00

24 2 0
                                    

Cahaya mentari pagi sudah bersinar terang dan masuk ke sela jendela kamar si kembar. Terusik dengan panas yang mengenai pipi mereka, akhirnya si kembar membuka mata dengan malas.

" Pagi dek. "

" Pagi kak. "

" Kamu duluan ke air gih, biar kakak yang beresin kasur. ", ucap si sulung. Ya, dia adalah Hazelda.

" Okeyy. ", ucap si adik kembar atau si bungsu, Zarelda.

Hazelda segera membereskan kasur dan setelahnya pergi ke air karena adik nya sudah selesai.

Selesai berpakaian rapi si kembar turun ke bawah untuk sarapan bersama keluarganya.

Wait, keluarga ?

Ah... Ya, keluarga. Keluarga yang tidak pernah menganggap kehadiran si kembar ada.

Benar saja. Sesampainya mereka di ruang makan, ayah dan ibu sudah sarapan duluan begitu juga dengan kedua kakak mereka. Mereka mengacuhkan kehadiran si kembar bahkan saat si bungsu menyapa mereka, tidak ada jawaban.

Si kembar duduk di tempat mereka, meski di satu meja yang sama tapi kursi untuk si kembar dipisah jauh dan itu keputusan ayah mereka. Parahnya, sekarang tidak ada sarapan yang disediakan untuk si kembar.

"... Pah, Mah. Sarapan buat kami berdua belum ada ya ? ", Hazel akhirnya bertanya.

Tidak ada jawaban.

" Pah, Mah. ", Hazel bersuara lagi dan berharap kali ini dia mendapat jawaban.

" Aduh, ganggu banget sih. Lagi enak enak makan nih ! ", kata si sulung. Zidan Alviansyah Varendra.

" Tau tuh ! Ga sopan banget sih. ", kata anak kedua. Arya Alvendri Varendra.

" Biasalah, namanya juga pembawa sial ya pasti selalu bikin suasana jadi keruh sayang. Udah, kalian makan aja yang kenyang ya. ", ucap Ibu mereka bernama Lily Maemuna Varendra.

" Sigh.... Buat apa kita siapin sarapan untuk kalian berdua hah ? Nanti para maid disini ikutan kebawa sial lagi. Beli di luar aja sana. ", kali ini Ayah mereka yang bicara. Devian Varendra.

Si kembar diam dan merasa sakit hati dengan semua itu. Tapi apalah daya, kalau mereka melawan Ayah mereka malah akan menghukum dengan melempar mereka ke ruang bawah tanah lalu akan di cambuk sebanyak 100 kali.

" Baik, kalau begitu kami sekalian berangkat ke sekolah. Kami pergi dulu. ", Hazel mengambil tas nya lalu beranjak pergi dari ruang itu. Namun, langkahnya terhenti kala melihat adiknya masih diam disana.

" Dek. "

" Tapi aku pengen makan sama keluarga sendiri, Pah... ", lirih Zarel sambil menundukkan kepalanya.

" Tch ! Anak pembawa sial gausah banyak mau deh !! Gue gamau ya nasib gue jadi ikut sial gara-gara kalian berdua ! ", Zidan.

" 2in bang. Malesin banget sih. ", Arya.

" T-tapi... ", Zarel hendak bicara lagi namun sentuhan lembut dari tangan kembarannya menghentikannya.

" Ayo dek, kita beli makan di luar aja yuk. Adek pasti udah laper apalagi kemaren kan cuma makan dua kali. ", Hazel mengelus kepala adik kembarnya sayang dan menatapnya lembut.

Akhirnya Zarel menurut dan mengambil tasnya lalu pergi bersama kakak kembarnya itu.

Tanpa ada yang menyadari, Zidan memperhatikan si kembar dengan tatapan yang tidak bisa di artikan dan kini sedang berperang dengan pikiran dan hatinya sendiri setelah melihat interaksi si kembar.

-THE STORY OF US-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang