Cinta Terukir di Lembaran Syafi'iyah

7 0 0
                                    


Di balik dinding kokoh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, terjalin persahabatan erat antara Aisyah dan Rohman. Mereka sahabat sejak bangku sekolah dasar, Namun takdir berkata lain, pilihan mereka dalam melanjutkan jenjang SMP memisahkan mereka untuk sementara.

Waktu terus bergulir, dan Rohman pun menyelesaikan pendidikan SMP-nya. Ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di pesantren yang sama dengan Aisyah, yaitu Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah. Di sanalah, Rohman melanjutkan pendidikan ke jenjang SMK.

Bertahun-tahun berlalu, bagaikan roda kehidupan yang terus berputar, takdir mempertemukan kembali Aisyah dan Rohman di sebuah platform media sosial. Pertemuan yang tak terduga ini membawa mimpi yang menjadi kenyataan, membangkitkan kenangan indah masa kecil mereka di bangku sekolah dasar.

Aisyah, yang kini telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang anggun dan menawan, tak dapat menyembunyikan rasa harunya saat melihat foto profil Rohman di media sosial. Wajah yang dulu dikenalnya semasa kecil kini memancarkan aura kedewasaan dan keseriusan.

Rohman pun merasakan hal yang sama. Saat melihat nama Aisyah di daftar pertemanannya, seketika kenangan masa kecil mereka bermain bersama di halaman sekolah kembali terngiang di ingatan. Ia teringat senyuman manis Aisyah dan tawa cerianya yang selalu mampu menghangatkan suasana.

Tak ingin membuang waktu, Aisyah memberanikan diri untuk mengirim pesan kepada Rohman. Rasa tegang dan bahagia bercampur aduk dalam hatinya. Rohman yang melihat pesan Aisyah pun segera membalasnya dengan penuh antusias.

Percakapan mereka mengalir dengan lancar, bagaikan dua sahabat yang tak pernah berpisah. Mereka saling bercerita tentang kehidupan mereka masing-masing, tentang suka duka yang alami selama bertahun-tahun. Semakin lama mereka berbicara, semakin erat persahabatan mereka. Mereka saling mengagumi prestasi dan kedewasaan satu sama lain

Pertemuan Aisyah dan Rohman di dunia maya ini menjadi bukti bahwa takdir mampu mempertemukan kembali dua insan yang diikat oleh persahabatan yang tulus. Meskipun jarak dan waktu memisahkan mereka, rasa persahabatan mereka tetap utuh dan tak terpisahkan oleh waktu.

Rohman awalnya gak tahu kalo Si Aisyah juga mondok disana. Dan ternyata rohman pun ingat bahwa dulu semenjak SD-nya punya temen cewek bernama Aisyah. Dia ingat bersamanya karna ada perkumpulan anak desa yang mengadakan pertemuan untuk persiapan acara Gebyar Ramadhan setiap tahunnya di rumah.

Waktu balek ke pondok Rohman dengan penuh semangat bertanya-tanya tentang Aisyah kepada adik kandungnya yang juga berada di sana. Setelah mendapat kabar tentang Aisyah, Rohman pun menulis surat untuknya.

Jadi mulailah disitulah persahabatan mereka terjalin melalui surat-menyurat, di mana mereka saling berbagi kisah, ilmu, dan doa dengan tanpa bertemu tatap muka.

Rohman : (Menulis surat)

"Assalamualaikum Aisyah. Kamu ada salam dari saya kangen katanya. Hhhh....." Guraunya.

Aisyah : (Membalas surat)

"Gila tau, temenku juga ikut baca surat dari kamu sampek temenku ketawa-tawa membaca."

Percakapan mereka mengalir natural, penuh dengan tawa dan canda, namun tak meninggalkan norma agama. Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati mereka. Namun, mereka sadar bahwa cinta mereka harus dilandasi ketaatan kepada Allah dan ridho orang tua.

Setahun pun berlalu, dan tibalah istilah imtihan, sebuah momen yang dinanti-nantikan oleh para santri putra maupun santri putri. Aisyah dan Rohman pun kembali ke tempat mereka dibesarkan, tentunya desa tercinta desa pesanggrahan beliau. Desa yang penuh cerita dan kenangan paling indah di masanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 14, 2024 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cinta Terukir di Lembaran Syafi'iyahWhere stories live. Discover now