Kehancuran. Itu kata yang tepat bagi keadaan di bumi sekarang. Banyak gedung-gedung yang runtuh di sertai dengan api dan asap hitam plus yang membumbung tinggi memperjelas semuanya.
Berpindah lokasi, banyak monster-monster Honkai muncul dari ketiadaan yang perkiraannya ratusan juta sedang bergerak menuju titik di mana beberapa orang terakhir di bumi yang masih hidup.
Seorang laki-laki berambut putih dengan mata biru memandang langit. Keadaannya terlihat kacau dengan luka-luka yang ada di tubuhnya. Ia hanya diam tak bersuara, tak tahu apa yang ia pikirkan.
'Selesai sudah...'
Lantas dia berjalan ke tempat dimana ada seorang pemuda sedang duduk kelelahan bersama dua gadis kembar yang berada di sampingnya yang keadaannya tak jauh berbeda.
Mereka saat ini bersembunyi di atas gunung. Satu-satunya tempat teraman di dunia ini.
"Naruto..."
Sebuah panggilan yang terucap dari mulutnya memancing perhatiannya. Sepasang iris ungunya melihat seorang yang bagian dari masa lalu dan juga berhubungan dengan Elysia. Tapi karena semakin banyak Honkai yang bermunculan membuatnya dia muncul dengan sisa-sisa kehidupan yang dia tinggalkan dulu.
"Bagaimana, Kevin?" tanyanya pelan. Ia berharap kalau ada keajaiban yang terjadi. Namun sayang hanya gelengan kepala yang di dapat.
"Souka."
Jawaban yang ambigu, tetapi cukup membuat Naruto dan dua gadis itu paham menerima kenyataan. Tidak ada harapan lagi di dunia yang hancur ini. Senyum kecut terpatri di wajahnya. Ia melihat kedua adiknya yang memandang dirinya.
"Perjuangan kita sudah berakhir... Seele... Veliona..." ucap Naruto senang sambil memeluk keduanya. Ia sudah lelah dengan semuanya.
"Onii-chan..."
"Nii-san..."
Keduanya tahu kalau kakaknya sudah putus asa walau tak dapat di pungkiri kalau Seele dan Veliona juga pasrah. Sudah setahun terakhir mereka berjuang melawan Honkai yang tiba-tiba bermunculan terlalu banyak, setahun itu juga mereka bertiga kehilangan segalanya termasuk orang-orang terdekat mereka.