"Damn! Benci banget gue sama kurikulum merdeka! Kelompok lagi kelompok lagi, sial!" Seorang lelaki botak menggerutu sambil menendang pelan tong sampah, membuat Wizurai yang berjalan di belakangnya mengangkat kepala kaget.
"Udahlah, Syahdan! Berhenti ngeluh! Gak ada gunanya. Lagian kan kita udah biasa sekarang. Udah mau semester dua, bentaran lagi." Teman lelaki lain yang berjalan bersisian dengan Wizurai menasehati dengan tone suara rendah.
"Denger yang dikata Ipal, Dan! Jangan kebanyakan ngeluh! Hidup kamu bakal sial terus kalau kamu kayak gitu." Wizurai menggeleng heran setelah memberi respon ketus. Dia paling benci dengan orang yang suka mengeluh, karena menurut ilmu menjadi kaya yang selalu dia pelajari dari orang tuanya, faktor terbesar sebuah kegagalan adalah banyak mengeluh. Maka dari itu Wizurai tidak pernah mengeluh, tidak sekalipun, bahkan ketika dia sedang menghadapi keadaan paling buruk.
Syahdan yang baru dibotak karena razia OSIS, menghela napas lemah. Raganya kini sudah memasuki koridor kelas XI-C, memimpin jalan bagi segerombolan temannya di belakang. "Ya gimana ya, daku cuman sebel aja gitu, Wak. Masa lagi-lagi harus tukeran temen."
"Aish! Bilang aja itu mah gegara ente gak bisa deket-deket sama Syakira." Lelaki lain yang memakai selalu hoodie sampai lehernya tertutup menimpali. "Muter-muter aja terus, intinya mah kesana lagi."
Wizurai sepakat dengan perkataan Kusmawan. Dia tahu persis teman botaknya sangat terobsesi pada bendahara kelas sehingga selalu kelihatan jelas ingin menempel seperti lintah.
"Bukan begitu, Wak! Syakira tuh orangnya cemburuan."
Mendengar penjelasan tersebut, Wizurai semakin menggeleng. Tidak habis pikir kenapa Syahdan rela membuat ribet hidupnya hanya demi drama menjijikan para perempuan. Apa katanya? Cemburuan? Cemburuan karena apa? Karena Syahdan sekelompok dengan siswi lain? Like, what the hell-
"Plis deh, emangnya ente peliharaan dia? Bahlul ... Bahlul! Pake acara gak boleh interaksi sama cewek lain segala." Kusmawan mencemooh, ikutan sebal entah karena iri sebagai seorang jomblo menahun atau memang geli dengan sikap berlebihan sejoli kelasnya itu.
"Auh!" Syahdan mendengus seraya berbalik untuk meninju pelan iga Kusmawan. "Lu gak ngerti posisi daku karena lu jomblo, Wak!"
Berbeda dengan teman lainnya yang terus menggoda dan meledek Syahdan, Wizurai hanya diam sambil berjalan tegap dengan kedua tangan masuk ke saku celana. Dia tampak paling damai, tapi mata predatornya masih memantau Syahdan yang menggerutu di depan sana. Pikirannya penuh. Dia agak terganggu jika di antara sirkelnya ada yang negatif vibes atau toxic seperti Syahdan. Wizurai berencana, sepertinya dia harus mendisiplinkan Syahdan agar anak itu tidak mudah mengeluh pada hal-hal sederhana sehingga tanpa sadar menjadikannya kebiasaan buruk yang mendarah daging. Kalau nanti Syahdan tidak kunjung berubah, Wizurai terpaksa harus menghapus eksistensi Syahdan dari radarnya. Kalau istilah gaulnya, cut off.
"Eh! Apaan tuh?" Ipal yang baru menginjakkan kaki di dekat bingkai pintu kelas mereka, menyipitkan mata ke pertengahan kelas. Tepat pada tumpukkan box coklat yang disusun rapi di atas meja salah satu siswa.
Syahdan yang paling pertama menghampiri objek tersebut, menelitinya dari box paling bawah hingga box paling atas. "Oh, kayak Jum'at berkah. Makanan gak sih?"
Kusmawan ikut meneliti penasaran, dia melalui tubuh Syahdan dengan tergesa untuk mencari celah kosong di sekitar meja. "Lah iya sih, kayaknya makanan." Dia menyimpulkan setelah melihat sebercak noda basah bekas minyak di sudut salah satu kotak.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE AT FULL THEROTTLE #WONBIN #RIIZE
Teen FictionFIKSI PENGGERMAR ❗DILARANG PLAGIAT❗KARANGAN 💯% Majalah mobil menumpuk seperti surat cinta dari para gadis, poster-poster Ferrari 250 GT California Spyder memenuhi kamar hampir menyerupai walpaper dinding, miniatur supercar dan hypercar berjejer men...