Bab 31. Untung Hanya Mimpi

4.1K 206 4
                                    

"Om.. Om.. Om.."

Abram terganggu dari tidurnya mendengar suara seorang wanita asing membangunkan seraya mengguncang pundak kanannya. Perlahan ia membuka kedua matanya mendapati dirinya terbangun di atas sebuah sofa dengan posisi duduk dan bersedekap dada. Pria itu ketiduran menunggu pesanan bunganya.

"Maaf saya ketiduran" katanya

"Iya tidak apa-apa om. Maaf om jadi ngantuk karena menunggu" sahut sang florist bernama Filga. "Katanya Alina ada di Indonesia juga yah om?"

"Iya, kami sekeluarga"

"Ada acara apa?"

"Cuma kumpul keluarga, om sama anak-anak om, para menantu juga calon istri om"

"Om mau menikah?" Filga bersemangat mendengar ayah dari temannya akan melepas status duda nya.

"Iya Insya Allah jika tidak ada halangan, doa kan yah nak"

"Iya om iya"

"Kamu sendiri sudah menikah?"

Sang florist tersenyum malu dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Belum om"

"Tapi pacar ada kan?"

"Iya, om"

"Namanya siapa?"

"Gasta om"

Abram manggut-manggut seolah memikirkan sesuatu.

"Insya Allah jodoh yah kalian. Dari nama saja cocok. FilGasta"

Sang florist bernama Filga mengaminkan ketika nama dari sosok yang tengah mereka bahas tertera di layar gawainya memanggil.

"Oh iya pesanan om sudah selesai?"

"Iya om, ini"

Abram menerima buket bunga mawar putih pilihannya, sekitar ada dua puluh tangkai. Setelah membayar ia segera kembali ke mobil miliknya.

"Astaghfirullah, kenapa saya bermimpi seperti itu. Kenapa saya bermimpi melakukan hal yang tidak-tidak pada Fitiara" gumamnya masih kepikiran dengan mimpinya barusan. Tapi ia juga berterima kasih bermimpi seperti itu sehingga ia bisa menahan diri supaya hal itu tak terjadi karena telah melihat konsekuensinya.

Mimpinya itu seolah jawaban atas hasrat dan nafsunya yang menggebu-gebu dalam menyentuh Fitiara.

"Ya Allah, buat hati hamba tetap kuat dan tak terjerumus dalam perbuatan yang tidak-tidak dengan seseorang yang hamba cintai,. Hamba ingin menyentuhnya setelah kami menjadi halal untuk hal itu" lagi gumamnya berdoa penuh harap. Ia pun melajukan mobilnya meninggalkan toko bunga tersebut.

Di jalan menuju apartemen Amir, ia melintasi sebuah toko camilan sama persis yang ada di mimpinya. Mungkin karena beberapa kali melintasi area tersebut sehingga toko itupun masuk ke dalam mimpinya. Tapi ia hanya melewatinya saja, tak jadi membeli coklat seperti apa yang ia rencanakan. Ia tak mau melakukan apa yang ia lakukan di dalam mimpinya.

Dengan membawa 3 paper bag juga sebuket bunga mawar putih, ia kini berada di dalam lift menuju lantai apartemen Amir.

Bip!

Ia berjalan perlahan menuju apartemen Amir sembari menenangkan diri, mensterilkan pikiran dari ketakutan akan mimpinya tadi.

Tiba di depan pintu ia mengangkat tangan mengayunkan ketukan sebanyak tiga kali seraya mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam.."

Cklet..

"Oh pak Abram, kapan pulang pak?" tanya Risti yang membuka pintu, sama seperti di mimpinya.

Di Kejar Cinta Boss PamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang