1

61 7 0
                                    


.

.

.

"Waktulah yang membuatku
terbiasa."

Seorang remaja sedang berjalan pulang menuju rumah nya dengan wajah pucat lesu. Tangan kanan yang nampak gemetar terlihat sedang memegang secarik kertas ujian yang bertuliskan nilai 87.

"Apa yang harus ku lakukan? Pasti ibu akan marah kepadaku." Ucap remaja itu menampilkan mimik wajah gelisah.

"Angkanya tidak bisa di ubah." Ucapnya lagi.

"Raka!" Teriak seseorang.

Remaja yang sedang meratapi nilainya tersebut biasanya di panggil Raka dengan nama lengkap Raka Valendra. Seorang remaja dengan pesona mata malas milik nya.

"Aku mencarimu disekitaran sekolah dan ternyata kau disini." Ucap remaja yang memanggil Raka.

"Jalan mu cepat juga dan ada apa denganmu? Wajahmu sangat jelek sekarang." Ucap remaja itu kesekian kalinya sembari merangkul Raka.

"Berisik." Ucap Raka melepaskan tangan ghaib dari pundaknya.

"Ck, kau tidak asik." Ucap remaja itu memutar bola matanya dengan malas.

"Ngomong-ngomong, berapa nilai yang kau dapat saat ujian tadi?" Tanyanya dan berjalan di samping Raka.

"Ini adalah hari sial bagiku Alden, aku mendapatkan 87, sangat buruk." Ucap Raka menunduk sedih lalu melirik Alden.

"Berapa nilai yang kau dapat?"

"Haha, ini adalah hari keburuntunganku nilaiku naik 4." Ucap Alden dengan riang.

"Berapa nilai mu sebelumnya?"

"47."

"Pfft!"

"Jangan tertawa! Ini adalah pencapaian terbesarku! Biasanya nilaiku hanya naik satu atau dua saja." Ucap Alden menggebu-gebu.

"Haha, baiklah maaf. Selamat untukmu."

"Terima kasih kawan." Senyum Alden hingga memperlihatkan giginya yang rapi dan bersih.

.

Sesampainya dirumah, Raka mengetuk pintu lalu masuk kedalam. Dia tinggal dirumah sederhana berdua bersama ibunya.

"Aku pulang."

Seperti biasa, sangat sepi. Disaat ayah Raka menikah lagi dan pergi meninggalkan mereka, disaat itu juga ibu Raka menggantikan peran sebagai kepala keluarga. Setiap hari pergi bekerja untuk memenuhi kehidupan mereka berdua.

Raka sangat ingin membantu ibunya akan tetapi tidak di izinkan. Ibunya mengatakan bahwa tugas Raka hanyalah bersekolah.

Ayahnya sangat menyayangi Raka sebelumnya karena itu lah Raka tidak bisa untuk membenci ayahnya. Raka hanya sedikit kecewa.

Raka menyimpan tas dan kertas hasil ujiannya didalam kamar lalu berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makan malam sebelum ibunya kembali. Bukan hanya itu, Raka juga harus membersihkan rumah. Ibu Raka tidak suka dengan tempat yang kotor.

Akhir Yang BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang