Warning 21+
Jadi pembaca yang bijak yah!
Pernahkah kalian membayangkan Gojo dan Geto dalam skenario yang 🤤🫦? Atau membayangkan Naruto dengan Sasuke?
Jika pernah
Selamat datang di kumpulan oneshot anime, tempat imajinasi liar kalian menjadi nyata...
Aku, Koby, saat ini aku sedang berdiri tegap di geladak kapal perang Angkatan Laut. Angin laut bertiup sepoi-sepoi, menyapu rambut merah mudaku yang basah oleh keringat setelah sesi latihan yang melelahkan. Napasku masih terengah-engah, dadaku naik turun di bawah mantel perwira yang kukenakan. Di hadapanku, berdiri sosok perkasa Monkey D. Garp—pahlawan Angkatan Laut, legenda hidup, dan pria yang selama ini diam-diam kupandang dengan perasaan yang lebih dari sekadar hormat.
"Kau sudah berkembang, Koby," ujar Garp-san dengan suara berat dan dalam, penuh rasa bangga. Matanya yang tajam memandangku dengan tatapan yang membuat jantungku berdebar kencang.
Aku menatapnya dengan tekad yang membara. Aku sudah bukan lagi bocah lemah yang dulu selalu ketakutan di bawah kekuasaan Alvida. Sekarang, aku adalah seorang anggota Angkatan Laut yang kuat, seseorang yang ingin berdiri sejajar dengan pria di hadapanku.
"Terima kasih, Garp-san," jawabku, suaraku tegas namun tetap penuh hormat. "Tapi aku tidak hanya ingin pujian darimu. Aku ingin... aku ingin kau melihatku lebih dari itu."
Garp-san mengerutkan alisnya, sedikit terkejut dengan ucapanku. "Koby... kau sudah menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Apa lagi yang kau inginkan?"
Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian, mataku tetap penuh tekad. "Garp-san, aku ingin kau melihatku dengan cara yang berbeda. Aku ingin kau melihatku sebagai seseorang yang bisa melindungi dan berdiri di sampingmu, bukan hanya sebagai bocah yang selalu kau latih."
Garp-san terdiam sejenak, lalu tertawa lebar. Suara tawanya menggema di geladak kapal. "Koby, aku tidak mengerti maksudmu," ujarnya sambil menggelengkan kepala.
Tanpa berpikir panjang, aku meraih kerah mantel Garp-san dan menariknya mendekat. Matanya yang tua melebar, terkejut dengan tindakanku.
"Koby, kau—"
Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, aku sudah menempelkan bibirku ke bibirnya. Ciuman pertama itu penuh dengan hasrat yang selama ini kupendam. Aku merasakan bibirnya yang kasar, tapi hangat, dan aku mendesak lebih dalam, mencoba mengeksplorasi setiap sudutnya. Garp-san tertegun, tubuhnya yang perkasa mendadak kaku di bawah cengkeramanku.
Aku tidak berhenti di situ. Tanganku meraih belakang lehernya, menariknya lebih dekat lagi. Ciumanku semakin dalam, semakin intens. Lidahku menyentuh bibirnya, meminta izin untuk masuk, dan setelah beberapa detik, Garp-san membiarkannya. Lidah kami bertemu, saling beradu dalam tarian yang panas dan penuh gairah.
Napasku semakin berat, tapi aku tidak peduli. Aku ingin merasakan setiap detil dari pria ini. Tanganku yang lain meraba dadanya yang berotot, merasakan detak jantungnya yang kencang. Garp-san perlahan mulai merespons, tangannya yang besar meraih pinggangku, menarikku lebih dekat.
Ketika ciumanku berakhir, bibir kami berdua basah, dan napas Garp-san tersengal. Mataku membara, penuh tekad. "Aku ingin lebih dari sekadar pujian, Garp-san. Aku menginginkan ini!" kataku sambil membelai pantatnya dengan lembut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.