjadi pelukan terakhir sebelum mereka berpisah.

Ben: "Halo, Selamat siang nyonya Nancy. You look so gorgeous today."

Nancy: (tersenyum tipis) "Hai, tuan Ben. Thank you. Kamu juga."

Thank You & SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang