"Di mana Aya?"
Joye melebarkan pintu unitnya. Menunjukkan Aya yang sedang tertidur di kasurnya. Aya masih mengenakan gaun putih tulang pendek pemberiannya dan tidak ada jejak tindakan mesum dari Joye sama sekali.
"Biarin dia tidur di sini."
"Gue akan bawa Aya pulang."
"Ibunya Aya enggak sepeduli itu sama dia. Lo enggak usah bohong sama gue."
"Papa—"
"Papa lo malah senang kalau Aya sama gue, dibandingkan sama puteranya sendiri." Joye bersandar pada pintu. "Am I right, Dude?"
Joye tersenyum dan terang-terangan menatap pipinya yang lebih memar dari sebelumnya. Herdi memukuli Arden, karena dia menolak untuk menurut. Arden tetap mau bersama Aya walaupun tahu mereka adalah keluarga.
"Lo cuma suka sama Sandra."
"Tadinya gue pikir juga gitu." Joye menggeleng singkat. "Sekarang ngebayangin gue ngejar-ngejar cewek murahan itu malah membuat gue pengen muntah."
"Sandra berteman dengan laki-laki manapaun, tapi dia bukan murahan."
"Lo enggak sekenal itu sama Sandra."
"Gue kenal sama Sandra sejak SMP."
"Orang bakalan berubah."
"Sekecewa apapun lo sama Sandra, lo enggak mungkin beneran cinta sama Aya. Lo udah menang, ya udah! Tinggalin Aya. Cari perempuan lain."
"Gimana kalau gue bilang gue enggak mau?"
"Ayo taruhan lagi," ajak Arden.
"Sayangnya gue enggak mau jadiin cewek gue bahan taruhan."
"Lo bukan pacar Aya. Aya enggak suka sama lo. Dia cuma milih lo secara asal atau gara-gara takut sama lo."
"Lo enggak berhak ngomong. Lo bukan Aya, Man."
Joye menggoyangkan dagunya ke luar.
"Udah ngeliat, kan? Tuan Puteri lo baik-baik aja, jadi silahkan pergi.""Gue tahu gimana gilanya lo sama Sandra."
"Jangan berdebat soal begituan. Gue bahkan baru tahu kalau ternyata semudah itu gue meninggalkan Sandra demi Aya. Aya semanis itu dan gue enggak akan ngelepasin Aya dengan mudah."
"Lo bawa Aya ke hotel. Lo cuma mau mainin dia seperti cewek lainya. Setelah bosan, lo akan membuang Aya. Enggak akan gue biarkan itu terjadi sama Aya. Dia terlalu baik untuk lo mainin."
"Lo bener-bener Abang yang baik, ya." Joye mengambil jeda yang cukup untuk membuat Arden merasa penasaran. "Atau malah calon pacar yang baik? Meskipun begitu lo enggak bisa milikin Aya sampai kapanpun." Joye tertawa.
Otot-otot wajah Arden menegang. Dia masih ingin membantai Joye, tapi dia tahu itu tidak akan membuat Joye mundur.
"Aya enggak serius sama lo. Kalau Aya menolak lo, lo harus menjauhin Aya."
"Terserah lo. Yang gue tahu sekarang Aya sayang sama gue." Joye tersenyum puas. Demi Tuhan Arden ingin menghajarnya lagi.
"Besok pagi gue bakalan ke sini. Lo enggak boleh-"
"Jaga batasan lo." Joye menarik kerah kemeja Arden. "Jangan mengatakan apa yang harus gue lakukan."
Joye mendorong Arden keluar, kemudian mengunci pintu secepatnya. Arden mengusap wajahnya kasar. Sialan! Segalanya semakin rumit untuknya.
▪️🎧•🎀•♟️▪️
Aya yang Arden temui keesokan harinya menggunakan kaos Joye, tetapi masih menggunakan dressnya sebagai bawahan. Joye melebarkan pintu walaupun tampak tidak menyukai keberadaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
RED | Step Sister [END]
RomanceArden itu paling ganteng se-SMA Tanjuaya. Tumbuh dengan kepercayaan bahwa semua cewek menyukainya membuat Arden menjadi cowok yang gampang mematahkan hati perempuan. Sekarang targetnya adalah Gaia atau yang biasa disapa Aya. Adik tirinya sendiri ya...