v. kapan narasi ini akan berakhir?

264 49 29
                                    

N A R A S I
Ayah, jika aku punya
kesempatan, aku tidak ingin
menjadi seperti ini.

N A R A S I Ayah, jika aku punya kesempatan, aku tidak inginmenjadi seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah," Sunoo membuka matanya yang memberat. Tubuhnya menggigil kedinginan akibat tubuh basah kuyup di tambah dengan air keran yang membasahi lantai kamar mandi. "... Masih marah?" Dan tanyanya itu hanya di jawab sunyi.

Jam berapa ini? Hari keberapa ini? Malam, atau siang? Sunoo tidak tahu pasti. Tubuhnya meringkuk di atas lantai basah sembari meringis kesakitan. Pingsan, lalu bangun lagi karena rasa sakit yang menerjang.

Beberapa jam yang lalu──entahlah, yang pasti sudah lama, Pria itu pulang ke rumah dengan amarah yang berkobar. Kedua hasta pria itu terkepal, siap melepas tonjokan keras di sekujur tubuh putra sulungnya tanpa aba-aba.

"ANAK SIALAN! LIHAT! JUNGWON KRITIS! ADIK KAMU HAMPIR MATI!" Pria itu terekam jelas seperti setan yang membabi-buta saat memukuli Sunoo.

Iya, Sunoo akui dirinya salah. Tidak seharusnya membentak kasar Jungwon──tetapi, jika boleh mencari pembenaran, Jungwon kritis bukan karena sepenuhnya salah Sunoo, kan? Kondisi anak nomor tiga itu memang buruk sejak awal.

Lantas Sunoo meringkuk, meringis, lalu merintih di sela-sela melindungi tubuhnya dari terjangan sang Ayah. Sia-sia memang.

Tidak ada yang mau mencegah, seolah-olah semua orang membenarkan tindakannya Ayahnya. Tidak berselang lama, dengan kesadaran yang tipis, Sunoo di seret menuju kamar mandi.

"Ayah kecewa, Sunoo! Ini yang namanya saudara!? Harusnya kamu lindungi Jungwon, sayangi dia! Jangan keasikan mikirin diri sendiri!" Tutur pria itu usai melempar putranya ke atas lantai kamar mandi. Keran segera di pulas, memenuhi bak mandi hingga meluber kemana-mana. "Sehabis ini, jangan pernah mikir buat keluar dari sini sebelum saya sendiri yang ngebukain."

BYUR

Luar biasa. Air dingin mengguyur sekujur tubuh dalam sekejap mata, membasahi luka-luka memar hingga menciptakan mati rasa. Sunoo terbatuk pelan, mulutnya tersengal-sengal saat mencoba mencari nafas di sela-sela guyuran air dingin yang tidak ada habisnya.

"... A──ayah," dengan sekuat tenaga tangan Sunoo mencoba menggapai kaki Jay, berusaha meminta pengampunan. "──maaf." Dan tubuhnya jatuh ke lantai. Lemah. Dirinya terlalu lemah. Bahkan untuk menggapai kaki sang Ayah saja tidak bisa.

Setelahnya semua mulai berubah gelap, membuat Sunoo hanya ingat Jay pergi dari kamar mandi seraya membanting pintu dengan amat kencang. Membiarkannya sendirian dengan belenggu rasa sakit yang nyata.

Beralih ke masa sekarang, Sunoo bersusah payah beranjak duduk, menyenderkan tubuhnya ke dinding keramik yang dingin sembari memegangi bahunya yang ngilu. Sumpah, sakitnya ada dimana-mana. Menyerang tanpa kenal waktu. Lambungnya, sekujur tubuhnya, bahkan hatinya di rajai sakit.

"Ayah." Sunoo mendongak menatap pintu, memanggil, namun suaranya terlalu serak dan parau. "Mama." Panggilnya lagi.

Lantas si manis itu menunduk, menenggelamkan kepala pada lutut yang sengaja di tekuk. Rasa dingin ini mulai menyerangnya sampai merasa mati rasa seutuhnya.

Narasi: Stay With Me [ Kim Sunoo ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang