Awal

0 0 0
                                    

Siapkah kamu mengikuti perjalanan Arunika dalam menemukan cintanya?

Selamat membaca bagian awal dari cerita Arunika dan Senja

^Kita hanya bisa merencanakan, semua aku serahkan pada Tuhan dan Mamaku sayang hihi^

^_^

Bunyi ketukan pintu terdengar di kamar Arunika di pagi itu. Perlahan suara langkah kaki  semakin mendekat ke arah ranjangnya. Suara lembut ibu membangunkan seorang gadis yang masih tertidur lelap. Dan kini waktu sudah menunjukkan jam 6 pagi, dengan tak sabar ibu menaikkan suaranya agar gadis itu bangun.

"Unaaa.. bangun ayok! Katanya ada ujian jam setengah 8." pekik ibunya di sampaing telinga Arunika.

Dengan malas Arunika berusaha membuka matanya. Mengucek matanya yang sedikit berat.

"Iya ibuku sayangg, ini Aru bangun kok." Ucapnya sambil menguap.

"Yaudah, sekarang kamu mandi dan siap-siap. Ibu sudah menyiapkan nasi goreng kampung kesukaan kamu."

Arunika sudah siap dengan bajunya, ia menggunakan celana jeans panjang dan kemeja blue skynya dengan manis. Dengan segera menuruni anak tangga menuju meja makan. Meski ibunya menyajikan sarapan sudah sedari tadi, wangi masakan tersebut masih sangat menyengat dan membuatnya ingin segera menyantapnya.
"Ayah belum pulang bu? Tumben sampai lama gini dinas ke luar kotanya?"
"Iya, Ayah masih di Pekan Baru. Mungkin pulangnya masih lusa. Masalah kantor belum juga selesai Run."
" Kasihan ayah ihh, kan bukan salahnya ayah. Uang korupsi tidak akan berkah jika digunakan untuk memberikan nafkah. Iya kan Bu?"
"Iya benar, anak ibu kok udah dewasa begini si."
"Ibu mah gitu, Aru kan sudah kuliah bu. Bentar lagi wisuda terus kerja. Pokoknya nanti kalau Aru sudah kerja Ayah dan Ibu tidak usah kerja lagi. Biar Aru aja yang cari uang hehehe." Memang Arunika sudah bertekat, kalau ia bekerja nanti biarlah Ayah dan Ibunya menikmati masa tuanya dengan istirahat dan jalan-jalan saja.
Ketika sedang menikmati makanannya, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk diikuti dengan suara pintu terbuka. Tanpa bertanya itu siapa Arunika sudah tau, paling yang ke sini pagi-pagi dan meminta makanannya ya hanya sahabatnya.
"Sopan sekali ya Anda ke rumah orang pagi-pagi begini. Maaf kamu tidak mau menyumbang dan bersedekah dengan orang yang tidak tahu diri seperti Anda." Ucapnya dengan suara yang dibuat tegas untuk bercanda.
"Tuhkan bu, masa Mbak Ninik jahat." Ucapnya sambil mengambil piring di dapur.
"Apaan sih nyet, mbak-mbek mbak-mbek, kan udah dibilang jangan panggil gue Ninik. Nama gue ARUUNIIIIKAAAAAA!"
"Huss, ga boleh kasar ih sama Tio. Ibu yang tadi nyuruh Tio ke sini buat sarapan bareng."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arunika dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang