0.1

37 5 2
                                    

"Kamu tidak layak disebut Saintess!? Saintess macam apa yang merebut pasangan orang lain?"

"Tidak, putri. Tolong dengarkan-"

"Kamu gadis desa yang tidak tau diri! Selama ini aku menahan amarahku, tapi kamu semakin bertingkah."

"Bukan, aku tidak.."
Perkataan wanita itu terhenti, suaranya tidak lagi mau keluar. Tubuhnya gemetar di tengah aula pesta itu. Banyak tubuh tidak bernyawa di sekitarnya, gaunnya sudah penuh oleh darah yang bukan miliknya. Kemarahan wanita di depannya sungguh mematikan.

"Matilah."

Wanita itu menutup matanya dengan erat, menunggu rasa sakit yang akan menyiksanya. Tapi yang dia rasakan adalah pelukan yang hangat, dan selalu membuatnya nyaman. Aroma tubuh yang dia sukai, namun tercampur aroma darah. Saintess itu membuka mata dengan cepat dan terkejut, saat melihat orang yang dicintainya menolongnya.

"Sasuke.."

Saintess dengan panik menyentuh lukanya, mencoba menyembuhkannya dengan kekuatannya walaupun tidak bisa. Dia sudah memakainya berkali-kali saat menyembuhkan yang terluka di aula itu, walaupun mereka tetap tiada. Dia sudah mencapai batas maksimal dalam menggunakan kekuatannya.

"Hentikan. Tidak perlu memaksakan diri."

"Tapi-"

Perkataannya terhenti saat dirasakan bibirnya dibungkam oleh bibir lawan bicaranya, Sasuke. Sebelum dirinya tiada di pangkuan sang Saintess. Sementara sang pelaku pembunuhan itu hanya bisa terdiam kaku. Membunuh target yang salah, satu-satunya orang yang ingin dia jaga justru tiada di tangannya. Bahkan di saat terakhir, dia masih saja tidak menganggapnya.

"Sakura! Kenapa kamu harus melakukan ini! Jika kamu memang tidak menyukaiku, bunuh aku saja! Jangan membawa korban lain. Kamu.. terlalu kejam.. mereka tidak bersalah.."

Saintess menangis, dia memeluk tubuh tak bernyawa milik Sasuke. Dia tidak peduli lagi dengan kehormatan, semua orang terbunuh oleh wanita berambut merah muda itu. Semua sudah tiada, ini hampir mencapai akhir.

Sakura tertawa dengan kencang. Saintess bahkan menatapnya dengan ketakutan yang murni.

"Tau apa kamu? Mereka tidak bersalah padamu, tapi padaku! Orang yang diperlakukan seperti permata ini berbicara seakan tau segalanya."

Sakura berbicara dengan lantang. Tatapannya mengarah pada tubuh tidak bernyawa dalam pelukan Saintess. Tatapan Sakura semakin meredup. Dia menatap Saintess dengan benci.

"Lihatlah sepasang insan yang saling mencintai ini, aku memisahkan keduanya. Membunuh salah satu pihak dan pihak lainnya tersiksa."

Sakura menatap Saintess dengan remeh.

"Lihatlah Dewa!! Aku membuat anak kesayanganmu ini menangis, aku membunuh cinta nya dengan tragis!"

Sakura kembali tertawa dan sang Saintess menunduk dan menangis. Kemarahan menguasainya tapi ketidakmampuan menyadarkan nya. Dia adalah penyembuh, bukan pembunuh.

"Saintess, kamu tidak perlu menangis! Aku akan kembali menyatukan dirimu dengan cintamu."

Pedang sudah terarah di depan wajah sang Saintess, Saintess memeluk tubuh tidak bernyawa dengan semakin erat. Saat Sakura menatapnya dengan dingin. Saintess menatap Sakura dengan tajam, tak ada ketakutan di matanya akan kematian.

"Matilah."

Gadis suci telah tiada. Seakan ikut berduka dan marah. Langit semakin gelap, hujan turun dengan sangat deras diikuti petir. Sakura menghela nafas dengan kasar, melempar pedang dengan sembarangan.

Sakura Wa AkirametaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang