22. Game, Started.

12K 970 141
                                    

Pagi yang cerah berawan, membuat suasana tidak secerah biasanya. Kathrina yang baru saja menginjakkan kakinya di kelas, segera menghentikan langkahnya. Ia terdiam saat semua mata menatap ke arahnya dengan tajam. Gadis berkacamata itu mengeratkan genggamannya pada pegangan tasnya.

Menelan salivanya kasar, gadis itu kembali melanjutkan langkahnya menuju tempat di mana kursinya berada. Dengan tubuh tegak dan dagu yang terus ia angkat, membuatnya tampak sangat angkuh. Namun, hal itu membuat semua orang di dalam kelas tersebut semakin menatapnya dengan sinis.

"Perundung gak tau malu."
"Panutan? Haha, sampah!"
"Kirain lugu, ternyata ... "
"Malu-maluin nama sekolah, padahal dia anak yang punya yayasan. Kasian banget ya keluarganya."

Dan berbagai kalimat menyakitkan terus mereka lontarkan. Kathrina tentu mendengar ucapan mereka dengan amat sangat jelas. Namun, bukan melawan secara fisik yang dapat ia lakukan untuk saat ini. Semakin ia melawan, semakin ia membuktikan bahwa berita yang tengah tersebar merupakan sebuah fakta.

Kathrina menghembuskan napasnya kasar, emosinya mulai terpancing dengan ucapan para siswa. Ia bangkit dari duduknya, melangkahkan kakinya, berniat keluar dari kelas tersebut. Tetapi, tiba-tiba ada yang menarik lengannya kasar, kemudian mendorong tubuhnya. Membuatnya terjatuh, kepalanya membentur meja guru.

Kathrina meringis pelan, kesabarannya habis. Ia bangkit dari duduknya, hampir saja memukul siswi yang mendorongnya, namun ia kembali mengurungkan niatnya. Kathrina harus memperbaiki dan membersihkan namanya. Jika melawan, namanya tidak akan bersih dengan cepat.

Kathrina menatap gadis di hadapannya dengan wajah datar seraya merapikan seragamnya. Membuat sekelompok gadis yang mendekatinya tertawa pelan melihat Kathrina yang sendirian. "Sial. Misya sama Clara belum hadir. Gue gak bisa lawan mereka sendirian," batinnya mengeluh.

Salah satu dari ketiga gadis yang sebelumnya mendorong Kathrina, kini berjalan menghampirinya. Gadis itu mendorong bahu Kathrina, membuat punggungnya menabrak dinding yang berada tepat di belakangnya. Gadis tinggi itu sedikit meringis dengan napas memburu.

"Sekarang, siapa yang posisinya di bawah, Kath?" tanyanya dengan seringai khas pada wajahnya.  "Perundung kok ... dirundung?" lanjutnya seraya tertawa, membuat kedua temannya ikut tertawa dengannya.

"Berisik."

Gadis di hadapan Kathrina menarik dasinya, membuat seragam Kathrina kembali berantakan. "Anjir, masih berani jawab omongan gue?"

"Buat apa gue takut sama lo, La?" ucap Kathrina dengan nada datar, membuat Ella menatapnya tajam. Gadis itu mencengkeram kerah seragam Kathrina, berniat membuatnya memohon ampun. Namun, Kathrina hanya menatapnya dari atas, turun ke bawah, kemudian kembali menatap netra gadis di hadapannya remeh.

Misya dan Clara yang baru saja muncul di ambang pintu segera berlari. Clara mendorong Ella membuat gadis itu terjatuh. Sedangkan Misya menghampiri Kathrina, menangkup wajah gadis itu panik. "Lo gapapa 'kan, Kath? Apa yang mereka lakuin ke lo sampe seragam lo berantakan kaya gini?"

"HEH! Ella!" teriak Misya yang kini menghampiri Clara yang tengah menarik kerah seragam Ella. "Lo apain Kathrin?!" gertaknya, membuat Cilla dan Lia kini ikut membantu Ella. Misya yang sadar akan kehadiran Cilla dan Lia segera memutar tubuhnya, menghadap ke arah keduanya. "Apa?! Wanna fight? Fight me!"

Terjadi kericuhan pada kelas tersebut, padahal hari masih dapat dibilang cukup pagi. Kathrina menggaruk pipinya karena bingung. Sesaat kemudian, ia menarik bahu Clara dan Misya, memberikan isyarat dengan matanya, mengajak keduanya ke ruang The Pillars. "Ngurusin mereka gak bakal ada habisnya, Ra! Sya!" pekik Kathrina.

Obsessed (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang