Lala Oh Lala

1.3K 119 6
                                    


Apresiasilah sedikit karena sudah aku buatin cerita se-cute ini, dan kalian bisa baca secara gratis. Vote komen n follow ya. ^_^

Amara merasa bahwa penjahat bertopeng kemarin tidak benar-benar ingin menyiksanya. Kekerasan yang dilayangkan kepadanya tak ada satu pun yang menyakitkan. Orang itu hanya menakut-nakutinya. Kenapa ada penjahat seperti itu? Siapa dia? Tidak ada ciri khusus seperti tato, tindik, logo di pakaian, atau apa pun itu. Orang itu memakai baju serba hitam dan topeng. Suara penculik itu juga tidak terlalu jelas karena tertutup topeng. Bagaimana cara mencari tahu siapa orang itu?

Semenjak penculikan itu Amara jadi takut pergi sendirian. Ia jadi paranoid tiba-tiba disergap dan dibius orang. Kini, tiap berangkat dan pulang kerja ia selalu ditemani Lala atau Satya. Hari itu ia berangkat bersama Lala.

"Amara, sori ya pas lo nelepon gue kemarin gue nggak bisa dateng ke rumah lo. Lembur." Lala menghampiri Amara. Keduanya berjalan ke tempat kerja bersama. "Eh, tapi waktu itu yang jawab telepon, kok, Reynov, ya? Dia di rumah lo? Dia yang jagain lo sakit seharian?"

"Hmm... iya."

"Wah... hayo lo ngapain aja di rumah cuma berdua sama cowok? Wah... Amara mulai nakal!"

"Ya nggak ngapa-ngapainlah, orang gue sakit, kok!"

"Nggak percaya!" Lala mulai menggoda. "Minimal pegangan tangan, gandengan gitu?"

"Sori, gue masih setia sama cita-cita gue jadi mama tirinya Sophie! "

"Masa?" Lala menggoda lagi. "Kalau pelukan? Nggak mungkin Lo nggak mleyot sama cowok seganteng Mas Reynovasi Rumah itu!"

"Lala, gue tidur seharian. Lo ngerti sendiri gue kalau ketemu bantal udah lupa dunia akherat!" Amara mengelak santai. Mana mungkin ia dan Reynov berpelukan. Tapi, kalau diingat-ingat, kenapa kemarin dia merasa seperti sempat dipeluk Reynov, ya?

"Kalau ciuman? Hayooo! Mulai nakal lo, ya!"

"Enggak, Lala! Lo mabok Drama Cina kayaknya!" Amara masih santai mengelak. Tapi, lagi-lagi kalau diingat-ingat, kenapa kemarin dia merasa seperti Reynov mencium keningnya, ya? Amara memegang keningnya. Apa dia cuma mimpi? Astaga, kenapa dia mimpiin bosnya nyium dia? Amara geleng-geleng kepala.

"Dia nggak punya pacar, kan? Deketin sono. Daripada nungguin Satya nggak jelas!" kata Lala.

Pacar? Amara tiba-tiba teringat Cassie. Dokter cantik mirip Lara Croft yang mencium Reynov di depan kafe waktu itu.

"Udah punya pacar dia. Dokter. Cantik banget lagi. Udahlah, bangun, jangan ngimpi mulu!"

"Oya? Halah nggak apa-apa. Hari gini jadi pelakor udah biasa, kok! Dunia makin kompetitif, sis!"

"Gila lo!" Amara melotot. Lala langsung tertawa.

Di depan kafe, Amara dan Lala berpisah. "Bye! Jangan nakal sama bos, ya!" goda Lala lagi.

Amara mengibaskan tangan, mengusir Lala. Ia lalu memasuki kafe dan dilihatnya Reynov sedang membuat kopi. Cowok itu berdiri bersandar pada meja pantry. Ia berkemeja putih. Lengan panjangnya digulung asal. Dasinya juga agak tidak rapi. Ia lalu mengangkat kopinya sambil menyapa Amara. "Halo! Udah sehat?"

Bukannya menjawab, Amara diam saja. Melihat Reynov dengan posisi berdiri sempurna dan tampak gagah seperti itu, Amara jadi membayangkan dirinya dipeluk Reynov, bersandar di dada bidang laki-laki itu, lalu keningnya dicium. Kayaknya enak, ya, bisa nyender, khayalnya.

"Aaaaa!" Amara tersadar. Ia menjerit dan menutup muka. Dia tiba-tiba malu bertemu Reynov.

"Ada apa?" Reynov menaruh kopinya. Waspada. Naluri intelnya langsung aktif. Ia teliti sekeliling, bahkan ia bersiap mengeluarkan pisau lipatnya, tapi tidak ada ancaman ditemukan. Semuanya aman.

"Kamu kenapa teriak?" tanya Reynov heran.

"Enggak apa-apa!" Amara menggeleng. Ia merasa pipinya menghangat dan memerah. Kenapa mimpinya terasa nyata? Kenapa dia merasa kayak betulan pernah dipeluk, bahkan dicium Reynov? Sepanjang hari ia jadi menghindari Reynov, karena tiap kali ada Reynov dia tiba-tiba salah tingkah.

"Amara, kamu naruh sapu di dalam kamar mandi?" Reynov tiba-tiba menemukan sapu di toilet.

"Astaga!" Amara menepuk jidat. Entah apa yang sedang dia pikirkan sampai salah menaruh barang.

"Terus, kamu dari tadi bersihin kaca, kok, nggak selesai-selesai, ya?" komentar Reynov. Dilihatnya Amara masih membawa lap dan membersihkan jendela yang sama dari tadi.

"Oh... emm.." Amara bingung harus beralasan apa. Ia hanya menatap Reynov, Kamu beneran nyium saya, ya, kemarin? Amara bertanya dalam hati. Apa kamu juga meluk saya? Kita ngapain aja, ya, kemarin? Kita nggak aneh-aneh, kan? Amara benar-benar ingin menanyakan hal itu, tapi malu.

"Kalau kamu masih sakit kamu boleh pulang," kata Reynov. "Apa perlu saya antar ke rumah?"

"Enggak-enggak! Saya udah sehat, kok!" Amara langsung menolak. Membayangkan Reynov ada di rumahnya membuatnya kembali berkhayal tidak jelas. Haduh... jangan naksir sama pacar orang, dong! batinnya. Ah... gara-gara Lala, dia jadi berpikir aneh-aneh. Lala.. oh Lala!

********

Fiasco Kafe (END lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang