Queen

0 0 0
                                    

"Itu nenek mu, ibunya mamah, bersikap baik dan sopanlah padanya" pinta ibunya berbisik.

"Raditya Wiratama- ah tidak, Raditya Adi widjaya. Kau sudah sebesar ini ternyata dan walaupun sayang sekali hampir 90%, parasmu mengikuti keluarga Wiratama. Tapi ya sudahlah, kau tetap cucuku" ucapnya seraya melangkah dan memeluk cucunya itu.

Sementara Raditya hanya diam tak bereaksi seraya melirik pada ibunya.

"Maya, semua urusan kepindahan anakmu sudah ku urus. Dia akan sekolah di SMA Adi Widjaya" tungkasnya tanpa melirik.

"Apa?" Raditya mengerutkan kening. "Kenapa 'anda' memutuskan sendiri?" Raditya sedikit ketus mengeluarkan protesnya.

"Adit" Tegur ibunya. "Maaf Bu, biar aku bicara dulu sama Adit" Maya menarik Raditya sedikit menjauh dari ibunya.

"Adit dengar, mamah kan udah cerita tentang permasalahan antara keluarga kita dengan eyang. Jadi mamah harap kamu bisa mengerti dan turuti saja kemauan eyang kamu. Mungkin saja itu caranya eyang menunjukkan kasih sayangnya pada cucunya" Maya menatap memohon.

Raditya terkekeh sumbang "Oke, aku turuti kalo emang itu baik menurut mamah" Lalu tatapannya beralih pada neneknya "Aku bersedia sekolah di sana, dengan syarat nama belakang ku tetap Wiratama, nama keluarga ayah" Tegasnya.

Mira, neneknya tampak menunjukkan raut tak sukanya. Tapi dia hanya diam. Lalu mengibaskan kipasnya "Terserah" Ucapnya lalu beranjak diikuti dua bodyguardnya menuju mobil mewah yang terparkir di sana.

Percakapan dua hari yang lalu masih terngiang di telinganya. Sungguh, baru tiba saja ia merasa sudah seperti boneka yang dimainkan sesuai keinginan wanita tua itu. Contohnya sekarang ia harus berada di sekolah ini karena kemauan wanita itu.

Raditya Wiratama, ia baru kembali ke tanah airnya setelah 5 tahun menempuh pendidikan di Aussie. Dulu ketika masuk sekolah pertama ayahnya mengirimnya sekolah di negara Kangguru itu. Namun sekarang setelah ayahnya meninggal beberapa tahun lalu, ia tidak bisa lagi melanjutkan pendidikan di sana karena ibunya tidak sanggup lagi membiayai uang sekolahnya. Raditya pun akhirnya harus pindah meski kini sudah di kelas 3 sekolah menengah atas.

Baru memasuki gerbang sekolah ia sudah diperlakukan aneh. Seorang satpam membungkuk dan tersenyum ramah yang berlebihan. Lalu ketika tiba di ruang guru, kepala sekolah menyambutnya dengan begitu ramah pula. Bahkan mengantarkan ke kelas. Sungguh ia tidak menyukai itu.

Namun saat ia berjalan mengikuti kepala sekolah di koridor, ia melihat 4 siswi yang tengah berdiri di tengah lapangan di bawah trik matahari yang cukup cerah pagi itu. Satu diantara empat siswi itu terlihat sangat mencolok. Bukan karena sesuatu yang menarik, tapi riasan wajah yang dipakai siswi itu begitu tebal untuk ukuran seorang anak sekolah. Pakaian yang dikenakan juga sangat ketat. Dalam sudut pandangnya, dengan dandanan seperti itu dia tidak seperti ingin datang ke sekolah tapi ke club malam untuk menghibur para pria hidung belang.

"Permisi bu Monic, ini ada murid baru pindahan dari AUSSIE" kepala sekolah memperkenalkan dengan sedikit mengeraskan suaranya di ujung kalimatnya seolah menegaskan membuat hiruk riuh para siswa di kelas itu. "Kalian semua, bersikap baiklah pada teman baru kalian. Oke?"

"Oke pak"

Lalu setelah itu, tampak kepala sekolah berbisik pada guru yang dipanggil Monic itu. Entah apa yang ia bisikan. Hanya saja, Monic tampak menganggap pasti.

"Yasudah, bapak tinggal ya. Semoga kamu betah dan nyaman di sekolah ini" kemudian kepala sekolah itu keluar dari kelas.

Selanjutnya sesi kenal mengenal yang Raditya lakukan dengan singkat namun mendapat respon luar biasa ribut di kelas itu. Ia juga dipersilahkan duduk di bangku paling depan oleh Monic, bahkan guru yang masih terbilang muda itu menyuruh seorang siswa pindah dari bangkunya agar Raditya bisa duduk di sana. Sungguh sikap yang sangat berlebihan menurut Raditya.

Raditya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang