(Tik tok, tik tok...) Jam sudah menunjukkan pukul 20.15.
"Hei, Sheila, kamu belum pulang?" tanya seorang gadis.
"Belum, masih belum selesai nih, Tasya," ujarku.
"Ya udah, gue pulang duluan, ya. Bokap gue udah jemput soalnya," sahut Tasya.
"Ya udah, hati-hati. Ada Manda di sini," ujarku dengan tenang.
"Siap, cabut duluan ya, guys," ujar Tasya.
"Hati-hati, Ca," sahut Manda dari belakang.
Aku masih sibuk mengerjakan laporan dan mencatat hal-hal penting untuk meeting besok, sementara Manda masih berkutat dengan laporan keuangan.
Sreek... sreeek... halaman demi halaman aku periksa ulang.
Keheningan malam menemani kami di kantor.
Aku menghentikan jariku sejenak untuk melakukan peregangan, tetapi tiba-tiba, aku merasa ada sesuatu yang aneh.
Aku melirik ke sekeliling dan tidak menemukan batang hidung Manda. Rasa cemas mulai menyelimutiku. Aku pun bangkit untuk mencarinya.
"DUARR!"
Manda tiba-tiba muncul dari belakangku.
"Kurang ajar lo, Manda! Btw, dari mana?" tanyaku sambil mengelus dada, mencoba menenangkan diri.
"Kafetaria, lah. Laper, malam-malam gini," katanya sambil menunjukkan beberapa bungkus snack.
"Lu mau? Nih, ambil," ucapnya sambil menjulurkan dua snack padaku.
"Enggak, terima kasih. Yang gue butuhin sekarang toilet. Anterin, yuk!" kataku sambil memegang lengannya.
"Dih, manja amat sih. Sendiri aja bisa, kan?" cetus Manda.
"Enggak!" bentakku.
"Gak usah takut! Masih ada Pak Tono di sini," ujar Manda menenangkanku.
Dalam benakku, malam-malam begini mana mungkin Pak Tono, office boy kantor kami, masih bertugas? Setahuku, jam kerjanya hanya sampai pukul 18.00. Lagipula, beliau sudah cukup tua.
"Masa sih? Gak mungkin," ujarku heran.
"Serius, gue tadi lihat siluetnya lagi nyapu," jawab Manda, mengangkat dua jarinya seperti bersumpah.
"Ya udah deh, gue ke toilet dulu. Makasih snack-nya, bestie," kataku sambil berjalan menuju toilet.
Sepanjang lorong menuju toilet, suasana begitu sunyi. Hanya beberapa lampu yang masih menyala.
Aku menuruni tangga, dan tiba-tiba, angin lembut menyentuh kulitku. Bulu kudukku langsung berdiri.
Setibanya di toilet, aku segera masuk dan mengunci pintu. Aku membuang hajat sambil menikmati snack dari Manda.
Krekk...
Suara pintu terbuka.
Aku langsung berhenti menggigit snack. Terdiam sejenak, mencoba memastikan siapa yang masuk.
"Manda?" panggilku.
Tak ada jawaban.
Aku segera mempercepat urusanku. Menyiapkan keberanian, lalu melangkah keluar.
Ternyata tidak ada siapa-siapa. Mungkin hanya perasaanku saja.
Ketika kembali ke ruangan, aku melihat Pak Tono sedang mengepel lantai. Aku memanggilnya, tetapi tidak ada jawaban.
Aneh. Tidak biasanya dia bersikap seperti ini.
Aku mencoba memberanikan diri untuk mendekat.
Jantungku hampir berhenti. Pak Tono berdiri diam, menatapku dengan mata kosong. Kulitnya pucat pasi.
Aku ingin berlari, tetapi tubuhku terasa lemas. Kakiku seperti terkunci di tempat, bahkan jika aku mencoba berlari, rasanya aku hanya berlari di tempat.
Aku mulai membaca doa dalam hati. Seketika, tubuhku terasa ringan, dan aku berhasil berlari kembali ke ruangan.
Namun, sesampainya di sana, Manda sudah tidak ada.
Saat itulah ponselku berdering.
Sebuah pesan masuk dari Manda:
"Gue udah pulang duluan. Btw, lo tau gak? Pak Tono..."
Sebelum aku sempat membaca kelanjutannya, sebuah suara berat terdengar dari belakangku.
"Sudah tahu, ya, Neng?"
Gedubrak!
Seketika, semuanya gelap.
Aku tersadar saat merasakan guncangan lembut di tubuhku.
"Sheil, bangun!"
Aku membuka mata dan mendapati diriku berada di ruang kesehatan kantor. Beberapa orang sudah mengelilingiku.
"Lu gak apa-apa, kan, La?" tanya Tasya khawatir.
"Gak apa-apa," jawabku lemah.
"Syukurlah," ujar Manda sambil mengusap dadanya lega.
Aku menatapnya tajam. "Syukurlah-syukurlah, gara-gara lo nih! Main kabur aja!" omelku.
Manda hanya nyengir.
Belakangan, aku baru tahu fakta mengejutkan. Sosok yang kulihat malam itu bukanlah Pak Tono yang sebenarnya.
Menurut cerita yang beredar, Pak Tono memang memiliki saudara kembar yang dulu bekerja di kantor ini. Namun, bertahun-tahun lalu, saudara kembarnya meninggal mendadak karena serangan jantung.
Sejak saat itu, banyak yang percaya bahwa arwahnya masih gentayangan, menjaga kantor ini di malam hari...

KAMU SEDANG MEMBACA
Malam Tanpa Wajah
Historia Cortarangkaian beberapa cerpen Horror dengan POV menarik, hantu yang seram , serta ringan dan sulit dipahami. one day 2 short story