Prolog

22 4 1
                                    

Diharapkan untuk follow akun wattpad dan ig ku ndisek ya bolo.

Diharapkan untuk follow akun wattpad dan ig ku ndisek ya bolo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💗💗💗
Happy reading.

---🌙💫---

Askara Candra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Askara Candra

Askara Candra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tara Nisha

PROLOG.

PROLOG

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Maaf karena Ibuku merebut Ayahmu, Ndra." Tara menyeka air matanya perlahan.

Gadis berusia enam belas tahun itu masih setia menatap lelaki jangkung dihadapannya.

Hujan seakan tahu kenapa ia harus turun saat ini. Tentu saja untuk mendampingi kesedihan dua remaja yang hanya bisa saling menguatkan.

Candra menghirup napas dalam-dalam mengisi paru-parunya yang terasa kosong. "Sakit, Ra. Apa bisa kembaliin lagi papa ke gua sama Mama dirumah?" tanya cowok itu.

Tara menggeleng perlahan kemudian menjawab, "Maaf, Ibuku cinta dan butuh Ayahmu. Begitupun juga aku, aku butuh kasih sayang seorang Ayah." Lagi-lagi air mata jatuh membasahi pipinya. Tara tau dia egois, tapi dia juga butuh kasih sayang yang lebih.

"Lalu gimana sama gua dan Mama, Ra?" tanya Candra. "Mama harus bermalam di rumah sakit jiwa sekarang. Hati gua sakit, Ra."

Tetesan demi tetesan air mata telah membasahi wajah Candra. Tak jauh seperti keadaan Tara, air mata Candra juga mengalir deras. Tangisannya tak terdengar, laki-laki itu menangis dalam diam.

Menjadi Tara yang sekarang memanglah sakit, tapi kembali lagi ke belakang, ada Candra yang masih setia menunggu kebahagiaan dengan sabar, Candra adalah orang yang lebih terluka dibandingkan dengan Tara. Kebahagiaan itu Tara sudah dapatkan sedikit demi sedikit, sedangkan Candra masih harus menunggu kebahagiaan menjemputnya di belakang dengan senyuman. Karena tak berani berlali menemui kebahagiaan, laki-laki itu masih akan menunggu kebahagiaannya menjemputnya sendiri.

Ditindas berkali-kali sampai mentalnya jatuh tidak akan menggoyahkan kesabaran Candra. Karena ia akan selalu menyemangati dirinya dan terus berdoa sampai apa yang ia inginkan sedikit demi sedikit akan terpenuhi.

Tara tiba-tiba mengambil alih jemari-jemari Chandra yang memucat. Tatapan mata gadis itu bisa memikat hati siapa saja, termasuk Chandra sendiri.

Persetan dengan masalah keluarga, Chandra tak peduli, dirinya sudah terlalu larut dalam tatapan gadis itu.

"A-aku cinta sama kamu, Ra. Tapi aku mau keluargaku yang dulu," kata Candra.

Candra menunduk dalam dengan keadaan yang sama, menangis dalam diam.

Rasanya sakit, hatinya sakit bagai ditusuk belati paling tajam di dunia kalau sudah menyangkut tentang keluarga.

"Ndra? kenapa harus memikirkan status itu kalau kita bisa hidup berdua selamanya."

Tiap menit terasa begitu berat. Tara mati-matian menggigit bibir bagian dalamnya untuk menahan isakannya.

"Maksudnya?"

Sambil menggenggam tangan Candra dengan kuat. Gadis itu sekarang tersenyum diantara linangan air matanya.

"Ayo mati bersama. Jangan pikirin orang lain lagi. Ayo menjalin kisah cinta dikehidupan selanjutnya, Ndra."



---🌙💫---

5 vote buat chapter selanjutnya, yuk bisa yuk

(Aku gamau berharap sih sebenarnya, keliatannya ga ada yang baca)

meskipun ga ada, aku bakal tetep nulis, heheeeeeeeee

biarin ak ngoceh-ngoceh sendirian di sini kaya orang gila.

see youuu💗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Candra TaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang