Menunda dulu.

202 32 10
                                    

Seperti janjinya, Regie menyempatkan
waktu untuk bertemu Michie di KFC. depan
kampus. Walaupun setelah ini masih ada
kelas, dia tetap datang untuk Michie bukan
hanya untuk menepati janji, tetapi
juga untuk menyampaikan hal penting yang
perlu cewek itu ketahui. Ya, tentang Kimberly

Setelah bicara kemarin, Regie di izin kan naik ke lantai dua untuk melihat keadaan Kimmy hatinya semakin hancur saat mendapati cewek itu tertidur membelakangi pintu. Regie bisa melihat adanya beban yang begitu berat di bahu mungilnya. Tubuh yang dulu selalu bergerak lincah dan penuh riang, kini tampak ringkih tak banyak berdaya. Regie sangat mengenal alunan lagu yang mengisi kamar Kimmy kemarin. Itu suaranya, itu lagu yang Regie ciptakan saat SMA, khusus untuk Kimmy saja.

"Haii" Hampir saja jantung Regie melompat saat Michie mengangetkannya, dia menatap malas cewek Itu. "Duh suka banget bikin anak orang jantungan. Untung jantungnya ciptaan Yang Maha Kuasa. Kalau buatan Cina, udah hancur dari berbulan-bulan yang lalu, gara-gara kamu, Chi"

Sembari terkekeh kecil, Michie mendaratkan bokongnya di samping Regie Dia juga menyeruput: milkshake-yang ia yakini Regie pesankan untuknya-diatas meja.

"Lagian, dari tadi aku liat kamu itu bengong mulu. kalau kamu sibuk sama buku atau dengerin musik sambil nunggu aku. Kenapa barusan kayak yang lagi mikir keras?"
Lalu, Michie menyentuh kening Regie.

"Nih, uratnya aja sampai tegang begini Regie tersenyum. Dia menurunkan tangan Michie dan menggenggamnya erat. "Gak apa apa. Aman, kok, gak akan sampai putus"

"Omongan kamu dan tadi lumayan serem, tau, Gie," tegur Michie. Lalu, dia menegakkan duduknya dan menjadikan Regie pusat atensi. "Kamu mau nembak sekarang, ya?"

"Hah?"

Dengan senyum lebar, Michie menyelipkan rambutnya ke balik daun telinga. Dia menumpangkan kaki kanan ke kaki kiri. Lalu, merapikan kemeja yang membalut kaus putihnya. Matanya dikedipkan berulang kali

Setelah berdeham, Michie berkata, "Ya udah Tembak aku sekarang. Haha" Ini yang Regie khawatirkan sejak tadi, Michie salah sangka dengan tujuan pertemuan mereka. Tentu, perkara menembak untuk meresmikan hubungan mereka tidak akan Regie lupakan. Harus romantis dengan bantuan cokelat, bunga, dan kata-kata manis. Kenyataannya, Regie harus mematikan harapan itu.

"Chi, ada yang mau aku sampaikan dulu sama kamu,"  Dia ikut menegakkan tubuhnya dan berdeham. "Kamu inget cewek yang duduk di tangga waktu itu? bukunya gak sengaja kamu injak, terus ada orang yang minta kamu buat gak pedulin cewek itu. Inget kan?"

Meskipun bingung Michie terap mengangguk. "Nama cewek itu Kimmy. Dia mahasiswi Manajemen, sama kaya kita." "Kamu kenal?" tanya Michie, ragu-ragu. "Waktu itu aku belum tahu kalau dia Kimmy cuma, beberapa hari yang lalu, kita gak sengaja dan dia kembali duduk ketakutan di tangga. Dia sempet teriak waktu lihat aku benerin sabuk." Regie menarik nepas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan.

"Dia sakit, Chi. Namanya somatoform, salah satu gangguan psikis. Penyakitnya bakal kambuh saat dia melihat barang-barang tertentu, yang membuat traumanya muncul."

Untuk beberapa saat, napas April tertahan
hanya sampai ternggorokan, la tidak tahu
apa itu somatoform. Yang Michie tahu, sakit
psikis jauh lebih rumit pengobatannya
dibandingkan penyakit fisik. Ternyata, cewek yang ia temui di tangga sengaja terinjak bukunya sedang tidak baik baik saja saja.

Hanya saja, pikiran Michie tertuju pada satu
hal Regie tahu info tentang dia serinci ini dari mana?

"Aku tau dari orangnya" langsung Regie jawab dengan cepat. Dahi Michie semakin berkerut "Orangtuanya?"
"Kok, bisa? emang, dia siapa kamu?"

"Dia mantan pacar aku."

Walaupun tidak pernah ada kata putus,
tidak mungkin Regie masih menyebut
Kimmy sebagai pacarnya, bukan? Dia masih
memiliki akal sehat, bukan hanya ditampar
dan disiram minuman dingin, Regie akan
dibanting dan disembelih saat itu juga jika
berkata Kimmy adalah pacarnya

Masa lalu milik Regie. [Rest]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang