Prolog

130 24 10
                                    

"Arsheila Belova Giovanni, mulai hari ini kamu bebas."

Gadis berumur dua puluh tiga tahun itu mengernyitkan dahinya di balik sel penjara, tak lama jeruji di depannya terbuka.

"Kenapa, Pak? Bukannya masa tahanan saya masih lama?" tanya Arsheila bingung, apakah akhirnya terungkap siapa yang sebenarnya dalang dibalik penyerangan pasangan suami istri itu? Ataukah ini siasat Ayah angkatnya?

"Anda dibebaskan oleh seseorang yang sedang menunggu anda di luar, orang itu mencabut tuntutannya."

"Siapa?" gumam Arsheila dalam benaknya bertanya-tanya. Namun gadis itu memilih menyimpan pertanyaannya dan mengambil barang-barang miliknya yang disita sebelumnya.

Sialnya, gadis itu tak punya baju ganti selain baju tahanan ini. Semoga saja orang-orang tidak memandangnya seperti narapidana yang kabur.

"Woi, pendek!" Arsheila mendongak ke arah suara lantang, kelopak matanya melebar seketika. Seorang gadis jangkung berambut brunette sebahu dengan pakaian modis berdiri tak jauh darinya.

"Vlora?" Tubuhnya mematung mendapati orang yang dimaksud polisi tadi. Ia mengucek matanya, barangkali salah lihat.

Vlora Prabaswara baru saja membebaskannya dari penjara?

Bug

Lamunan Arsheila buyar ketika gadis itu menghampirinya dan menyodorkan sebuah paper bag berisi pakaian.

"Ganti baju, gue tunggu di depan." ucap gadis jangkung itu kemudian berlalu meninggalkannya yang masih dilanda kebingungan.

_~_

"Maksud lo apa?" Arsheila memandang gadis jangkung di sampingnya yang sedang menyetir. Berbagai spekulasi terlintas dalam otaknya, lebih banyak pikiran negatif, sebab ia tahu Vlora membebaskannya bukan tanpa alasan atau niat terselubung.

Untuk apa pula gadis yang menjadi musuhnya dulu mencabut tuntutan sekarang? Bukankah gadis itu sendiri yang berkata pada keluarganya bahwa ia tidak akan membatalkan tuntutannya.

"Nggak seneng lo udah keluar penjara?"

Arsheila menggeleng cepat. "Bukan, gue cuma... bingung."

Mobil yang dinaikinya berhenti di sebuah pekarangan rumah. Saking sibuknya Arsheila larut dalam pikirannya sendiri, ia sampai tak sadar telah berada di depan rumah keluarga kandungnya.

"Muka lo curiga banget," Gadis jangkung di sampingnya terkekeh. "Kalau lo mikir gue ada niat terselubung. Yes, you're not wrong at all."

Arsheila menatap Vlora tajam. "Jangan banyak basa-basi. Jawab pertanyaan gue, kenapa lo bebasin gue sekarang?"

Ekspresi gadis di sampingnya berganti dengan cepat, Vlora membalas tatapan tajam Arsheila.

Dua pasang mata violet mereka saling beradu.

"Kasih tahu gu—" Mulut Arsheila terkatup rapat saat merasakan sebuah moncong revolver dingin berada di dahinya. Netranya tak lagi menatap gadis di depannya tajam, melainkan rasa takut mendadak menghampirinya.

"Lo pikir gue nggak tahu, selama ini lo nyimpen rahasia tentang kejadian enam tahun lalu?"

"Vlo—" Arsheila hendak menyingkirkan moncong senjata api itu dari kepalanya, namun suara kokangan mengundurkan niatnya.

"Nggak usah sok naif," Moncong dingin semakin menekan dahi Arsheila, "Keluarga angkat lo tahu alamat rumah gue dari lo, kan?"

Arsheila menggeleng, matanya terpejam menyembunyikan air mata yang nyaris keluar.

"JUJUR, SHEILA!"

Dug

Vlora memukulkan revolver pada kepala Arsheila.

"Akh! Iya-iya," Arsheila terpaksa mengakui.

Ya, itu rahasia yang selama ini ia simpan.

"Gue sempat ketemu Nyokap lo sebelum kejadian itu," Ia menatap wajah dingin Vlora. "Tapi gue nggak tahu rencana Tante Delila bakal nyerang orangtua lo." tambahnya pelan.

Revolver dijauhkan dari kepala Arsheila, si pemilik meremas pegangan senjata api itu kuat.

"Waktu itu gue nggak ada niat buruk sama sekali ke Mama lo, gue cuma nagih janjinya biar gue bisa ngumpul lagi sama keluarga kandung gue," Penjelasan Arsheila mengalir. "Yang gue nggak tahu, mereka ngikutin gue dan tahu lokasi rumah kalian di sana."

Brak brak

Setir mobil menjadi korban pelampiasan emosi gadis di sampingnya, Arsheila menunduk menyesali kecerobohannya di masa lalu yang berakibat fatal. Air matanya luruh tak lagi dapat ditahan.

"Lo berhak marah atau balikin gue ke penjara lagi," cicitnya serak, ia berdehem singkat menyingkirkan sesuatu dalam tenggorokannya, "Andai gue bisa sabar menunggu, kejadian itu nggak bakalan terjadi."

"Percuma," Suara sinis Vlora terdengar, Arsheila memberanikan dirin untuk menoleh. Dada gadis jangkung itu naik turun, dengan emosi tertahan, "Mau lo mendekam di penjara seumur hidup pun, nggak ada gunanya."

"Maaf."

"Lo beneran nyesel?"

Arsheila mengangguk pelan.

"Kalau gitu," Vlora meraih sebuah ponsel di atas dashboard mobil. "Telpon Ayah angkat lo. Bilang, keluarganya bakal dapet balasan yang setimpal."

Dengan ragu, Arsheila menerima ponsel itu. "Lo... yakin mau balas dendam ke mereka? Perusahaan mereka punya uang dan kuasa sekarang, keluarga gue juga keluarga besar lo bisa terancam."

Sejak enam tahun lalu, keluarga Belvin tak lagi mengusik keluarga Giovanni serta keluarga besar Kaliandra. Keluarga licik itu lebih berfokus memperkaya diri dan mencari kekuasaan di Indonesia, terbukti dengan kabar Abimanyu Belvin yang terpilih menjadi Walikota di kota itu agar meluruskan jalan demi perusahaan Bel-Ka Company dapat naik ke peringkat kedua perusahaan terbesar di Indonesia.

Dan sekarang, gadis jangkung di sampingnya berniat untuk balas dendam. Tanpa menyadari bahwa gadis itu tak punya kuasa atau harta lagi seperti dulu.

Keluarga Belvin saat ini bukanlah lawan yang sepadan untuk gadis muda seperti Vlora.

"Enam tahun gue pergi ninggalin negara ini," Tubuh Vlora mencondong sedikit ke arah Arsheila. "Lo pikir, gue cuma nangisin nasib aja?"

"I'm not the same person, you fought before," tambah gadis jangkung itu, seringaian miring tertarik menghiasi wajah cantiknya. "So, I'm asking you again. You're in or what?"

Arsheila tampak berpikir sejenak, netra gadis di sampingnya tak menunjukkan keraguan sedikit pun. Vlora benar-benar berniat dan punya rencana yang matang untuk membalaskan dendam kepada keluarga angkatnya.

"I'm in." jawab Arsheila setelah mempertimbangkan tawaran gadis itu, ia membuka ponsel dalam genggamannya kemudian mengirimkan pesan sesuai yang disuruh Vlora tadi.

Sama dengan gadis jangkung itu, Arsheila juga ingin membalaskan dendamnya untuk keluarga angkatnya. Arsheila muak harus berdiam diri diinjak-injak dan diperlakukan secara tak adil oleh keluarga itu, kali ini ia tidak akan membiarkan hidupnya serta keluarga kandungnya dalam ancaman Evan Belvin.

Mereka berdua punya dendam yang sama ke orang-orang yang sama juga, bukankah ini kesempatan bagus?

The Return of Lost HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang