s e i r i o s
Clara menekan 'tuts' terakhir di keyboard miliknya, menandakan bahwa pertunjukan piano yang ia tampilkan telah usai.
Semua orang berdiri, bertepuk tangan untuk pertunjukan spektakuler sang pianis. Clara tersenyum lantas membungkuk memberi hormat kepada para penonton.
Konser piano kali ini adalah konser comeback-nya di dunia musik. Lima tahun silam, sang pianis tiba-tiba mengumumkan hiatus secara mendadak, membuat para fans gempar.
Clara memejamkan mata, lagu terakhir yang ia mainkan adalah lagu untuk sang kekasih. Lagu berjudul 'I love you in every universe' seharusnya diperkenalkan kepada dunia sejak lima tahun silam.
Lima tahun silam ya? Clara tersenyum pahit, memori di kepalanya tiba-tiba berputar, menampilkan ingatan masa lalu tentang sang kekasih.
Clara saat itu tengah berlatih untuk mempersiapkan konser besok. Clara tersenyum manis sambil terus menekan 'tuts' dengan jemari lentiknya. Ia tidak sabar untuk menunjukkan lagu 'I love you in every universe' kepada dunia, lagu ke sekian yang ia buat khusus untuk sang kekasih, Richard.
"Ra, Richard kecelakaan!" Irama indah yang sebelumnya terdengar, mendadak terhenti. Clara terdiam, netranya menatap Hira—manager Clara, dengan pandangan tidak percaya.
"Bohong kan?" Hira mendekat, memeluk Clara dengan erat.
"BOHONG! LO BOHONG KAN HIRA!"
"KEMARIN RICHARD JANJI BAKAL NONTON KONSER GUA, DIA GAK MUNGKIN INGKAR JANJI!" Clara berteriak, netra berwarna biru langit itu mengeluarkan air mata. Clara memberontak dalam dekapan Hira, ia harus melihat keadaan Richard sekarang, Richard-nya pasti selamat.
Namun yang terjadi justru sebaliknya, Clara menatap tubuh Richard yang penuh luka, ia mendekap tubuh kekasihnya itu. Dekapan yang sebelumnya penuh dengan kehangatan, sekarang terasa dingin tanpa ada balasan.
Clara kembali menangis, saat ini Richard-nya sudah menjadi bintang, sangat jauh dan tidak bisa ia gapai.
Setetes air mata turun dari netra Clara. Lagu 'I love you in every universe' tidak pernah sampai kepada sang kekasih. Kini lagu itu hanya irama tanpa sang pemilik.
──── S E I R I O S ────
Setelah konser selesai, Clara langsung memilih pulang ke apartemennya. Padahal, Hira sudah mengajaknya merayakan kesuksesan sekaligus comeback Clara di dunia musik.
Clara berbaring di ranjang king size, di telinganya sudah terpasang earpods berwarna hitam, earpods pemberian Richard.
Lagu 'In the stars' milik Benson Boone mengalun indah di telinganya, menemani malam Clara yang gelap nan sepi.
I'm still holdin' on to everything that's dead and gone
Mata Clara terpenjam, menikmati irama yang sedang ia dengar.
I don't wanna say goodbye, 'cause this one means forever
And now you're in the stars and six-feet's never felt so far
Netra berwarna biru itu menatap langit-langit kamar, sekarang Richard-nya sudah berada jauh di angkasa.
Here I am alone between the heavens and the embers
Lagu ini benar benar menggambarkan keadaan Clara sekarang. Dadanya sesak, ia merindukan Richard-nya. Mata Clara kembali terpenjam, berharap dalam bunga tidurnya, ia kembali bertemu sang kekasih.
──── S E I R I O S ────
Sejak 5 menit lalu, Clara terus menatap seisi kamar yang terlihat asing. Kamar ini memiliki design interior abad pertengahan, khas bangsawan sekali.
Clara menatap cermin, ini masih wajahnya yang berbeda hanya pakaian yang ia kenalan, sebuah dress berwarna biru yang senada dengan netranya.
Pintu kamar terbuka, menampakkan seorang gadis berpakaian pelayan yang terkejut melihat Clara.
Hah, siapa dia?
"Nyonya, lady Claudine sudah bangun!!" Pelayan tersebut nampak heboh, secepat kilat pelayan itu berlari keluar kamar. Clara menarik napas, apa-apaan lagi ini? Claudine? Siapa Claudine?
ini fanfic pertama aku tentang claudine, semoga suka yaa. oh iya, di fanfic ini full dari pov claudine.
prolog ini tuh banyak mengandung spoiler buat alur cerita kedepannya 😏
KAMU SEDANG MEMBACA
Seirios
FanfictionClara yang tertidur saat menangisi lima tahun kepergian sang kekasih, mendapati dirinya terbangun disebuah dunia yang tidak ia ketahui. © 2024, kaakaori