00 - Kyomei

364 67 4
                                    

[If choosing you over the world is wrong, then please do consider me a villain. If waging a battle for one woman is a crime, then consider me a criminal. If wanting you this much is my downfall, then consider me already on my knees]



[Jisoo X Taeyong fantasy story]
Mature, Abuse, Romance, Family

---

"Ibu, bagaimana ibu bertemu dengan ayah dulu?" Anak laki-laki berusia tujuh tahun yang duduk di pangkuan Jisliante bertanya sembari mendongakkan kepala, mencoba memandangi lekat-lekat wajah sang bunda. Cantik seperti bidadari, putih layaknya kertas, halus kulitnya bak beledu. Ansen selalu dibuat terpesona dengan rupa sosok yang sudah melahirkannya, dan dia bersyukur bisa lahir dari wanita yang penuh kasih sayang tersebut.

Dalam diam Ansen memperhatikan gestur ibunya, sedang mengangkat cangkir teh sedangkan sebelah tangannya yang bebas mengelus kepala Ansen lembut, penuh kasih sayang sampai-sampai Ansen tanpa sadar memeluk tubuh ramping bundanya, nyaman dengan belaian tersebut.

"Kamu penasaran dengan itu?" Suara Jisliante mengalun halus, menyapa rungu bocah berusia tujuh tahun itu lembut. Lantas, gelas teh yang Jisliante pegang ditaruh ke atas meja dengan sekali gerakan, dan Ansen tahu betul selanjutnya apa. Ibunya memeluk tubuh Ansen dan berbisik, "Agak tragis sampai ibu .... nyaris mati, mungkin?"

"Eh? Apa benar?" Jelas bocah laki-laki itu bingung, tak mengerti tragis macam apa yang dimaksud ibunya karena yang dia tahu, saat ini sang ayah sangat menyayangi sang bunda lebih dari apapun. Setiap pagi ayah akan menyapa ke kamar Ansen berdua dengan sang bunda, memberi sapaan hangat dan menenangkan, memakaikan Ansen pakaian sambil bercengkerama harmonis.

"Ayah itu perdana menteri, 'kan? Apa kalian bertemu di suatu tempat yang menegangkan?"

Jisliante tersenyum kecil. Dia justru memalingkan wajah. Apa benar perdana menteri? Jisliante mendadak ingin menyangkalnya, tetapi sorot penasaran putra kandungnya membuat dia mengurungkan niat. "Ya ... begitulah. Nanti ibu ceritakan."

"Oh, kalian di sini. Kucari di kamar tidak ada ternyata kalian melakukan tea time tanpa mengajakku?" Laki-laki tinggi menghampiri mereka yang duduk di taman. Kamisa putihnya terbalut apik membungkus tubuh jangkungnya, celana putihnya juga melekat apik. Sebuah mantel kerja menggantung di lengan kirinya. Dan pelan-pelan, pria berusia matang itu melepas cravat yang membelenggu lehernya lalu dia mengecup pipi Jisliante dan Ansen bergantian.

"Ayah datang lebih lambat hari ini!"

"Ya, istana sedang sibuk akhir-akhir ini." Sosok yang menyandang sebagai suami Jisliante mengambil duduk di kursi depan mereka. Dia meyunggingkan senyuman hangat. "Oh, putra ayah hari ini manja sekali sampai duduk di pangkuan istriku."

"Ayah, kan, selalu bersama ibu selama ini. Gantian, dong!"

Taman mansion kediaman Duke Leonard hari ini dihiasi tawa. Jisliante Leonard, putri dari satu-satunya pemilik wilayah selatan yang menjadi istri sah duke timur. Usia pernikahannya sekitar baru delapan tahun. Dalam dunia sosial, Jisliante disebut-sebut sebagai bunga bangsawan karena dia memiliki rupa dewi dan perjalanan karirnya mulus.

Di tahun pertama pernikahan mereka, dia dianugerahi anak laki-laki. Bola matanya warna biru terang seperti langit, kulitnya putih pucat mirip dengan genetik yang Jisliante dan suaminya punya. Keluarganya bahagia. Keluarganya rukun. Keluarganya tenteram di tengah mulai kacaunya politik negara ini.

"Ansen, kamu boleh ke kamar dulu?" Suami Jisliante, Tharov Leonard, menatap putra tunggalnya hangat. "Sudah waktunya kamu belajar, 'kan? Ada hal mendesak yang ingin ayah katakan pada ibu. Kali ini apa kamu mau mengerti?"

Kyomei • jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang