0.02

4 0 0
                                    

Singkat cerita, sekarang gua sudah memasuki semester 3, kalau kata orang di semester 3 itu menjadi ajang seleksi pertemanan atau circle.

"duh kira-kira gua bakal di buang gak yaa, dari circle ini?" tanya gua dalam hati.

"wey da bengong aja, lagi ada masalah apa lu" ntah muncul dari mana Naudia tiba-tiba menghampiri gua yang lagi bengong.

"oh nga, ini gua lagi bingung buat ulangan besok"elak gua.
"yailah di pikirin banget lu, ulangan bawa santai aja, toh konsepnya gitu-gitu aja" kata Hartika yang lagi-lagi muncul dan ikut nyamber.

Hari ini, hari di mana UTS berlangsung, gua kerjakan dengan teliti supaya mendapatkan IPK yang memuaskan. Hari demi hari hingga akhirnya UTS telah selesai dan tinggal menunggu hasilnya. Saat hasilnya keluar, gua agak kecewa karena IPK yang gua dapatkan ternyata lebih kecil dibanding punya teman-teman gua yang lain, overthingking sejadi-jadinya ketakukan akan di buang di sebuah pertemanan.

Saat di kampus gua hanya diam saja, tidak seaktif biasanya. "ida lu kenapa si diem mulu, malu IPKnya kecil?" ucap Naudia tanpa babibu.

"yaelah da IPK gak menjamin sukses juga kali, lu tetep temen kita mau IPK lu sekecil apa juga, kita temenan kan dari awal juga gak pernah jadiin IPK sebagai tolak ukur pertemanan." Ucap Laila.

"Kaya gua ni santai, kerjain ulangan sebisanya, kalau gak bisa yauda lewatin, intinya mah gua gak pernah bolos" saut Melda dengan santainya.

"Lah lu mah santai mulu mel, gak pernah gak santai"ucap Fatia dan di disusul tawa kita bersama.

Gua ngerasa beruntung banget bisa kenal sama mereka, mereka yang selalu support gua, mereka yang mau berteman tanpa menjadikan IPK sebagai tolak ukur pertemanan, i desserved it? Tentu pantas kan?

Jam sudah menunjukan pukul 5 sore, kita yang energinya sudah mulai habis, akhirnya memutuskan untuk pulang dan beristirahat, kecuali Fatia yang masih harus bekerja parttime di salah satu cafe di dekat rumahnya. Kabarnya keluarga Fatia merupakan keluarga yang lebih sari kata cuku soal materi, hanya saja Fatia orangnya gabut banget jadi kesana kemari hanya untuk menghabiskan energi yang gak pernah habis-habis. Kedua orang tua Fatia pun tidak melarang apa yang membuat Fatia merasa senang, orang tua Fatia pun tidak perlu khawatir jika suatu saat mereka bangkrut, karena tau anaknya merupakan anak yang mandiri dan pekerja keras.

Di malam hari, seperti biasanya gua ikut nongkrong bersama farhan dan juga teman-temannya, gak lupa juga kalau ada temen-temen gua ikut nongkrong bersama farhan dan yang lainnya. Kita nongkrong di sebuah cafe yang lumayan terkenal di Jakarta, yaitu Arbore Cafe.

"Fat, sini fat duduk sebelah aa, aa ceritain tentang ultramen yang lagi ngaji" panggil farhan ke fatia.
"Cieeeee, ada apa nih, belum sebulan kenal, kayanya udah ada yang cinlok aja HAHAHAHA" goda Yoga sambil tertawa.
"dih apa anjir, gua pukul lu ya gaje mah"ketus fatia.
"neng jangan ketus-ketus aa sakit hati lihatnya"jawab farhan yang pura-pura sedih.
"dih lebay lo far" jawab mereka serempak. Hening dan seketika tawa kami langsung pecah.

Kita ngobrol dari topik serius sampai ke topik-topik nyeleneh. Tidak terasa bahwa jam sudah menunjukkan pukul 22.32, waktunya pulang karena besok masih ada kelas di pagi hari.

"wey gua cabut duluan deh, nyokap gua udah nelponin aja ni" Kata Melda.
"Cailah mel jamet aja jam segini baru ngeliar noh, malu-maluin aja" Saut yudis, temannya farhan.
"jeh atuh sialan lo, kan gua bukan jamet kaya lo makannya masih liaran di jalan" Ketus melda.
"udah-udah berantem mulu tar jodoh, hahahaha" kata gua seketika tawa kami langsung pecah.

Dan akhirnya kita semua pulang ke rumah masing-masing.

"huftttt, capeknya, energi gua hari ini kayanya ke kuras banyak banget, melelahkan" gumam gua sambil melakukan rutinitas malam, yaitu membaca novel.

Next??? okaiiii

Rauzay DaysriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang