Pertemuan Pertama

138 11 0
                                    

   Hari Ini seorang lelaki berwajah tampan itu sampai di Seoul.

   Ternyata ia harus bernasib malang, kopernya malah mendarat di Tokyo, bukannya di Seoul.

   Alih alih marah, ia malah tersenyum dan berlalu begitu saja, Kelelahan membuat dirinya tak minat menelusuri terlalu detail.

   Setelah itu ia mencari seseorang, namun seseorang itu tak kunjung datang.Dengan menghela napas lelah, ia mendekati pintu keluar.

"Tebak siapa??"

Seseorang menutup mata lelaki itu dari belakang.

"Jangan main-main, Shifaa." Lelaki itu berseru sambil menurunkan tangan adiknya.

"Kenapa lama sekali?? Oppa Afan  benar-benar membosankan." Shifa menggembungkan pipi tanda kesal.

Yaaa, lelaki tampan itu bernama Lee Afandra Dirgantara, yang biasa di panggil dengan Afan.

"Mana koper Oppa? Oppa tidak bawa apa-apa kecuali tas ransel itu?" tanya Shifa begitu sadar kakaknya tak membawa apa-apa.

Urat kekesalan tercetak jelas di pelipis Afan. Pertanyaan Shifa membuatnya teringat sederet kejadian menyebalkan yang ditimpanya sebelum berangkat ke Seoul.

"Hilang." ucap Afan

Mendengar jawaban ketus Afan, Shifa memilih bersikap bijak dengan menutup mulut sepanjang perjalanan menuju taksi. Ia sadar suasana hati kakaknya sedang tidak bersahabat.

"Apartemenku baik-baik saja, kan??"

Akhirnya Afan membuka pembicaraan. Sudah hampir 2 tahun ia tidak pergi ke Seoul. Selama itu ia mempercayakan adiknya untuk mengurus apartemennya.

"Apartemen lama Oppa sudah dijual."

"Apa??!!" Teriakan Afan itu menggema di dalam taksi.

"Kenapa dijual??!"

"Mamah bilang merepotkan bila harus mengurus apartemen Oppa."

"Lalu aku tinggal di mana?! Aku tidak mau tidur di hotel."

Shifa menepuk pundak abangnya.

"Tenang saja, mamah sudah menyiapkannya."

   Taksi yang mereka tumpangi  berhenti di depan apartemen di daerah Gangnam.

"Ini apartemen yang sudah disiapkan mamah untuk Oppa."

Mata Afan mengarah ke apartemen itu dengan tatapan penuh selidik. Ia mencium sesuatu.

"Ini kuncinya. Apartemen Oppa ada di lantai 3, nomor 305." Shifa menyodorkan keycard ke kakaknya itu.

"Nomor pin-nya memakai tanggal lahir mamah."

"Kau tidak ikut masuk??"

Shifa menggelengkan kepalanya.

"Ini sudah malam, Oppa. Bisa-bisa papah memenggalku jika pulang larut malam lagi.

Shifa melihat jam tangannya.

"Astaga, sudah jam sebelas. Papah benar-benar akan memenggalku ini. Yaudah aku pulang dulu yaa Oppa. Sampai jumpa."

Shifa pun pergi meninggalkan Afan sendiri.

    Sambil menguap Afan memasuki apartemen itu. Ia tidak sabar untuk segera tidur.

Sampailah di depan pintu apartemen nya. Afan mengambil keycard dari saku dan menempelkannya ke smart door lock.

Alisnya terangkat sebelah begitu ia membuka pintu apartemennya.

JALAN CINTAKU ( DEFAN )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang