Desember, 2024.
"Helo, Chery!" Seorang pemuda perawakan tinggi dengan rambut pirang mullet itu berlari kecil dengan memegang satu tali tas ransel dipundaknya, menghampiri gadis yang tengah duduk di bangku taman didepan sebuah gedung kantor. "Sendirian?" tanyanya ketika sudah duduk disamping si gadis.
Gadis bernama Chery itu mengangguk, "Kenapa? Apa kamu tidak sibuk lagi dengan pacarmu itu?"
"Dia tidak ada. Sakit. Hari pertama haid katanya."
Chery tersenyum tipis kemudian mengeluarkan sebuah buku dari totebag lilacnya dengan hiasan pita-pita kecil disana, "Oh ya, Ini bukumu. Kamu tahu kan kalau barang ini penting untukmu? Barang kesayangan sendiri saja lupa. Padahal nyawamu ada disini."
Pemuda itu terkekeh, "Ah sorry, kemarin buru-buru jadi lupa tidak periksa. Tadi pagi baru sadar, jadi panik deh untung ada Cheryku."
"Ini kamu kalau Elen tahu kamu bicara seperti ini. Apa tidak dijadikan adonan roti kamu."
"Eits, Elen itu sudah tahu kalau kamu belahan jiwaku."
Chery menggelengkan kepalanya kemudian bangkit dari tempat duduk, "Aku pulang dulu. Besok jangan lupa datang lebih pagi kita mau ada meeting penting." ia menepuk pundak pemuda itu sambil berlalu pergi. Setelah semeter menjauhinya, gadis itu melambaikan tangannya, "See you tomorow, Anton."
Sampailah Chery pada sisi jalan raya yang dipenuhi dengan pedagang kaki lima disana dan suasana ramai kendaraan roda dua dan roda tiga yang berlalu-lalang. Ia mengedarkan pandangannya mencari sebuah kendaraan roda empat berwarna biru untuk menjadikan target lambaian tangannya.
Setelah beberapa menit berdiri disana, berhentilah kendaraan roda empat biru bernama taksi tersebut tepat di hadapannya. Namun, entah darimana asalnya seorang pemuda tiba-tiba menyela masuk kedalam kursi penumpang, mendahuluinya.
"Hei, aku duluan yang menghentikannya."
"Maaf, aku buru-buru."
"Memangnya kamu saja yang buru-buru?"
"Tapi aku benar-benar buru-buru. Maaf. Pak jalan saja ya." Taksi tersebut mau tidak mau pergi berjalan meninggalkan Chery yang sedang tidak habis pikir itu.
Ia menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya, "Kenapa didunia ini ada saja orang seperti itu. Menyebalkan." dumelnya. Entah mengapa rasanya tiba-tiba suhu menjadi panas, mungkin ia sedang benar-benar emosi. Chery melihat pedagang kaki lima yang berderetan di sisi kanannya, ada penjual es potong disana. Sepertinya enak.
Gadis itu melangkah mendekati penjual es potong itu sembari menunggu taksi selanjutnya yang akan melewati jalan tersebut. "Pak, aku mau satu potong ya, yang rasa stroberi."
"Stroberinya habis. Sisa jeruk, anggur dan durian."
"Kalau begitu jeruk saja pak."
Sembari penjual menyiapkan es potongnya, Chery mengecek ponsel dengan layar yang menunjukkan jam 16:18. Ia terdiam sebentar sedikit melamun sampai disadarkan oleh penjual yang menyodorkan es potongnya. "Tiga ribu neng."
Chery menyerangkan satu lembar uang lima ribu, "Kembaliannya ambil saja, pak." ucapnya. Kemudian dengan cepat melambaikan tangannya ke jalan ketika matanya mendapati ada taksi yang mau mendekat. Ia tidak akan melewatkan yang satu ini, pikirnya.
"Terimakasih, neng!" seru penjual es potong itu sambil tersenyum.
Sembari mengangguk gadis itu melangkah masuk ke dalam taksi yang berhenti. "Pak, otw rumah sakit kelana ya pak." ucap gadis itu ketika sudah duduk di bangku penumpang kepada supir taksinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Remnants
General FictionDalam hidup Chery Summer yang sederhana, kehadiran seorang Hansel adalah berkah yang luar biasa dihidupnya. Hansel membawa babak baru dalam setiap lembaran kehidupannya yang biasa-biasa saja itu. Begitupun sebaliknya. Hansel yang sebelumnya sejak...