menunggu || 1

154 16 2
                                    

Disetiap chapture cerita book disini akan berbeda, saya akan membuat oneshoot yang berbeda beda jadi tidak ada kaitan menyambung cerita chapture yang lain. Maaf jika anda tidak mengerti dengan maksud yang saya ucapkan.

Happy reading..

────────────────────────

"Jika dikehidupan selanjutnya kita terlahir, apakah kau akan bersedia menjadikan diriku sebagai kakakmu lagi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika dikehidupan selanjutnya kita terlahir, apakah kau akan bersedia menjadikan diriku sebagai kakakmu lagi?."

─ Blaze Keanandra Saputra

Story by : alorawwy__
Menunggu..




────────────────────────

Malam indah diterangi dengan rembulan terang yang memancarkan keindahan gelapnya malam. Seorang lelaki berjaket tebal nan bermata aquamarine sedang menatap langit dari jendela kamar miliknya itu. Kamar yang bernuansa biru muda. Lelaki tersebut sedang terdiam diranjang nya yang empuk nan lembut.

"Kak, gue kangen sama lo kak.." ucap lelaki tersebut kepada sang kakaknya yang sudah tiada 2 tahun yang lalu semenjak kecelakaan yang mengenaskan tersebut. Setetes air mata jatuh dari pelupuk sang lelaki tersebut, Ice Vionandra Saputra, putra kembar ke lima dari tujuh bersaudara.

Suara rintisan hujan mulai terdengar sedikit demi sedikit yang semakin lama membanjiri seisi kota. Tangisan yang dibarengi dengan turunnya hujan membuat suasana menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Rasa sakit yang sudah tak bisa ia tahan selama ini.

Tolong, bertahan lebih lama lagi.. ya? Suara yang selalu terngiang ngiang dikepalanya.

Malam yang begitu menyayat hati, kesepian, rasa bersalah dan kesedihan selalu menyelimuti dirinya. Tidak bisa dipungkiri lagi sudah berapa rasa sakit yang tidak bisa ia jelaskan. Sakit. Sangat sakit..

Tiba tiba terdengar seseorang sedang mengetuk pintu kamar Ice, sesegera mungkin Ice langsung mengusap air mata di pipinya dan bersikap seolah olah tidak terjadi apa apa. Pintu mulai terbuka lebar memperlihatkan seseorang sedang berada diambang pintu kamar. "Ice?, lho, kamu gapapa Ice?" tanya lelaki tersebut khawatir dengan keadaan sang adiknya yang terlihat seperti habis menangis.

"Gue gapapa kok kak Gem." jawabnya dengan pelan. 'Maaf gue harus terus terusan bohong sama lo.' mungkin itulah batinnya dengan penuh rasa penyesalan dan rasa bersalahnya kepada Gempa Hanandra Saputra, putra ke tiga dari tujuh bersaudara.

Khawatir akan terjadi sesuatu kepada adiknya, namun ia masih berusaha untuk berpikir positif. "Yasudah kalau gitu. Kalau ada apa apa tanya aja kakak ya?." senyuman tulus terukir jelas dari raut pipinya yang menandakan bahwa ia begitu sangat menyayangi adik adiknya dan tidak ingin sesuatu buruk terjadi pada mereka.

Walau, salah satu dari mereka telah..

Gempa perlahan menutup kembali pintu kamar Ice, ruangan kembali menjadi gelap. Hanya terdapat suara hujan yang deras beserta dengan gemuruh kilatan petir yang menyambar. Ice duduk dipinggir ranjangnya sambil memeluk seekor paus yang berukuran hampir sebesar dengan tubuhnya.

"Kapan gue bisa nyusul lo, Aze?."

Pagi yang indah disambut dengan hangatnya matahari yang menembus hingga kedalam jendela kamar Ice

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang indah disambut dengan hangatnya matahari yang menembus hingga kedalam jendela kamar Ice. Namun bagi Ice, tidak akan ada hari yang indah untuknya. Semuanya sirna begitu saja.

"KAK!!" Ice terbangun dari tidurnya, teriakannya membuat seisi rumah kaget dan menghampiri saudaranya tersebut.

Pintu mulai terbuka dengan sangat lebar memperlihatkan kelima saudaranya sedang khwatir dengan keadaan Ice. "Ice, lo gapapa?" tanya Halilintar Voltranandra Saputra, putra sulungnya yang khawatir dengan keadaan Ice.

"Gue, gue gapapa." keringat dingin mulai berjatuhan dari keningnya. Ruangan yang dipenuhi dengan kekhawatiran dan kecemasan kepada Ice.

Semenjak setelah kematian Blaze, Ice selalu bersikap aneh. Blaze Keanandra Saputra, adalah kembarannya yang paling dekat dengan Ice. Tak jarang jika mereka selalu bersama, bahkan hingga satu kamar. Namun sekarang, kamar itu hanya dihuni oleh dirinya sendiri.

Hari demi hari, Ice selalu memimpikan Blaze. Kakak kembaran kesayangannya, walau ia selalu aktif dan sering usil kepada Ice, tapi Ice tidak pernah membenci akan hal itu. Kecelakaan yang tidak pernah bisa Ice lupakan selama hidupnya. Ia selalu terbayang bayang dengan kejadian tersebut hingga membuatnya stress.

"Kak, kalo gue nyusul lo marah ga?"

─────

00:14 AM
Kota Pulau Rintis

Malam dini hari. Semuanya sunyi, gelap dan dingin. Perasaan rasa sakitnya telah sirna. Ice Vionandra Saputra, sudah bersama dengan Blaze. Tenang, tidak ada rasa sakit. Semuanya baik baik saja kan?..

Kali ini Hali harus kehilangan kedua kembarannya nya tersebut. Gempa, Duri dan Solar menangis tersedu sedu, tak dapat menahan rasa sakitnya.

Sekarang, kalian sudah bisa bersama lagi ya? Tenang disana ya.

Maaf, gue nyusul lo, gue cape.

Tenang, gue selalu ada buat lo..

. . .

Ice terbangun dari tidurnya, kali ini ia bermimpi hal yang sama. Kenapa? Kenapa harus memimpikan dirinya?. "Kak.. Gue pengen nyusul lo" gumamnya didekapan boneka paus nya.

Gue ada disini Icy.

Panggilan itu? Tak salah lagi. Suara yang terdengar jelas di telinganya. Suara yang tidak salah lagi adalah suara kakak kembarannya sendiri, Blaze.

Matanya terbelalak mendengar kalimat tersebut. Ia dapat merasakan rasa hangat bagaikan sedang dipeluk. "Hangat.." gumamnya.

────────────────────────

Gaada ide, maaf kalo gak nyambung samsek. Baru pertama kali bikin book one-shoot, takut ga sesuai ekspetasi. Kalau ada rekomendasi comment aja.

Dua Kembar || One-shoot - [Boboiboy Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang