3: Healing Wounds

90 25 7
                                    

Votenya dong jangan pelit🙏🏻

Enjoy!

Keesokan pagi hari, Vincenzo telah siap dengan seragam merah putihnya. Bocah itu berlari kecil menuju meja makan ketika hidung mungilnya menangkap aroma makanan enak. Biasanya Nenek Alya atau asisten rumah tangga yang memasakan sarapan.

"Pagi, Papa," Vincenzo mengecup pipi Dominic yang sudah terlebih dulu duduk di kepala meja makan.

"Pagi, anak ganteng," balas Dominic mengusap pucuk kepala putranya, "PR semalam udah dikerjain?"

"Udah dong," jawab Vicenzo lalu duduk di atas kursi meja makan samping Papanya, "Nenek Alya dateng, Pa?" tanyanya lagi seraya menyendokan nasi goreng ke atas piringnya.

Dominic menggeleng, "Nenek dateng nanti siang."

Vincenzo hanya berohria karena ia sibuk menikmati nasi goreng yang rasanya berbeda dari yang sering dimasak pembantunya.  Setelah menelan makanan itu, ia kembali bertanya. "Nasi goreng Mbok Rumi kok beda ya, Pa?"

"Karena yang masak bukan Mbok Rumi," jawab Dominic lalu melirik ke arah gadis yang baru datang sedang melepas celemek.

Mata Vincenzo membola, ia segera mengembalikan nasi goreng yang diambilnya. Dominic yang melihat itu mencegah tangan putranya. "Kenapa kamu balikin makanannya, Vic?" tanya pria itu bingung dengan sikap putra angkatnya.

"Maaf, Kak." ucap Vincenzo menatap Vlora takut-takut.

"Makanan yang udah diambil," Vlora menyendokkan kembali nasi goreng ke piring Vincenzo. "Nggak boleh dibalikin. Paham?"

Bukannya lega, ia tak dimarahi oleh kakak angkatnya karena mengambil makanan sembarangan, Vincenzo malah semakin takut dengan tatapan Vlora.

"Vico, bener kata Kak Vlora," Dominic berucap lembut. "Kan dia udah masakin buat kamu, masa dibalikin lagi?"

Ucapan Dominic membuat Vincenzo sontak mendongak ke arah Vlora.

Benarkah gadis yang membencinya semalam, memasakan makanan ini untuknya?

"Sana makan, keburu dingin." Suara datar Vlora menyadarkan bocah itu dari lamunan. Vincenzo melanjutkan makannya dengan canggung.

Dominic tersenyum samar menyaksikan interaksi putrinya dengan putra angkatnya. Memang semalam Dominic bertengkar dengan Vlora, bertengkar hebat malah.

Mereka saja belum sempat berbincang berdua apalagi bermaaf-maafan. Namun, Dominic dapat melihat raut wajah penyesalan putrinya, terlebih gadis itu tidak pergi meninggalkannya. Melainkan tetap tinggal di rumah, juga memasakan sarapan untuknya dan Vincenzo.

Itu saja sudah cukup untuk Dominic memaafkan kelakuan putrinya semalam.

"Kerjaan kamu di sana gimana, Vlo?" tanya Dominic setelah selesai dengan sarapannya.

"Lancar. Aku udah dapet gedung baru di sini buat perluasan cabang." jawab Vlora.

"Kenapa nggak pake gedung kantor lama?"

"Udah banyak yang tahu."

Dominic mengangguk paham meski jawaban putrinya sedikit membingungkan.

"Kamu bakal tinggal lama, kan?"

Vlora mengangkat bahunya, "Aku pergi, setelah urusanku di sini selesai." jawabnya kemudian mengelap bibirnya selesai makan. Baru saja ia akan beranjak, tangannya dicegat sang Papa.

"Kamu hari ini free?"

"Jam sepuluh ada urusan kantor, sore jam tiga mau ke makam Oma Ilea, lanjut ketemu orang sampai malam."

The Return of Lost HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang