Selamat telah menekan cerita ini, sekali lagi jangan berharap, jangan letak kan ekspektasi pada cerita ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.....
Rasa nya ingin keluar menggerakkan kaki dan melompat keluar dari jendela kendaraan beroda empat yang tengah melaju mulus di atas lajurnya. Gusar , khawatir dan perasaan tidak lega menumpuk dalam hati. Mendengar perbincangan dua orang yang berada di kuris bagian depan, Membahas hal - hal mengenai masa depan yang tidak ada habis nya. Merencana kan ini dan itu, menyetel musik yang tidak aku suka, dan menghembuskan asap rokok keluar dari jendela mobil. Satu - satu nya hal yang bisa aku lakukan hanyakan menutup lubang hidung dan bernafas lewat mulut.
"Aku benci asap rokok"
Sudah hampir 3 jam perjalan di dalam mobil butut ini. Pantat ku sudah tidak merasakan kursi mobil sama sekali. Ponsel ku mati karena kehabisan baterai, bodoh nya aku tadi kekeuh tidak mau mengecass nya berpikir hanya perjalanan singkat. Entah dimanakah sebenarnya tujuan orang tua ku setelah di usir dari tempat tinggal sebelumnya. Sejak tadi hanya pemandangan yang sama, pohon pinus dan rerumputan di sepanjang jalan, Entah bagaimana pemerintah bisa membuat lajur kendaraan di sini. Jelas sekali jalur nya jarang di lewatin atau di gunakan pengendara karena masih mulus tanpa lubang tidak seperti di perkotaan yang penuh dengan jebakan batman.
"Yah kapan sampai nya?"
"Sudah diam saja kau, cuma duduk manis saja sudah mengeluh. Kalau bertanya terus lama lama aku turunkan di pinggir jurang"
Heran, padahal cuma tanya baik - baik tapi di balas pahit - pahit. Sudah ratusan kali aku berpikir kalau aku ini bukan hasil darah dagingnya. Ibu juga tampak nya tidak peduli, cuma mendengarkan musik yang tidak pernah aku suka walau pun sudah mendengarnya sejak lahir. Orang tua ku sudah lama terlihat tidak lagi mencintai satu sama lain, bahkan sepertinya sejak aku lahir. Mungkin karena masalah financial, mereka masih membutuhkan satu sama lain untuk bertahan hidup. Ayah dulu bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik makanan ringan, tidak jarang dia diam - diam mencuri sisa bahan produksi yang tidak layak jual untuk di bawa pulang. Sedangkan ibu ku adalah seorang penipu. Ia berjualan kosmetik dan merusak wajah pembeli nya. Ibu sudah pernah tertangkap dan di penjara, ini alasan kenapa kami jadi sering berpindah - pindah tempat tinggal dan hidup tidak jelas arahnya.
Langit sudah mulai gelap, langit sore yang indah berubah keabuan. Aku mulai khawatir karena headlight mobil ayah hanya berfungsi sebelah, sebelah nya lagi entah hilang karena rusak atau di jual. Syukur - syukur mendapat penerangan walau pun sedikit dari pada tidak sama sekali. Aku hanya berharap mobil ini tidak terbang masuk kedalam jurang di sisi kanan.
Samar - samar pohon - pohon tinggi telah di lewati. Terlihat sebuah rumah berdiri kokoh ala ala masion angker yang ada di film - film horor. Benar - benar janggal kehadiranya, Orang tua ku terlihat senang. Aku tidak mau berpikir macam - macam tapi orang tua ku selalu berbuat macam - macam. Karena tidak mau ambil pusing, aku mencoba berpikir positif, mungkin ibu dan ayah akan di pekerjakan menjadi pekerja di rumah itu.
Mobil terparkir rapi di depan gerbang masion itu. Ayah dan ibu tidak tergesa - gesa keluar dari mobil melainkan mereka berbalik dan menatap ku tajam.
"Jaga sikap mu Ron, jangan macam - macam dan jangan merusak rencana ayah dan ibu. Tetap di dalam mobil, jangan keluar atau jangan coba - coba membawa kabur mobil ini"
Setelah memperingati ku panjang lebar, mereka keluar dengan cepat menuju gerbang pintu masuk. Pintu gerbang tersebut tidak terkunci, mereka segera masuk kedalam, dari jauh terlihat halaman masion itu begitu luas dan ..... terawat. Entah jenis manusia mana yang tinggal di masion ini. Begitu sepi dan senyap, lama - lama merinding juga diam di dalam mobil.Terdengar suara ramai tapak kaki berlarian menuju kemari, aku yang nyaris saja tertidur seketika terbangun. Melihat ayah dan ibu ku tergesa - gesa keluar dan membuka pintu belakang mobil tempat ku duduk dan bagasi. Ayah mengeluarkan koper berisi baju dan perlengkapan ku, sedangkan ibu membuka pintu dan menarik ku keluar dari mobil.
"Apa maksud nya ini ibu? ayah?"
"Tidak usah banyak tanya anak bodoh, kamu harus nya sadar umur mu sebentar lagi 18 tahun sudah saat nya kamu membalas budi mu kepada orang tua"
"Benar, bekerja lah di sini sebagai tukang bersih - bersih. Tuan rumah akan mengirim bayaran mu kepada kami setiap bulan jadi bekerja lah dengan benar dan giat"
"hah!"
Setelah mengucapkan kalimat - kalimat sampah, mereka melaju pergi menjauh menuju tempat entah dimana. Jadi maksud nya aku sekarang di jual atau bagaimana?, Membalas budi apanya, selama ini setelah ayah di pecat dan ibu keluar dari penjara yang menafkahi keluarga itu aku tau! enak saja balas budi - balas budi dasar orang tua kurang akhlak.
Sekarang aku harus apa? menggeret koper dan masuk kedalam masion ini? hadehh serba benar.
Karena tidak punya pilihan lagi aku masuk melalui gerbang dan melewati halaman menuju pintu masuk utama masion besar itu. Sama sekali tidak ada pikiran untuk kabur karena orang tua ku harus tetap makan dan hidup agar suatu saat aku bisa balas dendam.
Berapa melelahkan nya berjalan dari gerbang menuju pintu masuk, kaki ku sudah lumayan kebas dan tangan ku kesemutan menggeret koper. Harus kah aku mengetuk pintu?, tangan ku hendak meraih pintu masuk hendak mengetuk perlahan tapi belum sempat melakukan nya pintu tersebut mengeluarkan suara aneh lalu terbuka perlahan - lahan. Aku nyaris pingsan karna terkejut, badan ku seketika lemas dan pikiran ku kosong.
"Selamat datang pekerja baru!"
Entah mata ku picek atau apalah, sekelompok wanita berbaju rapi dan seragam dengan telinga runcing. Mereka semua mempunyai wajah yang serupa...nyaris serupa. Aneh nya kenapa aku di sambut begitu heboh nya? ekspresi mereka juga terlihat senang dan antusias, apa ada hal yang menggembirakan dari kedatangan ku?
"Halo tampan siapa nama mu?"
"Nama ku Ron"
"Selamat datang sebagai pekerja ron, semoga betah ya" Ucap salah satu wanita yang berjejer, ia mengucapkan nya sambil bersalaman.
Ron di tuntun menuju kamar khusus untuk para pekerja, sambil melirik kesana dan kemari. Hitung - hitung sembari menghafalkan letak ruangan dan arah menuju kamarnya. Tapi mata nya menangkap sesuatu yang aneh, sebuah lukisan raksasa terpajang. Ngomong - ngomong dimana tuan rumahnya?
Setelah mengantarkan nya wanita itu segera pamit pergi.
"Istirahat yang cukup untuk bersiap bekerja tengah malan nanti, seragam dan tugas - tugas mu sudah aku tulis dan siap kan di dalam"
"Terima kasih banyak, maaf merepotkan"
"Tidak masalah, itu justru adalah tugas ku sebagai kepala pelayan menuntun dan mengajarkan para pekerja baru, ngomong - ngomong tangan mu hangat juga" Wanita yang memperkenalkan diri sebagai Airis itu pergi setelah mengucapkan kalimat yang agak ambigu.
"Bukan nya tangan manusia memang semua nya hangat ya?"
Segera aku menutup pintu dan membersihkan diri dan mengistirahatkan tubuh ku. Dalam hati aku berdoa kepada dewi fortuna agar selalu memberiku keberuntungan.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelayan Kesayangan Sang Majikan !BL!
Teen FictionBagaimana bisa aku menjadi pelayan kesayangan? Padahal aku sama sekali tidak pernah melihat wujud dan rupanya. !!!Warning!!! Iya, ini Cerita "Boys love" Jadi buat yang anti jangan baca ya