Part 2 - Kebebasan

31.1K 520 61
                                    

"Kau seharusnya bersyukur, Ray, kau memiliki dua kakak laki-laki yang tampan dan mapan. Kalau aku jadi dirimu, akan aku manfaatkan mereka berdua," goda Wenda pada sahabatnya yang tengah asik menyeruput Cappuccino miliknya.

"Untung saja aku bukan kamu," ucap Raya singkat. Ia tidak ingin berdebat hari ini, mengingat hanya hari ini waktu yang tersisa untuknya menjauh dari kedua makhluk perfect itu.

"Andai kita bisa bertukar tempat," ucap Wenda cengengesan.

Raya menggeleng tak mengerti melihat sikap sahabatnya itu. Ia bisa memaklumi kenapa semua gadis tergila-gila pada kedua brothers yang ia miliki itu.

"Kau tidak mengerti, mereka ...." Raya tidak bisa melanjutkan ucapannya, karena bibirnya di bungkam oleh bibir sexy milik Nugi, yang sontak membuat Daniel segera menarik Raya dan membenamkan wajah gadis itu di dadanya.

"Oh Tuhan!" Raya memang membuat semua gadis iri hati padanya. Bakan Wenda sangat ingin merasakan ciuman dan pelukan hangat laki-laki itu.

"Sampai kapan kau memeluk ku, Dan?" Raya tidak kehabisan nafas karena Daniel memeluknya sangat erat.

Daniel melepaskan pelukannya dan menarik kursi di samping Wenda, sedangkan Nugi duduk di antara Daniel dan Raya.

Raya menghembuskan nafas beratnya, baru saja ia ingin bersenang-senang sendirian. Tetapi, kedua makhluk menyebalkan itu sudah mengganggunya.

"Bisakah kalian tidak mengganggu ku?" Tanya Raya memecah keheningan disana.

"Kami di takdirkan untuk mengganggumu sayang," jawab Nugi mengedipkan sebelah matanya pada Wenda. Hal biasa bagi Nugi, tapi hal besar bagi Wenda.

"Apa kalian tidak akan membiarkan ku sendirian?" Tanya Raya frustasi. Ia menundukkan kepalanya, berharap Daniel atau Nugi simpatik dan membiarkan dirinya sendirian.

"Tidak selama kami masih bernafas," jawab Daniel singkat. Ia sibuk dengan handphonenya saat ini.

"Kalau begitu, bisakah kalian berhenti bernafas?" Tanya Raya polos.

Daniel mendelikkan matanya, sedangkan Nugi tertawa lepas sambil memegangi perutnya yang terasa sakit akibat mendengar ucapan polos Raya. Tak kalah kagetnya dengan Daniel, Wenda tersedak kentang goreng yang ia pesan barusan.

"Kau ingin kami mati?" Tanya Daniel menggoda.

"Kalau dengan cara itu berhasil membuat kalian tidak menggangguku lagi, why not?" Celetuk Raya.

"Kau benar-benar ingin kami mati?" Tanya Daniel sedikit kaget dengan pernyataan Raya, walaupun ia tau gadis itu hanya bercanda.

"Kau benar-benar manis, Raya," ucap Nugi memeluk erat Raya, sambil mendaratkan kecupan di seluruh wajah Raya.

Ada perasaan aneh ketika Raya berdekatan dengan Nugi, entah perasaan apa itu, ia pun tidak mengerti. Mungkinkah perasaan seorang adik kepada kakaknya? Atau perasaan yang lain. Kenapa ia tidak merasakan hal itu ketika ia berdekatan dengan Daniel?

"Aku ingin pulang." Raya menguap. Sepertinya ia benar-benar lelah hari ini.

Mereka pergi meninggalkan cafe itu. Nugi mengantarkan Wenda pulang, sedangkan Raya pulang dengan Daniel.

Entah sejak kapan, Raya sudah tertidur pulas di kursi penumpang. Wajahnya terpapar sinar rembulan yang sedang penuh. Daniel mengusap pelan rambut adik angkatnya tersebut dengan mesra.

Ia menepikan mobilnya. Matanya memandang setiap lekuk tubuh mungil Raya yang sedikit berisi. Ia laki-laki normal, wajar kalau ia tergoda dengan gadis di depannya. Tak perduli bahwa gadis itu adalah adiknya.

"Kau sangat cantik sayang!" Ucap Daniel mendekatkan wajahnya ke wajah Raya.

Daniel menyentuh lengan mulus milik Raya, hidungnya mengendus aroma tubuh gadis malang yang tak tahu bahwa sedang menjadi korban kemesuman salah satu kakaknya.

Daniel tidak tahan lagi, ia menyentuh dada bagian atas Raya. Sedangkan bibirnya bersiap-siap melumat bibir gadis itu.

Ddrrrttt .... ddrrrtttt ...

"Oh shiitt!" Umpat Daniel ketika handphonenya bergetar. Ia segera mengangkat panggilan yang sudah merusak kesempatan emasnya.

"Kalau kau menyentuh Raya, aku akan membunuh mu sekarang juga." Teriak seseorang yang menelponnya.

"Ciih... kau merusak kesempatan ku." Daniel masih terlihat kesal.

"Aku serius Mr. Lando."

"Aku duarius." Daniel terkekeh mendengar ucapan pria di sebrang telpon.

"Sejak kapan kau jadi alay brother?" Tanya orang itu, terdengar bahwa ia juga tertawa geli mendengar ucapan Daniel.

"Kalau kau terlambat pulang, aku akan memberi Raya kehangatan malam ini," goda Daniel pada Nugi.

"Aku akan membunuh mu brother." Teriak Nugi tak karuan.

Daniel yakin bahwa, Nugi sedang memacu kecepatan mobilnya dengan kecepatan tinggi saat ini. Jika ada sesuatu yang menimpa Nugi, ia akan merasa bersalah sekaligus senang. Tak ada lagi yang akan bersaing dengannya untuk mendapatkan Raya. Terlihat sangat kejam memang, tapi itu hanyalah candaan Daniel saja.

***

Nugi masuk ke kamar Raya diam-diam. Ternyata Raya tidur dengan posisi duduk di tepi ranjang. Seperti malam-malam biasa, Raya selalu tertidur dengan posisi duduk dengan kepala menengadah keatas, membuat tepi ranjangnya sebagai bantal tidur.

Nugi melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Daniel di dalam mobil tadi. Ia membelai rambut Raya dengan lembut, melontarkan ungkapan sayangnya pada gadis mungil yang tengah tertidur pulas itu. Ia menepikan helaian rambut yang jatuh di wajah Raya. Tanpa sengaja tangannya sudah menari di perut rata milik Raya. Sebuah kecupanpun akan mendarat di bibir pink Raya.

"Aarrgghh!" Pekik Nugi kesakitan merasakan ada sesuatu yang menjepit bibirnya.

"Apa yang kau lakukan brengsek?" Tanya Daniel menahan marah. Sorot matanya memerah, rahangnya bergemeletuk menahan gesekan gigi-gigi putihnya.

"Sa...sakit, Dan!" Ringis Nugi.

Mereka berdua terlibat cekcok yang tidak masuk akal. Saling menyalahkan satu sama lain. Nugi bersikeras menarik tubuh Raya ke pelukannya. Daniel juga tidak mau kalah, ia juga menarik tubuh Raya, sesekali kakinya mendorong tubuh Nugi.

"Gak bisa nafas!!!" Gumam Raya dalam hati.

Raya belum menyadari bahwa dirinya korban kekerasan dalam kamarnya sendiri. Ia hanya merasakan dirinya terombang-ambing ke kanan dan ke kiri. Ia juga mendengar teriakan-teriakan menggema dalam kamarnya. Ia berusaha mengingat kejadian malam ini. Ia ingat ketika Daniel membangunkan dirinya ketika sampai apartemen, setelah itu ia menghabiskan waktu untuk menonton film Korea kesukaannya. Tapi kenapa ia merasa tidak sendiri di dalam kamarnya?

Raya berusaha membuka kedua kelopak matanya yang sangat berat, ia merasakan sakit pada tubuhnya sekarang.

"Huaaaaaaaa .... a...apa yang kalian lakukan di kamarku?" Teriak Raya keget ketika melihat dua makhluk kasat mata yang terlihat seperti makhluk tak kasat mata sekarang.

"Kami akan menghangatkan tubuh kamu, Raya!" Ucap Daniel dan Nugi bersamaan sambil memeluk erat Raya.

"Kenapa aku bisa terikat dengan makhluk-makhluk seperti kalian? Yang satu playboy mesum, dan satunya pedofil. Kakek tolong aku," ucap Raya pasrah ketika tubuhnya di gendong paksa oleh Daniel ke ranjang, di susul oleh Nugi.

Daniel dan Nugi hanya tersenyum manis ketika mendengar perkataan Raya. Bahkan, dalam hati Raya, ia juga senang tidur bertiga dengan kakak-kakaknya. Ia selalu tertidur nyenyak ketika mereka tidur bersama. Ia juga yakin bahwa, tidak akan terjadi sesuatu yang buruk ketika ia tidur. Karena Daniel dan Nugi sangat menyayangi dirinya.

Raya masih tidak menyadari apa yang telah terjadi padanya ketika ia tertidur pulas tadi.

Vote and comments guys :D
Biar semangat lanjutin ceritanya :)

My Handsome BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang