ℙℝ𝕆𝕃𝕆𝔾

62 10 1
                                    

Terdengar bunyi 'Bip' dari indikator yang terhubung pada sebuah tabung eksperimen berisi sosok berselimut cairan hijau.

Para ilmuan berjas putih tengah mengelilingi inkubator dengan dokumen berisi semua informasi tentang subjek.

"Subjek eksperimen dengan nama sandi Princie memasuki perkembangan tahap terakhir setelah mengkonsumsi sejumlah besar energi, bersiap melakukan evolusi"

Garis statistik dengan ukuran berbeda mulai menunjukan reaksi perubahan pada gennya, kemudian sosok di dalam tabung mulai mengeluarkan aliran listrik kecil saat matanya mulai terbuka.

"Ohhh! Ini pertumbuhan yang sangat eksplosif!" Seru salah satu peneliti.

Bunyi 'Bip' kembali terdengar, hitungan mundur di mulai.

9

8

7

6

5

4

3

2

Sebelum hitungan mundur mencapai angka 1, sebuah ledakan besar mengguncang institut Penelitian itu.

Drrrrrk-Boom!

Getaran di mulai dari atap, kemudian menjalar dan menghancurkan dinding-dinding tempat itu.

Ledakan besar kembali terdengar.

Boom!!!

Kali ini ledakan itu menghancurkan langit-langit gedung.

Para peneliti yang ketakutan sudah berpencar layaknya semut yang tertimpa air.

Keadaan di dalam benar-benar kacau, semua alat yang tertimpa reruntuhan berbunyi samar seolah akan padam.

Dan subjek penelitian yang sebelumnya akan membuka matanya kini kembali tertutup, terkulai lemas dengan nafas teratur.

"Sial! Ini pasti ulah Aliansi!"

"Pangkalan nomor 1963 sudah di temukan! Mari pergi dengan membawa semua data yang berharga!"

"Cepat! Abaikan subjek eksperimen nya!"

Teriakan para ilmuwan itu saling sahut menyahut, berbagai suara terdengar membuat keributan.

Dan sesaat kemudian, sebagian atap dari institut Penelitian itu roboh saat seseorang menginjaknya.

Craack! Boom!

Tempat itu kembali bergetar hebat, para peneliti tersandung jatuh dan terbatuk kuat saat debu tebal beterbangan.

"Sial!" Rutuk seseorang.

Namun saat suara langkah kaki terdengar, tubuh para peneliti itu menegang saat merasakan tekanan hebat dari orang itu.

Tak satupun dari mereka yang berani bergerak.

Kemudian, Satu-satunya orang yang dapat berbicara di sana mulai membuka mulutnya.

"Wah, ini benar-benar pemandangan yang luar biass" gumam orang itu.

Ia berdiri di tengah para peneliti dengan kedua tangan yang masuk ke dalam sakunya, jubahnya berkibar, dan saat asap debu mulai mereda, sosoknya yang mengenakan pakaian tempur hitam mulai terlihat jelas.

"A-Alacer!" Teriak seseorang.

"Hmm? Kau mengenalku? Sepertinya kalian adalah orang yang sama dari 10 tahun yang lalu" ucap orang yang di panggil Alacer.

Para peneliti yang mengarti kata-kata itu tersentak, dan senyum Alacer semakin dalam.

"Yah, haruskah aku mengucapkan senang bertemu kalian lagi? Aku sangat ingin bertemu dengan kalian, ada sesuatu yang ingin ku tanyakan. Tapi sepertinya kalian tidak mau berbicara denganku" ucapnya melirik ke kanan.

Di sana berdiri pria dengan jas putih yang sudah kotor, wajahnya penuh dengan luka kecil dan sebuah pistol terangkat di tangannya.

"Aku akan membunuhmu" orang itu berbicara dengan penuh kebencian.

Alacer tertawa, ia tertawa terbahak-bahak hingga perutnya terasa sakit.

Dan dalam sekejap, dia tiba-tiba sudah berada di belakang orang itu.

Ia berbisik, "Bukankah kalian yang menciptakan ku agar aku tidak bisa mati? Lelucon apa yang kau katakan?"

Suaranya dingin, orang itu merasakan tubuhnya mengigil hebat saat deru napas yang terasa hangat membayangi lehernya.

Ia akan mati, tapi setidaknya dia harus melawan.

Jadi orang itu mengabaikan rasa takutnya dan berbalik secepat mungkin untuk menembak Alacer.

Tapi keseimbangannya tiba-tiba hilang, ia melihat tak tentu arah seperti berputar, dan kemudian ia tahu, bahwa kepalanya sudah terlepas dari tubuhnya saat ia melihat ke posisi sebelumnya.

Di sama tubuhnya tergeletak dengan darah segar yang mengalir, itu benar-benar pemandangan yang buruk di akhir hayatnya.

Alacer berdiri diam, ia mengibaskan tangannya dan memberi perintah.

"Habisi mereka semua"

Dor!

Itulah awalnya, suara tembakan mulai terdengar menggema di ruangan itu.

Dor! Dor Dor Dor!

Tembakan beruntun dengan cepat melubangi kepala para ilmuwan, satu persatu dari mereka tergeletak tak bernyawa dengan peluru yang bersarang di otak mereka.

Dan setelah memastikan tak ada lagi tanda kehidupan di sana, sesosok pria bertubuh ramping mendarat di samping Alacer.

Ada senapan laras panjang di tangannya.

"Konfirmasi, semua tanda kehidupan di sini telah hilang" ucap pria berparas manis itu.

Ia melirik Alacer, berharap mendapatkan respon atau pujian.

Tapi sayangnya, atensi pria itu bahkan tak tertuju padanya.

Alacer sedang menatap ke arah inkubator yang masih utuh, ada sosok manusia berambut merah muda di sana.

Dan dia tersenyum, senyum dengan tatapan rindu yang sangat besar.

"Aku menemukanmu"

┈ ┈ ┈ ⋞ 〈 ⏣ 〉 ⋟ ┈ ┈ ┈

(2 Mei 2024)

THE PRINCIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang