Malam hari, 22.37
Seorang lelaki yang memiliki surai ungu menghela napas terus-menerus. Jadwal live yang kian memadat, viewers yang bertambah, dan juga subscribers yang meningkat entah kenapa menjadi beban sekaligus anugrah tersendiri untuknya.
Jari-jari panjangnya menari dengan indah dan cepat di atas keyboard, mengetik pesan ajakan kepada vtuber lain untuk melakukan kolaborasi. Pada awalnya memang terasa sulit, tapi pemuda itu mampu melakukannya dengan baik.
Usai mengirim pesan, dering smartphone miliknya mengalihkan perhatian pemuda itu dari monitor untuk beberapa saat, tertera nama Harris Caine di layar.
"Halo Ris, kenape?" Tanya pemuda itu dengan malas.
"Halo Rion. Gimana kabar kamu hari ini? Maaf aku belum bisa berkunjung ke rumah kamu sekarang, mungkin minggu depan bersama anak-anak yang lainnya?" Balas suara di sebrang sana dengan halus.
"Santai aja, gue udah biasa disini sendiri."
Arion mematikan sambungan telponnya dengan cepat, membuat pemuda dengan surai merah disana sedikit khawatir. Namun meski khawatir dengan kondisi temannya itu, tidak ada hal lain yang bisa Harris lakukan selain memberikan waktu pada Arion untuk menyendiri.
****
Pagi ini tak secerah biasanya. Hujan turun dengan deras, berlomba-lomba untuk membasahi tanah yang sebelumnya tidak pernah tersentuh oleh air sedikit pun. Kilat yang saling menyapa, bahkan guntur yang saling bersahutan membuat pemuda bersurai ungu itu tidak bersemangat.
Ia ingin bermalas-malasan seharian, ia hanya ingin tidur lalu bermimpi indah sepanjang waktu, namun ada tanggung jawab yang harus ia lakukan setiap hari seperti,
Streaming.
Untuk seorang streamer sepertinya, streaming berjam-jam merupakan suatu keharusan baginya jika ingin berpenghasilan. Banyaknya 'dukungan' yang diberikan oleh para penontonnya membuat ia tak perlu susah payah untuk membanting tulang demi mendapatkan sesuap nasi. Yang perlu ia lakukan hanya duduk manis di depan monitor, menyapa para penonton, dan memainkan game yang ia inginkan maka uang akan terus berdatangan padanya.
Satu masalah yang di hadapinya saat ini adalah gangguan tidur. Jadwalnya yang kian memadat mengharuskannya untuk mengatur jadwal stream, tidur, dan kegiatan lainnya dengan benar. Meski begitu, terkadang Arion melakukan durasi stream lebih dari apa yang telah ia sendiri jadwalkan. Pusing dan tidak enak badan sering kali ia rasakan, tapi mau bagaimana pun Arion harus tetap tampil sempurna di depan kamera.
Dan sekarang masalah lain muncul, stok makanan dan bahan masakan lainnya telah habis. Yang tersedia di kulkas hanyalah sayuran layu yang dibeli dua bulan lalu, minuman kaleng yang sudah melewati tanggal expired, dan beberapa susu kotak yang rembes sehingga susu mengotori sebagian isi kulkas.
"Damn, pasti kerjaan si Gin. Awas aja, kalo kesini lagi gabakal gue kasih masuk itu anak!" Arion menghardik sang pelaku dengan senang hati.
Merasa kehancuran seisi kulkasnya adalah perbuatan temannya yaitu Gin, dengan malas Arion membersihkan kulkas dengan lap yang ia ambil dari dapur. Tangan berurat itu dengan telaten membersihkan seisi kulkas hingga tampak seperti baru. Bangga dengan hasil kerjanya, Arion melebarkan senyumnya dan bergegas untuk berganti baju untuk membeli kebutuhan kulkas yang telah habis.
Dengan mobil yang senada dengan warna rambutnya, Arion melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh karena ia yakin hari ini akan sepi pengendara dikarenakan hari libur.
Tidak ada hal yang begitu menarik perhatian seorang Mikazuki Arion selama perjalanan pergi menuju pusat perbelanjaan, hanya jalanan kosong dengan beberapa pejalan kaki di trotoar yang mungkin sedang menunggu jemputan.
Sesampainya di pusat perbelanjaan, Arion mengambil troli dan mulai mengelilingi seisi market. Susu, roti, minuman bersoda maupun minuman berenergi, telur, dan masih banyak lagi yang ia butuhkan untuk melengkapi kulkasnya yang memiliki empat pintu.
Sepanjang Arion berbelanja, ia tak takut sama sekali orang-orang akan mengenalinya. Toh ia seorang vtuber? Dengan mengubah tone suara saja bisa membuat orang tidak sadar, termasuk tetangganya sendiri.
Jika yang dilakukan oleh tetangganya adalah flexing pekerjaan anaknya, Arion hanya bisa tersenyum dan pergi. Karirnya bisa saja terancam hancur jika ia menceritakan apa pekerjaannya.
Kembali pada Arion.
Usai membayar belanjaannya, ia memutuskan untuk pulang ke rumah tanpa mampir ke tempat biasa ia gym. Hujan deras sepertinya membuat pemuda itu malas melakukan banyak hal dan memilih untuk menggulung dirinya di dalam selimut.
Sayang sepertinya rencana pemuda itu akan gagal. Saat kesadarannya kembali utuh, ia di kejutkan oleh seorang perempuan yang hampir tertabrak oleh mobilnya saat akan menyebrang jalan. Dengan panik Arion keluar dari mobil tanpa menggunakan payung ataupun jas hujan.
"Lo gapapa mba?" Tanya Arion dengan panik saat berdiri di depan perempuan itu itu.
Tidak ada jawaban apapun dari lawan bicara. Perempuan yang mungkin hanya setinggi dada pemuda itu hanya diam sebelum akhirnya mendongakkan kepala dan menatap pemuda itu tepat ke mata Arion.
"I'm okay." Dua kata itu berhasil membuat Arion terpaku.
Suara yang lembut serta paras yang rupawan dengan surai seindah juga semenyala bara api membuat pemuda itu tidak bisa mengalihkan pandangan kemana pun. Terlebih pakaian yang digunakan oleh perempuan itu telah basah sepenuhnya terkena hujan semakin membuat Arion tak tega untuk meninggalkan perempuan itu.
"Ikut gue dulu, baju lo basah kan? Ganti di rumah gue, nanti kalo hujan udah reda bakal gue anter pulang." Bukan permintaan, tapi pernyataan. Arion masih ingin melihat seorang perempuan yang berhasil memikatnya dalam sekali pertemuan.
Perempuan itu hanya mengangguk dan tersenyum kecil, tanpa perlawanan ia mulai melangkahkan kaki menuju mobil orang yang hampir menabraknya. Arion yang mengetahui hal itu tersenyum semakin lebar.
Setelah keduanya masuk kedalam mobil, dengan kecepatan sedang Arion melajukan mobilnya. Dengan senyum yang tak kian luntur, Arion mulai menanyakan identitas perempuan tersebut.
"Em, kita kan belom kenal nih, kalo boleh tau siapa namanya mba cantik?" Tanyanya dengan sedikit genit.
Perempuan itu tersenyum kecil, namun ia masih diam. Selang beberapa detik ia mengalihkan pandangannya dan menatap Arion dengan tatapan yang terkesan lembut.
"Mikazuki [Name]."
Seketika Arion memberhentikan mobilnya secara mendadak.
"A-apa?"
•
•
•
TBCNOTE:
Yoo, sup everyone. Ga tau kenapa bikin ini, iseng.
Btw book ini ga panjang, mungkin 10chp aja.
Pertanyaan kalian di bab ini maupun seterusnya kayaknya bakal kejawab di chp 9-10, jadi sabar ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain (Mikazuki Arion x Reader)
FanfictionBeberapa orang menyukai hujan karena alasan tertentu, dan kamu yang menjadi alasan mengapa seorang Mikazuki Arion menyukai hujan. .⋆。⋆☂˚。⋆。˚☽˚。⋆..⋆。⋆☂˚。⋆。˚☽˚。⋆. 𝕸𝖎𝖐𝖆𝖟𝖚𝖐𝖎 𝕬𝖗𝖎𝖔𝖓 𝖝 𝕽𝖊𝖆𝖉𝖊𝖗 .⋆。⋆☂˚。⋆。˚☽˚。⋆..⋆。⋆☂˚。⋆。˚☽˚。⋆.