Volume 1. Chapter 1. Terpanggil

7 1 1
                                    

Seorang remaja sekolah yang berjalan menuju rumah dikejutkan dengan sebuah kemunculan lingkaran yang tidak diketahui.

Ia langsung menyadari jika itu adalah portal menuju dunia lain, seperti yang tergambarkan didalam sebuah komik fantasy.

Walau begitu, ia memilih untuk menghindari hal tersebut. Akan tetapi, lingkaran itu justru mendatangi dirinya.

Bug...!

Lingkaran itu menjatuhkan orang yang telah ditelan.

"Baru kali ini aku melihat sebuah lingkaran sihir yang mengejar." Keheranan dengan apa yang dialaminya.

"Bisa kau menyingkir dari atasku?"

Remaja itu tersebut mendengar sebuah suara yang begitu berat.

"Rii, Vail! Apa yang kalian lakukan disini?" Dirinya begitu keheranan dan juga bingung.

Dirinya langsung mengenali suara tersebut, dan langsung berdiri untuk kedua temannya bangun.

"Hey!"

"Jangan salahkan diriku, tempat ini begitu gelap." Cini memberitahu, dirinya tidak sengaja menginjak temannya.

"Baju putih milikku jadi kotor begini." Vail bangkit dan langsung membersihkan pakaian yang dikenakan.

Cini mengeluarkan ponsel dan menyalakan penerang untuk dijadikan pencahayaan atau senter ponsel.

"Hidungku yang rusak atau memang tercium bau tidak menyenangkan?" Rii ingin memastikan penciumannya tidak terganggu, dirinya mencium bau amis darah.

"Kau tidak pernah jera untuk tidak membawa ponsel."

"Dia memang begitu, Vail."

"Tenang saja, selama tidak ketahuan oleh guru. Tidak akan menjadi masa-"

Cini yang berjalan didepan mereka tidak sengaja tersandung dan membuat ponselnya mati.

"Sudah memiliki lampu dari ponsel masih saja tidak melihat, kau ini."

"Sekiranya tahu akan terjatuh, tidak mungkin aku berjalan paling depan."

Mereka bertiga merangkak dan meraba-raba lantai mencari ponsel milik Cini. Rii yang sedang berjalan meraba-raba lantai, tidak sengaja menginjak salah satu tangan Cini yang sedang meraba lantai.

"Aaahh!"

Cini berteriak kesakitan.

"Kalau jalan pakai mata-" Perkataan Cini terhenti karena Vail yang berteriak.

"Haaa...!"

"Jangan mengagetkan diriku dengan teriakanmu, Vail." Cini begitu kaget dengan teriakan temannya.

"Tanganku seperti menyentuh kepala manusia." Vail memberitahu apa yang dirasakan olehnya.

"Jangan membuat suasana menjadi menyeramkan, Vail." Cini mulai ketakutan dengan perkataan temannya.

"Bisa saja kau hanya menyentuh batu."

Cini mencoba untuk menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan.

"Rii...kau tidak bicara sama sekali, apa kau-"

Rii mengarahkan flashlight dari ponsel tepat ke mata Cini, dan membuat salah satu temannya itu kesulitan untuk melihat dalam beberapa detik.

"Aku hanya focus mencari ponsel."

"Apa-apaan kau ini setidaknya, terangi sekitar-"

"Haaa...!"

Rii begitu terkejut dengan tubuh manusia yang mati tepat dibelakang Cini.

Tanpa pikir panjang Rii mengarahkan flashlight ke segala arah, dan mendapati sebuah pemandangan mengerikan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ke Dunia LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang