Part 28 - Ide Mawar

1 1 0
                                        

"Jadi, rumah lo kosong dong".

Kinar mengangguk, "Padahal gue pengen ajak kalian nginep, malah gue yang disuruh pindah".

"Lo tadi pagi ke mana, Nes?" tanya Kinar, "Kenapa gak tungguin Kenan kayak biasanya?".

"Udah enggak deh, Kin" balas Agnes, "Ganti modus yang lain dong!".

"Gimana kalau weekend besok kita jalan-jalan?" usul Mawar, "Mumpung les gue libur juga".

"Siapa aja?" tanya Agnes.

"Kita bertiga" jawab Mawar, "Sama Kenan, Janu, Vian, sekalian Arka juga".

"Gimana ya" gumam Agnes berpikir.

"Ayolah, Nes!" sahut Kinar mengganggu Agnes yang sedang berpikir, "Kemarin lo udah gak ikut kita ke toko roti, sekarang mau dong! Ya?".

"Mau ya, Nes" Mawar membujuk Agnes begitu juga dengan Kinar, "Mau ya? Ya?".

"Iya deh!" putus Agnes, "Tapi gue ijin dulu, kita mau kemana emang?".

"Taman kota" jawab Mawar, "Biasanya kalau hari libur rame banget orang jalan kaki, naik sepeda, sama banyak makanan street food gitu".

"Yang deket mall itu?" tanya Kinar diangguki antusias oleh Mawar.

"Boleh juga" Kinar setuju, "Nanti kita hunting makanan terus makan bareng-bareng gimana? Jadi kayak piknik".

"Eh! Pak Budi!" celetuk Agnes tiba-tiba melihat guru yang akan mengajar di kelas mereka datang.

Ketiganya langsung masuk ke kelas karena sedari tadi mengobrol di luar sambil melihat suasana sekolah dari lantai atas.

Jam pembelajaran berlangsung seperti biasanya. Kini Pak Budi membagikan nilai ulangan mereka beberapa minggu lalu yang baru sempat dikoreksi.

"Dari nilai kalian yang sekarang, Bapak harap kalian dapat meningkatkan lagi kemampuan kalian di ulangan selanjutnya" terang Pak Budi kemudian mulai menuliskan materi baru di papan tulis.

"Lo berapa, Kin?" tanya Agnes setelah melihat angka di sudut kanan atas kertas ulangannya.

"Lumayan" Kinar meletakkan kertas tersebut di atas meja, "Di atas 50 dikit".

"Kin, sebenarnya gue gak tau bisa ikut atau enggak" ucap Agnes, "Tapi, gue usahain deh".

"Santai, Nes" Kinar menepuk dadanya sombong, "Kalau lo gak bisa, gue suruh Kenan jemput".

"Ih, Kinar" Agnes tidak bisa menahan senyum dan salah tingkah saat Kibar mengatakan hal itu, "Jangan bikin gue makin baper ke Kenan dong".

"Atau gue suruh Janu aja?".

Agnes yang awalnya tersenyum manis berbunga-bunga tiba-tiba menjadi sebal dan cemberut saat Kinar menanyakan itu, "Kenapa Janu sih? Kenan aja udah".

"Emang Janu kenapa? Dia malah udah sayang sama lo" gurau Kinar.

"Lo aja sana sama Janu!" balas Agnes kesal.

Gebrakan pada papan tulis terdengar membuat seisi kelas lantas terkejut dan diam termasuk Agnes dan Kinar yang sadar jika sedari tadi mereka mengobrol di kelas.

"Yang di belakang itu" Pak Budi menunjukkan dua gadis di bangku belakang, "Kalian keluar, daripada berisik di dalam kelas" tegas Pak Budi.

Untuk Kinar, hal itu sudah biasa baginya. Ia bangkit dari bangkunya lebih dulu diikuti oleh Agnes yang kemudian keluar dari kas bersama.

Pak Budi menyuruh mereka berdiri di dekat jendela selama jam pelajarannya berlangsung.

Kinar menghela nafas sambil bersandar pada dinding di belakangnya, ia melirik Agnes yang diam-diam mengintip ke dalam kelas sambil mencatat materi di bukunya.

Cerita Kinar | SELESAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang