----
"Perlahan berubah menjadi serpihan debu yang hilang dibawa angin, tak jauh berbeda dengan hubungan keluarga yang tak harmonis, perlahan hancur menjadi serpihan memori yang dibawa oleh ingatan dan akhirnya terkenang abadi." - Narendra Diaskara.
----
"Semua manusia itu sama, kan? Tapi kenapa aku dibedakan?" - Mahesa Ananta.
----
Sore kala itu, Naren tengah mengendarai motornya menembus jalanan dengan hiasan langit senja, sesekali ia memejamkan mata serta menghirup udara segar, seharian penuh berada di lingkungan sekolah membuatnya bosan dan seolah tak bisa bernafas.
Awalnya, Naren begitu fokus mengendarai motor, hingga tak lama kemudian matanya tak sengaja menangkap figur seseorang yang sangat ia kenali.
"Ayah?" gumam Naren.
Di sana, di depan parkiran sebuah Restoran, Jaya berdiri bersama dengan seorang wanita dan remaja seusianya, tampaknya mereka akan segera memasuki Restoran tersebut.
'Buset, bukannya kerja malah selingkuh, nih, si Bapak,' batin Naren.
'Harusnya aku, Kak Hesa dan Bunda yang ada di posisi mereka, kenapa malah pelakor sama anak haram nggak bermutu itu? Kenapa, Ayah?'
****
Naren duduk di halaman belakang rumahnya sembari melamun. Sungguh, Naren tidak bisa berbohong, ia merasa sakit hati, melihat sosok pria yang berstatus sebagai ayah kandungnya malah pergi bersama wanita lain dan anak seumurannya.
Harusnya yang di posisi wanita itu adalah bundanya, lalu anak itu adalah dirinya dan sang kakak. Namun apa? Kenyataan begitu jahat sehingga langsung menampar Naren dengan begitu keras.
Itu semua hanyalah sebatas kata 'harus' yang tergerus, larut dalam gelombang arus kehidupan yang bertolak belakang dengan keinginan.
"Argh!" Surai hitamnya ia acak kasar. Jengkel, sedih, marah dan kecewa, semua itu bercampur menjadi satu. Naren muak dengan segalanya, sampai kapan ia akan terjebak di dalam rumah ini?
"Naren."
Naren menoleh kala rungunya mendengar suara seorang wanita yang tak asing baginya, lalu setelah itu ia berdiri dari duduknya agar terkesan menghormati sang lawan bicara.
"Bunda mau nanya," ucap Diana ketika Naren menoleh ke arahnya.
"Eh, Bunda? Tanya apa?" tanya Naren heran, perihal apa yang mampu membuat sang ibu dengan sukarela memanggilnya dan mengajaknya ke dalam sebuah obrolan selain tentang nilai dan prestasi?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] BENARKAH INI RUMAH? [SEGERA TERBIT]
Teen Fiction[Segera terbit] Naren yang dipaksa dewasa oleh keadaan dan Hesa yang tidak akan pernah dewasa. Keduanya dipaksa bertahan di dalam sebuah bangunan yang sering di sebut 'rumah' meskipun tempat itu telah kehilangan perannya. Menjadi adik yang berperan...