[01.1] Satu untuk Berdua?

283 21 4
                                    

Haii!

Buat para pendatang, terima kasih sudah menyempatkan diri untuk membaca book abal-abal ini hehehe.

Aku nulis cerita ini cuma buat ngeluapin 'emosi' aja, sekedar ngisi waktu senggang. So, jangan berekspektasi tinggi sama penulis amatir ini.

Terakhir deh, mon maap nih kalo tulisannya masih random. Aku masih pemula😓
And, sori ya ges kalo banyak typo. Jempol aing suka keseleo dikit.

Oke segitu aja bacotan dari aing, jangan lupa Vote + Komen biar aing tambah semangat!

Jangan salah lapak ya bejir! Cerita GXB ini! Cewe lebih dominan daripada cowo.

_____________________________

Judul: [01.1] Satu Untuk Berdua?

Untuk cast, kalian bebas berimajinasi sesuai pemikiran kalian buat siapa yang cocok jadi pemeran di cerita ini.

Enjoy everyone!

#ringan konflik
#bahasa campuran

💌 | Sull'amore | 💌

Cuaca sangat tidak memungkinkan kali ini, langit sore yang biasanya cerah kini menggelap seiring rintikan hujan yang mulai turun membasahi kota kecil disini.

Sontak orang yang berlalu lalang berbondong-bondong mencari tempat perlindungan, setidaknya agar terhindar dari air yang bisa membasahi pakaian mereka.

Sama seperti pemuda berwajah manis yang berlari kecil pada sebuah ruko. Plastik terpegang erat ditangannya, dan salah satu tangannya menutupi atas kepalanya.

"Sepertinya perkiraan cuaca yang ku baca tidak ada gunanya," gumamnya pelan sambil mengelap wajahnya yang terasa basah terkena rintik hujan menggunakan telapak tangan. Sedikit kesal karena seperti dibodohi, padahal pemuda itu sudah niat membaca perkiraan BMKG tadi siang, karena takut dirinya akan terjebak disaat-saat seperti ini misalnya. Dan yang ia baca siang tadi, katanya di kota ini akan aman-aman saja tanpa ada turun hujan, tapi sepertinya meleset. Buktinya sekarang hujan sudah mulai lebat membasahi ibukota.

Dan sialnya ia malah tidak membawa payung. Astaga, apa ia akan terjebak sampai malam nanti?

Pemuda manis itu merogoh saku celananya, untuk mengambil ponsel.

Mencari kontak seseorang di benda pipih itu.

Pip...

Panggilan terhubung.

"Ar? Apa kau masih berada dipusat perbelanjaan?" Suara diseberang sana bertanya. Pemuda itu menjauh dari kerumunan, karena suara yang ditimbulkan sungguh membuatnya hampir tidak bisa mendengar ditambah ritme air hujan yang berisik.

Dirasa sudah cukup untuk telinganya beradaptasi, Artala mulai membuka suara.

"Iya! Apa bisa kakak menjemputku?! Aku rasa hujan akan turun cukup lama," balasnya agak meninggikan suara, pandangannya mengedar pada jalanan yang sudah tergenang oleh air. Beberapa kali pemuda itu terciprat oleh air jalanan dikarenakan pengendara yang menjalani kendaraannya dengan kecepatan tinggi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sull'amore | [OneShoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang