Choi Seungcheol itu, siapa?

35 0 0
                                    

"Tolong! Tolong! Kamu yang disana, tolong aku!." Yang merasa di panggil pun menoleh, ia terlonjak kaget apa yang ia lihat sekarang, seorang bocah yang mungkin masih berumur 8 tahun itu di siksa di depan mata nya sendiri.

"Huh.. apa maksud nya, sih? Dari kemarin mimpi ini terus, mana serem banget lagi." Jeonghan bingung, pasal nya dari kemarin mimpi ini terus menerus terjadi, entah apa maksud nya.

Jeonghan pun segera bangun dari kasur nya lalu pergi ke dapur, tidak langsung mandi karna ia ingin makan terlebih dahulu.

"Makan apa ya? Masa iya makan mie lagi, bikin salad aja deh sama roti, persetan sama makanan diet yang penting aku makan." Jeonghan pun segera mengambil beberapa sayur sayuran yang ingin dia jadi kan salad sayur dan tentu tidak lupa dengan roti.

Setelah semua sarapan yang ia buat selesai, Jeonghan pun langsung memakan nya. Sehabis makan, Jeonghan segera mandi dan bersiap siap untuk pergi keluar, membeli beberapa persediaan makanan dan camilan.

"Pake kacamata atau ngga ya? Pake aja deh." Jeonghan kembali masuk ke kamar nya untuk mengambil kacamata nya.

Saat ini Jeonghan sudah sampai di supermarket tujuan nya agak jauh memang, tapi disini lah persediaan apapun lengkap.

Jeonghan tidak sengaja bertatapan dengan Pria yang ada di sebelah nya, tapi kemudian sekelebat memori lewat di pikiran Jeonghan dan itu membuat Jeonghan pusing seketika karna ia tidak tahu memori apa yang barusan lewat? Jeonghan hampir terjatuh kalau saja Pria di sebelah nya tidak menangkap nya, Jeonghan bingung karena ingin mengingat memori itu saja Jeonghan bisa hampir pingsan.

"Kamu kenapa?." Ucap laki-laki itu yang masih menahan Jeonghan agar tidak jatuh.

"Ah..gapapa, maaf ya udah ngerepotin, agak pusing aja tadi." Pria itu lalu melepas pegangan nya pada pundak Jeonghan.

"Ohh iya gapapa, lain kali hati hati, ya."

"Iya, makasih yaa." Jeonghan sebenar nya merasa tidak enak, tapi apa boleh buat?

"No problem." Jawab Pria itu sambil tersenyum lalu ia pun pergi meninggalkan Jeonghan sendiri.

"Tadi itu..apa ya? Kenapa aku ga inget sama sekali apa yang udah terjadi, terus hubungan nya sama cowo tadi juga apa? Ah gatau lah bingung." Jeonghan masih bertanya-tanya tentang itu, sudah bertahun-tahun sejak ia memasuki umur 15 tahun, mimpi dan memori memori yang terputar sendiri di otak nya sudah ada. Tetapi, Jeonghan masih tidak mengerti apa arti dari semua ini?

"Ah udah lah, mikirin itu terus malah bikin pusing." Jeonghan berusaha tidak perduli dan memilih berjalan menuju kasir.

Setelah selesai membayar semua nya, Jeonghan pun keluar dari supermarket dan segera menuju ke mobil nya, membuka bagasi belakang mobil dan menaruh beberapa makanan yang sudah ia beli.

Jeonghan tidak langsung pulang karena ia akan mampir sebentar ke suatu tempat.

Jeonghan memasuki jalan demi jalan dan sampai lah dia di tempat ini, tempat ini lah yang menjadi tempat ternyaman Jeonghan ketika sedang pusing atau banyak pikiran.

Jeonghan lalu segera masuk ke dalam, memesan beberapa menu yang biasanya ia pesan, tempat ini merupakan sebuah cafe yang tidak terlalu besar namun tidak terlalu kecil juga, Jeonghan menyukai cafe ini karena letak nya tidak di pinggir jalan yang ramai atau jalan raya, jadi lebih tenang karena tidak terdengar hiruk piruk kota.

Setelah memesan, Jeonghan duduk di tempat yang memang sudah biasa ia duduki atau tempat favorit.

Sebenarnya, semalam itu Jeonghan mencoba menelfon Papa nya, walaupun Jeonghan tau Papa nya itu tidak akan pernah mengangkat telfon nya, tapi ia rindu Papa nya, rindu suara Papa nya, rindu masakan Papa yang sangat lezat itu, rindu segala nya tentang Papa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(Maybe) My Life Is So Much Better With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang