.
.
.Taehyung menggeliat pelan di kasurnya. Alarmnya terus berbunyi nyaring dan mau tak mau dia harus bangun. Taehyung sengaja meletakkan alarm jauh dari tempat tidur sehingga jika ingin mematikan benda berisik itu maka dia dengan terpaksa harus mengangkat badannya dari tempat tidur.
Mematikan alarm, membuka jendela, dan disambut dengan siraman cahaya mentari di pagi hari memanglah kondisi terbaik untuk bangun. Senyum lebar nan manis terbentuk di bibir Taehyung.
Hari ini dia punya dua kelas. Satu di jam 8 pagi dan satu lagi di jam 2 siang. Jeda waktunya sudah dia rencanakan untuk makan siang lalu pergi membaca buku di taman depan student center sejenak.
Tidak perlu waktu lama bersiap. Setengah jam sebelum kelasnya dimulai, Taehyung sudah duduk manis di kafetaria kampus menikmati sarapan. Seperti biasa, dua potong roti coklat dan sekotak susu stroberi menemaninya. Kafetaria kampusnya memang yang terbaik untuk sarapan, di pagi hari suasananya tenang selayaknya kafe. Taehyung makan dengan perlahan, menikmati setiap gigitan. Dia memilih makanan yang ringan karena makan berat di pagi hari hanya akan membuat perutnya sakit, dan Taehyung tidak suka harus meninggalkan kelas demi ke toilet.
Kelas paginya masih sepi. Baru dua orang mahasiswa yang tampaknya memang ambisius, mereka selalu datang paling awal. Taehyung bukan mahasiswa ambisius, setidaknya begitu pikirnya tentang diri sendiri. Semua yang dilakukannya dianggap sebagai kewajiban dan dia menikmati setiap suka dan dukanya. Dia tidak mau menyebut dirinya ambisius.
Taehyung, seperti biasa akan mengambil kursi di depan papan tulis. Bukan, bukan karena dia ingin menarik perhatian dosennya atau apa. Dua mata tambahan menyulitkan dia untuk fokus. Dia akan selalu duduk di depan, bahkan di pelajaran yang tidak disukainya sekalipun.
Masih lima belas menit lagi sebelum kelas dimulai. Taehyung membuka bukunya terlebih dahulu. Memutuskan untuk mengingat kembali sampai di mana pelajaran mereka minggu lalu. Perlahan kelas mulai dipenuhi mahasiswa lain yang datang satu-persatu dan tentu saja mengincar bangku belakang terlebih dahulu.
"Aku dengar dosen kita diganti."
"Benarkah?"
"Bu Aera cuti melahirkan."
"Ah, benar juga. Perutnya sudah besar sekali."
Sekilas percakapan kecil dari dua mahasiswi di belakangnya menarik perhatian Taehyung. Baru saja akan berbalik menanyakan ketika kelasnya seketika tenang karena kedatangan seorang pria yang langsung mengambil tempat di meja dosen.
"Oh itu dosen penggantinya?"
"Wah! Tampan sekali."
"Berapa umurnya? Apa dia sudah menikah."
"Aku akan semangat ikut kelas jika dosennya begini."
Komentar-komentar yang menurut Taehyung kurang patut terdengar dari beberapa mahasiswi di kelasnya. Mereka bahkan tidak memperhatikan volume suara.
"Selamat pagi. Saya Jeon Jeongguk yang akan menggantikan ibu Aera selama sisa semester ke depan."
Oke, Jeon Jeongguk.
"Umurnya berapa pak? Sudah punya kekasih belum?"
"Bapak tampan sekali. Mau tidak jadi pacar saya, pak?"
Taehyung mendecak pelan, sungguh mahasiswi centil tidak tahu sopan santun, berani sekali menanyakan hal pribadi seperti itu.
Pak Jeongguk di depannya hanya tersenyum. Memilih untuk tidak menjawab dan mendapat desahan kecewa dari mahasiswinya. Beliau malah langsung menyiapkan materinya untuk hari ini. Oh, Taehyung suka yang langsung dan tanpa basa-basi seperti beliau.