01.

66 7 1
                                    

Flashback On

Zivan menggigit kuku nya dengan gusar kala melihat petugas tata usaha membuka map tagihan semester yang harus dibayar.

Mau dikata apa, Zivan tidak mempunyai uang sepeserpun sekarang, ah, bukan hanya sekarang namun sejak semester kemarin.

"Ghazivan Halleo ... 4 semester ya?"

Rupanya lebih.

Yang ditanyai hanya mengangguk canggung sambil mengusap tengkuknya ragu. "Maaf bu, saya akan mem—"

"Nak, salah satu syarat untuk mengikuti ujian pekan depan adalah membayar lunas tunggakan semester, kamu sudah membuat surat pernyataan tiga kali, selanjutnya kamu harus membayarnya atau tidak boleh mengikuti ujian"

Jeongwoo meringis pelan, tidak mengikuti ujian sama dengan mengulang semester artinya target kelulusan harus molor dari waktu yang ditentukan.

"Saya pasti akan membayarnya bu, paling lambat minggu depan.."

Jawaban bodoh itu tak seharusnya meluncur dari bibirnya.





[ Hello, Goodbye ]





"Lu mau duit ga?" tawar Gama sambil membuka sebungkus snack kentang dipangkuan begitu mendengar keluhan Zivan.

Si Manis mengernyitkan dahi dengan ragu, "Mau lah?"

"Lu mending pulang dulu, mandi abis itu pakai baju bagus, gue shareloc jam 8." jawabnya dengan yakin.

"For real?"

"Ck. Kapan sih gue boong?









Dan setelah melihat dimana tempat yang dimaksud oleh Gama, sumpah serapah meluncur bebas dari mulut Zivan.

Kini, dia sudah berada didepan salah satu Club Malam terkenal di tengah kota Seoul. Tak main-main, hanya orang kaya berdompet tebal saja yang bisa kemari.

"Masuk aja, bilang kalau lo temennya Gamaliel Hudges, jangan lupa kasih liat ke petugasnya foto gue yang paling ganteng"

"Najis!" Seru Zivan mengingat ucapan Gama sesaat sebelum ia menyumpahi kelakuan sahabatnya itu via telepon.

Dengan langkah ragu, tungkainya mendekat ke arah petugas keamanan yang berjaga diluar lalu menunjukkan foto Gama. "Saya diundang kemari oleh Gamaliel Hudges"

Ternyata semudah itu.

Beat musik yang memekak telinga menyapa indera pendengaran Zivan begitu ia melangkahkan kakinya menuju ke dalam Club, dilihatnya berpuluh-puluh manusia tengah asik menari ditengah ruangan, tak lupa bau alkohol dan rokok yang amat menyengat.

Si Manis melongo melihat pemandangan didepannya, sesekali ia melirik sebuah pesan singkat dari Gama yang menunjukkan tempatnya berada.

"Naik ke lantai dua lewat lift, jangan berhenti dibawah, atau kelar idup lo"

Zivan bergidik ngeri mengingatnya, ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru Lantai satu untuk mencari keberadaan lift yang dimaksud Doyoung.

BRUG!

"MATA LO!" Seru Zivan saat dirinya ditabrak seorang pemuda jangkung setengah mabuk secara tiba-tiba.

Alih-alih pergi dari sana, Zivan malah memutar badan, ingin tahu siapa bajingan tengik yang menyenggolnya hingga hampir terjengkang.

"Ini, INI ABIAN?!"

Zivan tidak salah lihat, itu Abian. Si pemuda dari fakultas hukum yang terkenal akan kekayaan keluarganya dan paras rupawan diatas rata-rata. Itu benar dia.

HELLO, GOODBYE | BINHAOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang