Setelah adanya cinta pertama, tidak menutup kemungkinan adanya patah hati pertama. Bagi orang yang sering patah hati, mungkin sudah tidak sesakit saat patah hati pertama atau mungkin bisa terasa sama sampai akhir. Seperti apa yang terjadi dengan diriku, tidak genap setahun hubungan berjalan namun, patah hati yang terasa berjalan lebih dari satu tahun.
Culture shock, mungkin kata-kata ini yang cocok untuk diriku saat itu. Dimana jika mengingat perjuangan dalam mendapatkan cintanya terlalu rumit. Aku sempat merasa iri pada orang lain yang untuk mendapatkan cinta seseorang cukup dengan bertemu, berkata-kata manis, dan esoknya mereka jadian. Sedangkan aku? Kata-kata manis tidak bekerja disaat kita belum kenal seutuhnya dan meluluhkan hatinya perlu ekstra pikiran serta ekstra perjuangan agar diri ini bisa setara dengan apa yang dia punya. Seperti halnya berjanji untuk mendapatkan rangking diatas dia, selalu mendapatkan nilai yang sama ataupun lebih bagus. Bagiku, ini sudah perjuangan yang berat dan melelahkan.
Pada akhirnya, seperti yang kukatakan diawal. Hubungan ini berakhir dengan ucapannya. Meskipun dalam hubungan ini ada tambahan berpegangan tangan, secara tidak sadar ini seperti berpengaruh lebih terhadap prestasi akademik. Bukan karena aku memikirkan hal-hal yang tidak perlu, tapi lebih memikirkan bagaimana caranya agar hal yang tidak perlu dan tidak penting itu tidak terjadi dan membawa masalah yang sangat serius.
Masih teringat jelas di benakku ucapannya saat itu. Dimana saat itu dia berkata "hubungan kita tidak ada kemajuan dan kau tidak mengerti apa yang ingin aku rasakan". Aku tidak menjawab untuk beberapa saat sampai diriku dapat mencerna secara positif ucapannya. Usaha memikirkan hal positif seketika hilang saat dia mengutarakan bahwa dia ingin juga merasakan ciuman seperti halnya di film romansa. Apalagi referensi yang dia katakan merupakan film keluarga negara daerah barat. Sambil memegang bibirnya yang terlihat kecil ditambah dengan pose yang sedikit menarik nafsu keluar, dia lanjutkan bercerita tentang apa saja yang ingin dia lakukan.
Sampai saat inipun aku masih percaya dia tidak akan melakukan hal yang tidak senonoh itu. Meskipun dia sendiri bercerita tentang bergandengan tangan dan selebihnya di daerah kampung kita berasal. Takut? Iya aku takut saat itu, Karena manusia bisa khilaf dan melakukan kesalahan kapan saja dan dimana saja. Bukan karena aku ketinggalan jaman dan tidak ingin up to date, tapi lebih ke prinsip bahwa suatu hubungan diluar pernikahan memiliki batasan tersendiri dalam hal-hal tertentu.
Patah hati itu sakit ya ternyata. Padahal ini kali pertama aku patah hati, namun entah kenapa rasa sakitnya masih membekas. Hubungan yang belum genap 9 bulan berakhir karena ego masing-masing. Awalnya aku berpikir ini yang terbaik, entah kenapa setelah dipikirkan lebih dalam, apakah suatu masalah tidak bisa diselesaikan baik-baik? Adakah masalah yang penyelesaian dengan pergi?
Aku ingin sekali berteriak sekencang mungkin, agar orang lain mendengar rasa sakit ini. Tapi sayangnya, itu bukan passion diriku yang introvert. Lebih gila lagi rasa sakit dari patah hati ini bertahan lebih dari 1 tahun, tepatnya 1 tahun 3 minggu. Aku menemani hari-hari sakit hatiku dengan menutup diri dari kerumunan, apalagi wanita. Bagiku, semua wanita memiliki keinginan yang sama ketika menjalin hubungan seperti dulu. Ketika menjalin hubungan yang menarik dariku adalah berbagi cara belajar dan cara menjawab pertanyaan, setelah berakhir hal yang menarik dariku adalah ajakan tidur di masjid saat jam pelajaran. Iya betul, aku memang membolos, mau bagaimana lagi disaat orang yang membuatmu sakit hati masih dalam satu kelas yang sama.
Kenapa sakit hati itu berhenti setelah sekian lama? Mungkin karena aku menemukan jawaban unik dikala sedang membaca buku yang intinya "selama ada yang datang, pasti ada yang pergi, selama ada kehidupan, pasti ada kematian". Seperti kata-kata yang sepele, namun menjadi motivasi. Atau seperti quote sejarah yang berbunyi "sejarah pasti berulang hanya saja berbeda waktu, tempat dan pelaku". Kalian tau pemikiran liarku setelah membaca quote ini? Aku berpikir mungkin dulu ada orang bodoh yang sakit hati seperti ini dan aku mengulangi hal tersebut tanpa sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Mimpi dan Cinta
Non-FictionSetiap manusia memiliki mimpi mereka sendiri dan memiliki cerita sendiri. Terkadang antara mimpi dan cinta bersebelahan yang menimbulkan rasa gelisah maupun kebingungan antara memilih mengejar mimpi atau menjaga cintanya