Chapter 06

11 4 4
                                    

✧✧✧

Kini Sheryl dan Galvin sudah memasuki area Narendra's Mansion. Lalu Galvin segera memarkir mobilnya ke garasi. Setelah memarkir, ia langsung keluar dan pergi tanpa menunggu Sheryl.

"Yang benar saja. Ini maksudnya, dia meninggalkan ku?" Gumam Sheryl seraya melihat Galvin berjalan menuju pintu utama Mansion-nya.

"Jika kau tak kunjung turun, maka bersiaplah untuk tidur di luar malam ini," ancam Galvin terhadap Sheryl. Ia berbicara sambil terus berjalan menuju pintu utama.

"Ah, tunggu!" Sheryl sedikit menjerit dan panik, mendengar ancaman Galvin.

Sesegera mungkin ia turun dari mobil, dan berlari kecil untuk menyusul Galvin. Kini ia sudah berjalan berdampingan bersama Galvin.

Tak lama kemudian, Galvin meliriknya sinis, dan tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Sheryl yang sadar Galvin berhenti, maka ia juga ikut berhenti.

"Ada apa?" Tanya Sheryl dengan menatap serta mengernyitkan dahinya terhadap Galvin.

"Kau jalan di belakangku," perintah Galvin kepadanya.

"Hah?"

"Ck. Ku bilang kau jalan di belakangku."

"Tidak-tidak. Aku mendengarnya, maksudku- Apa itu harus di lakukan?"

"Harus. Karena kau tidak pantas, berjalan berdampingan bersamaku. Jadi, mundurlah dan patuhi yang ku perintahkan tadi," suruh Galvin lagi.

"Hahh..," Sheryl menghembuskan nafas dengan kasar, bersamaan dengan memutar bola matanya malas.

Dengan berat hati, ia pun terpaksa mundur ke belakang. Setelah itu, Galvin kembali berjalan menuju pintu utama, di ikuti oleh Sheryl di belakangnya.

Saat mereka hampir sampai ke pintu utama, terlihat bahwa enam orang pengawal sudah berdiri di luar, dekat dengan pintu utama. Dengan tiga orang di sisi kanan, dan tiga orang di sisi kiri.

Kini Galvin dan Sheryl sudah dekat dengan pintu utama. Keenam pengawal tadi, segera menundukkan sedikit punggung mereka, menandakan bahwa mereka memberi hormat kepada Galvin.

Galvin hanya melirik mereka sekilas, dan ia langsung berjalan masuk ke dalam Mansion. Tapi di sisi lain, Sheryl tak langsung masuk. Ia masih berdiri di depan pintu, terus menatap ke bawah.

'Di saat aku melangkahkan kakiku ke dalam Mansion ini, maka hidupku akan berubah 360°. Tidak ku sangka, bahwa aku akan menikah dan menjadi istri seseorang dengan cara begini. Namun, apakah pernikahan ini di anggap resmi?' Batin Sheryl seraya menatap ke pembatas antara lantai dalam Mansion, dan lantai luar Mansion.

Kemudian Galvin sadar, bahwa Sheryl sekarang tak mengikutinya lagi di belakang. Lalu ia pun berbalik, dan melihat Sheryl masih di luar.

"Kenapa masih disitu? Oh apa kau ingin tidur di luar, iya?" Ancam Galvin lagi. Mendengar itu, Sheryl langsung menggeleng ribut. Dan cepat-cepat ia masuk ke dalam Mansion.

Setelah itu, Galvin berbalik dan kembali berjalan menuju tangga, karena kamarnya berada di atas. Di ikuti oleh Sheryl di belakangnya.

'Banyak sekali pelayan dan pengawal disini. Tapi, kenapa aku tak melihat keluarganya?' Batin Sheryl seraya menaiki anak tangga, serta melihat ke sekitar.

'Ku akui rumahnya sangat indah. Semua interiornya terlihat elegan dan mewah. Juga warna dinding yang tak terlalu menonjol. Seleranya bagus juga,' kali ini ia berbatin sekaligus memuji Mansion Galvin.

Yah memang Mansion Galvin terlihat elegan. Dengan luar Mansion di lapisi cat bewarna putih, melambangkan kemewahan. Dan di dalam Mansion di lapisi cat bewarna abu-abu muda, di lengkapi interior yang elegan, serta terdapat beberapa kaca jendela besar-besar, sehingga keindahan Mansion tersebut bisa di lihat dari luar.

Halaman Mansion-nya cukup luas. Terdapat kolam air mancur besar, di depan Mansion itu. Juga ada banyak tanaman dan pohon hias di sekitar halaman. Di bagian belakang Mansion, ada sebuah kolam renang besar, yang atapnya transparan.

Kembali ke Sheryl dan Galvin. Setelah berjalan melewati koridor Mansion di lantai dua, maka akhirnya mereka sampai di depan kamar Galvin. Lalu Galvin memegang knop pintu kamarnya, dan langsung membuka pintu tersebut.

Setelah terbuka, Galvin beserta Sheryl masuk ke dalam kamar.

'Kamar ini.. terlihat menyeramkan,' batin Sheryl lagi yang melihat ke sekitar. Bagaimana tidak menyeramkan, seisi kamarnya di penuhi warna hitam dan abu-abu gelap. Mulai dari ranjang, dinding, lemari pakaian, langit kamar, juga seisi kamar mandinya memiliki warna yang sama. Membuat suasana menjadi seram.

Di sisi lain, Galvin tiba-tiba melepas cincin pernikahannya, dan ia menyimpannya di dalam laci nakas di samping ranjangnya.

"Kenapa, kau melepas cincinmu?" Tanya Sheryl yang tak sengaja melihat kelakuan Galvin barusan. Namun, pertanyaannya di abaikan oleh Galvin.

Sementara itu, setelah Galvin menyimpan cincin tersebut, ia pergi ke lemari pakaian. Ia membuka salah satu pintu lemari tersebut, dan mengambil beberapa lembaran kertas bewarna putih. Kita anggap saja itu adalah dokumen miliknya.

Kemudian, ia menatap tajam Sheryl. Lalu, tiba-tiba ia melempar dokumen tersebut ke arah Sheryl.

"Tanda tangani berkas itu," suruh Galvin padanya.

Sheryl pun melihat dokumen itu mendarat di ujung kakinya, ia mengambil dokumen tersebut, dan mencoba membaca juga memahami isinya.

"Peraturan dalam Pernikahan?" Ujar Sheryl yang tak mengerti.

"Kenapa harus ada peraturan di dalam pernikahan?" Tanyanya.

"Harus. Memangnya kau pikir pernikahan ini resmi?" Balas Galvin dengan ketus.

Deg.

'Kenapa hatiku sakit sekali, ketika mendengarnya berkata seperti itu?' Batin Sheryl dengan sedikit tercengang, dan juga sedikit mengernyitkan dahinya.

"Aku menikahimu hanya untuk membalaskan dendamku," ucap Galvin lagi, dengan ekspresi yang masih sama.

"Jadi, jangan pernah berpikir kau akan mendapatkan posisimu, sebagai seorang istri di rumah ini," lanjut Galvin.

"De.. Dendam?" Sheryl terbata-bata, karena ia sedikit terkejut.

"Ya. Dendam. Aku dendam dengan ayahmu. Sebab ia, ayah dan ibuku tiada."

"Apa yang ayahku lakukan di masa lalu, sampai kau sebenci itu dengannya?" Sheryl memberanikan diri untuk bertanya.

✧✧✧

FORCED MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang