Part 11

3.6K 396 23
                                    


Selamat membaca

Maaf banyak typo.

-

-

-

Gracio dan Keynal kini tengah berada di perjalanan menuju kantor. Biasanya, Gracio akan pergi sendiri dengan motor kesayangannya. Namun, hari ini berbeda—ia memutuskan untuk ikut bersama Keynal. Bukan tanpa alasan, siang nanti mereka berencana mencari apartemen untuk Gracio, tempat di mana ia akan memulai langkah baru menuju kemandirian.

Dalam perjalanan itu, Gracio hanya diam menatap ke luar jendela, sementara Keynal sesekali melirik ke arah anaknya, mencoba membaca apa yang sedang dipikirkan pria muda itu.

"Kamu udah yakin mau tinggal sendiri?" tanya Keynal, memecah kesunyian sambil melirik ke arah Gracio.

"Yakin, Pah," jawab Gracio pelan, tanpa banyak ekspresi, pandangannya tetap lurus ke depan, menatap keluar jendela.

Keynal mengangguk paham, lalu memilih untuk kembali diam dan menikmati perjalanan. Ia tidak ingin terlalu dalam mengorek alasan di balik keputusan Gracio. Baginya, keputusan anaknya untuk belajar mandiri sudah lebih dari cukup.

Sambil menatap keluar jendela, Keynal diam-diam tersenyum tipis. Ada rasa bangga dalam hatinya, meskipun terselip juga kekhawatiran sebagai seorang ayah. Namun, ia percaya pada Gracio. Setiap langkah kecil menuju kemandirian adalah bukti bahwa anaknya mulai tumbuh menjadi pria dewasa yang siap menghadapi dunia.

Mobil yang membawa Keynal dan Gracio kini telah berhenti tepat di depan kantor. Sang sopir segera turun untuk membukakan pintu bagi Keynal. Dengan sikap tenang, Keynal melangkah keluar dari kendaraan.

Sementara itu, Gracio memilih untuk membuka pintu mobilnya sendiri. Langkahnya santai namun mantap saat berjalan mendekati ayahnya, yang tampak berdiri menunggunya.

"Siang nanti kita cari apart buat kamu," ujar Keynal sambil merangkul pundak Gracio dengan santai, memberi kesan bahwa ia mendukung penuh keputusan anaknya.

Gracio hanya mengangguk pelan tanpa banyak bicara, seolah sibuk dengan pikirannya sendiri. Kebiasaannya yang biasa mengeluh atau banyak berkomentar kini berganti dengan keheningan. Keynal melirik sekilas, merasa ada yang berbeda dari putranya. Namun, ia memilih untuk tidak berkomentar. Mungkin ini bagian dari proses pendewasaan, sang anak.

Saat mereka hendak masuk ke dalam, sebuah mobil mewah berhenti tak jauh dari mereka. Suara pintu yang terbuka membuat Keynal dan Gracio otomatis menoleh ke arah mobil tersebut.

Seorang pria dengan sigap berlari membuka pintu sisi kiri, memperlihatkan seorang wanita cantik yang turun dari dalam mobil dengan anggun. Wanita itu adalah Shani, sosok yang telah membuat hati Gracio terpaut sejak lama. Senyumnya mengembang, tampak hangat kepada pria yang membuka pintu untuknya—Vino.

Gracio menatap pemandangan itu dengan sorot mata yang sulit dibaca. Ada kecemburuan di sana, tapi juga usaha keras untuk menahannya. Keynal, yang menyadari perubahan pada putranya, menepuk pelan lengannya, memberi isyarat agar mereka segera masuk.

"Ayo, Nak," ujar Keynal singkat, mencoba mengalihkan perhatian Gracio.

Gracio menarik napas panjang, mencoba menghapus rasa sesak yang mengganggu dadanya. Ia tahu tidak seharusnya cemburu, tidak seharusnya berharap pada wanita yang sudah memiliki pasangan. Meski berat, ia menguatkan diri, mengikuti langkah Keynal menuju kantor.

"Nanti pulangnya aku jemput," ucap Vino lembut sambil merapikan rambut Shani yang sedikit berantakan tertiup angin.

Shani tersenyum tipis, mengangguk. "Kamu hati-hati ya, Vin. Makasih juga udah mau anterin aku," balasnya dengan nada penuh rasa terima kasih.

You Are My Everything : Edisi Baru [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang