03 - Kesempatan

22 10 39
                                    

Happy reading 💐❣️

!!!

"Kesempatan gak akan
datang untuk kedua kalinya.
Jadi, ambillah kesempatan itu"

_Sera

!!!

Hari Minggu adalah hari yang sangat menyenangkan. Bagi sebagian anak, tapi tidak dengan Sera. Dia harus jualan hari ini.

Jam sudah menunjukkan pukul 05:30, Sera sudah melaksanakan salat subuh, dan sekarang dia berada di dapur sambil membuat gorengan, seperti risol, tahu isi, tahu semedang, dan sambal khusus untuk kue keringnya.

Seorang pria bertubuh jangkung, tinggi, bewarjah oval, Rambut lurus hitam belah, mata hitam dan tajam, memakai kaca mata -Rafael Alexander, Dia berjalan ke dapur melihat Adiknya yang fokus pada pekerjaannya, dia pun mendekati Adiknya.

"Asik banget kayaknya ya?" Rafael duduk di samping Sera dan mengelus rambutnya

Sera tak memalingkan wajahnya, "Awas bang, jangan ganggu, Adik. Ini lagi serius tau, sana sana."

"Ouhhhh, kamu usir Abang?" Rafael menatap Sera dengan kesal

Sera menghela nafas, "Gak, cuma ya jangan ganggu bang."

"Berisik lo pada!!" Teriak kesal seorang pria, bertubuh lumayan gemuk, bewajah bulat, kulit putih kemerahan, rambut coklat lurus dan sedikit gondrong, juga ada flek hitam di kedua pipinya -Eric Vernandes, dari pintu kamarnya, sambil mengacak rambutnya

"Iyuh!! Liatlah, seorang Abang yang tidak berguna sedikit pun, malah keenakan tidur, bukannya bantuin," kesal Sera sambil menatap sinis Eric, yang memasang wajah datar

Sera sangat kesal Karena Eric bangun jam 5 pagi, sedangkan dia dan Rafael bangun jam 4 pagi. Dasar pemalas

Eric menatap tajam Sera, "Heh bocil! Diam aja lo. Lo gak akan tau, sepahit apa kehidupan gua. Gua butuh istirahat, mental gua gak baik-baik aja," ucapnya dengan sok dramatis, sambil memegang dadanya

"Njir, merasa paling tersakiti. Jijik gua Ric!!" kesal Rafael melihat tingkah dramatis Eric, membuat Sera malah tertawa

"Yeee, Lo gak tau bang. Gua tuh kena mental health, gua depresi, gua kesepian, gua -"

Belum selesai Eric menyelesaikan ocehannya, sebuah jitakan melayang di kepalanya, pelakunya adalah Rafael.

_jitakk_

"Aawww" rintih Eric mengusap bekas jitakan

"Mental health ini, mental health itu, gak usah goblok! Mending lo kerja sana, lusa kita bayar uang sewa rumah, gak usah lo mikir mental-mental Lo itu. Mau di usir lo dari sini, jadi gelandangan nanti lo."

Sera tertawa, "Bang Eric, mental health dari mananya? Kerja gak, sekolah suka-suka hati, beban Sera sama, Bang Rafael lagi, jadi mental health di mana nya?" kritik Sera membuat Eric tak berkutik, dan Rafael tertawa

"Behhh, pedas banget omongan lo, aish!! Numbus lambung anjay."

"Udah mendingan, Abang Eric sama, Abang Rafael bantu Sera buat gorengan deh, biar kita cepat sarapan." Mereka berdua mengangguk, dan mulai bekerja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

2021 Punya CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang