4 || Siapa Dia?

315 167 177
                                        

Kara menatap sekeliling dengan tatapan aneh. Di luar sedang hujan, maka dari itu Raxel tidak pulang ke rumahnya, hujan yang bercampur aduk dengan suara gebrakan petir, banyak yang aneh saat ini.

"Kara." Panggil Raxel, dia menolehkan wajahnya ke arah Kara.

Kara menoleh, dia menaikkan salah satu alisnya. Seakan bertanya "apa?"

"Asal lo dari mana?" tanya Raxel serius. Dia tak lagi menatap ke arah televisi yang sedang menyala.

"Gue dari London. Bokap dan Nyokap gue bawa gue ke sini, memangnya kenapa lo nanya begitu?" Jawabannya dan pertanyaan yang terlontar kepada Raxel berdengung di telinga Raxel.

"Gapapa. Nanya doang, ga masalah 'kan?" tanyanya sinis. Dia sedikit menatap sinis akan ucapan Kara.

"Terserah, btw, kenapa lo tau gue di sekolah?"

Diam.

Raxel diam. Dia tak bisa menjawab, pertanyaan yang berhasil membuatnya bungkam seketika dalam waktu sekejap.

"Tadi ada barang gue yang ketinggalan, makanya gue mampir sebentar ke sekolah. Eh, tau-taunya lo malah nangis-nangis di depan gerbang," jelasnya panjang lebar kepada Kara.

"Oh, kirain peduli sama gue," sinisnya sedikit.

"Lo kenapa ga pulang-pulang, sih? Kesal gue lihat wajah lo itu!" Ujarnya dengan kesal.

"Nyokap lo yang nyuruh gue buat nginap. Tapi, kok gue yang di salahin, sih?" Dia malah membalas balik dengan ucapan kesalnya.

"Iya, gue tau! Tapi, lo kenapa ga balik-balik. Kan hujan udah reda," celetuk Kara dengan kesal.

"NYOKAP LO YANG NYURUH GUE NGINAP, KARA!" Geramnya dengan kesal.

Kara mengusap telinganya dengan lembut. Dia menatap sinis ke arah Raxel.

DUAR!
DUAR!
DUAR!

Hujan semakin deras, cuaca sepertinya tidak bersahabat. Semua penderitaan telah lengkap, mati lampu dan hujan deras.

Kara mencari bantalnya dengan ketakutan, wajahnya terlihat sangat takut? Atau memang benar-benar gemetar? Benar, Kara sangat takut akan petir.

Dia berteriak sekencang mungkin. Raxel berada di sebelahnya hanya diam tanpa menoleh ke sana kemari.

"DIEM! GA USAH BERISIK! TELINGA GUE SAKIT, KARAA!" Jeritnya karena sudah merasa tak tahan dengan teriakan dan nada tinggi dari Kara.

"Gue takut! Handphone gue mana, sih!? GELAPP!" Teriaknya lagi, Raxel benar-benar tak habis pikir dengan teriakan Kara yang sekuat itu.

Gadis itu meraba-raba sofa yang tadinya terlihat, suasana sangat mencekam.

"Ketemu!" Hatinya terasa sangat senang setelah mendapatkan ponselnya karena bisa memberikan sedikit cahaya kepada ruangan yang tak memiliki sinar apapun.

Raxel menatap kesal ke arah Kara. Bukannya berterimakasih karena dirinya yang memberikan ponsel gadis itu terhadapnya, tetapi malah senang sendiri.

Mystro Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang